Dosen dan mahasiswa adalah civitas akademika yang tidak dapat dipisahkan
dalam dunia pendidikan. Mereka memiliki korelasi yang penting dalam sebuah mata
rantai dunia keilmuan di era modern saat ini. Walaupun sebenarnya mereka telah
hadir sejak zaman kuno dalam bentuk yang berbeda, namun memiliki esensi yang
sama, yaitu karena kebutuhan manusia akan pengetahuan.
Namun, seiring dengan perkembangan pemikiran dan tingkat kebutuhan manusia
di era modern, maka terjadilah pergeseran makna seorang dosen dan seorang
mahasiswa (para cendikiawan) menjadi sangatlah murah dan hampir tidak membawa
arti apa-apa dalam perkembangan dunia pendidikan zaman sekarang. Termasuk di
kampus tercinta kita STAIDA Blokagung hari ini, hanya menjadi sebuah profesi
yang tiada arti dan tiada merubah apapun.
Kehadiran seorang dosen seharusnya mampu menggerakan roda keilmuan yang
dimiliki mahasiswa. Mahasiswa sendirilah yang bertanggung jawab atas keilmuan
yang dimilikinya. Sedangkan dosen hanya bertanggung jawab atas proses bergeraknya
roda keilmuan di sebuah dunia akademik. Tetapi realita dunia kampus kita hari
ini, masih jauh dari hal itu, dikarenakan dunia kampus kita hari ini telah
terkontaminasi oleh pemikiran-pemikiran kapitalisme, pragmatisme dan hedonisme.
Sebagai contoh kita lihat saja setiap ada kegiatan yang berupa diskusi dan
seminar membayar beberapa ribu, berapa persenkah dosen dan mahasiswa yang
datang dan aktif dengan penuh kesadaraan diri? Boleh dibilang masihlah minim. Sedangkan
contoh lain, sudahkah dosen dan mahasiswa memanfaatkan Ujian Tengah Semester
(UTS) dengan sebaik-baiknya? Ada dosen yang tidak memperdulikan hal seperti
itu, bahkan terkadang mereka memberikan tugas lalu dibiarkan begitu saja dan
seakan-akan tidak mau tahu. Tapi kesalahan yang sama juga dilakukan oleh
mahasiswa itu sendiri, mereka sering ngeloyor entah kemana saat UTS
berlangsung, entah mereka muak ataukah juga tidak mau tahu? padahal UTS itu
merupakan katrol nilai bagi para mahasiswa itu sendiri. Dari hal terkecil saja
sudah seperti ini apalagi hal terbesar? Lihat saja sewaktu diselenggarakannya
Ujian Akhir Semester (UAS), sudah efektifkah dengan keadaan seperti itu? Saya rasa masih belum sama sekali.Kita yang merasa menjadi civitas STAIDA Blokag ung saat ini harusnya malu dan prihatin dengan
keadaan kita tersebut, jangan malah dicuekin dan dibiarkan membusuk. Tidak
masalah bila masalah itu membusuk dan akhirnya musnah, namun bayangkan saja
bila masalah tersebut membusuk dan menyebabkan penyakit keilmuan di mana-mana,
mau dibawa kemana arah eksistensi kampus kita terhadap tanggung jawab sosial,
moral dan edukasi dikemudian hari.
Maka dari itu marilah civitas STAIDA Blokagung bangkit dari kenyamanan yang
mengancam kalian dan generasi yang akan datang. Pekalah terhadap diri kalian
sendiri namun jangan lupakan sekitar kalian sehingga kalian tidak mengalami
dekadensi moral dan rasio. Karena kiamat cukup jauh dan ribuan tahun lagi
kampus kita masih akan berdiri. Masa depan itu adalah tanggung jawab kalian
hari ini, karena hari esok itu bukan yang akan datang atau yang telah berlalu,
namun hari esok itu adalah hari ini dimana kalian sedang berdiri.
3 komentar:
Artikeln yg nih OK bgt gan...bisa di copas ga? thx
mantaps gan...trus gue harus Gue bilang WaW gitu...
Theme blognya bagus juga...trus gue harus bilang WAW GITU!!
Posting Komentar