Berikut ini
merupakan kutipan dari makalah mata kuliah Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi. Saya
merasa sayang kalau tidak dibagikan di blog ini. Semoga bermanfaat!
Wahai
orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang-orang alim
Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan cara yang
batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Orang-orang
yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya di jalan Allah, maka
kabarkan kepada mereka tentang azab yang pedih
Ayat ke-30
dan ke-31 surah At-Taubah menceritakan tentang sikap kebanyakan orang-orang
Yahudi dan Nasrani yang menjadikan para alim mereka sebagai tuhan selain Allah.
Sementara ayat ke-34 di atas menceritakan bahwa selain mereka tidak pantas
menjadi tuhan, mereka juga tidak pantas menjadi pemimpin. Banyak dari mereka
yang menyembunyikan bukti-bukti ajaran Musa dan Yesus a.s. demi menjauhkan
pengikut sejati dari jalan Allah.
Cara yang
mereka lakukan adalah cara yang batil, yaitu menerima sogokan, kedok “menjual
surga” serta “pengampunan dosa” dengan mengambil uang masyarakat. Karena hal
itulah, Allah melarang kita untuk menimbun harta.
Beberapa
ulama muslim mengatakan bahwa menyimpan harta dalam jumlah berlebihan adalah
haram. Sejarah mencatat tentang sikap sahabat Abu Dzar r.a. kepada Khalifah
Utsman. Guna melakukan protes, Abu Dzar r.a. kerap kali membacakan ayat di atas
di hadapan Khalifah Utsman dan Muawiyah setiap pagi dan petang. Ia mengatakan
bahwa ayat ini tidak hanya ditujukan kepada orang yang menghindari zakat, tapi
juga kepada setiap orang yang menimbun harta. Sikap kritis itulah yang
menyebabkan Abu Dzar r.a. diasingkan pada masa pemerintahan Khalifah Utsman.
(Tafsir Nûr Al-Qurân).
Beberapa
ulama muslim lain tidak sependapat dengan Abu Dzar r.a. Mereka beranggapan
bahwa menyimpan harta (berlebihan) namun sudah mengeluarkan zakat adalah boleh,
meskipun nilai moralnya berkurang (Tafsir Al-Mishbâh).
Muawiyah
sendiri berpendapat bahwa ayat di atas hanya ditujukan kepada ahlulkitab. Namun
Abu Dzar r.a. dan lainnya mengatakan bahwa ayat tersebut di atas juga ditujukan
kepada kaum muslimin karena terdapat kata walladzîna (Tafsir Al-Qurthubî).
Asy-Sya’rawi
mengatakan bahwa ayat ini juga membuktikan kemukjizatan Alquran di mana Allah
menggunakan kata-kata emas dan perak, yakni dua barang tambang yang dijadikan
Allah sebagai dasar dasar penetapan nilai uang dan alat tukar dalam
perdagangan. Hingga kini emas dan perak masih tetap menjadi ukuran dasar bagi
perdagangan dan nilai uang untuk setiap negara (Tafsir Al-Mishbâh).
Pada ayat
berikutnya, Allah Swt. Berfirman:
Pada hari
dipanaskannya emas dan perak dalam neraka Jahanam, lalu dibakar dengannya dahi,
lambung, dan punggung mereka, lalu dikatakan kepada mereka: “Inilah harta
bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri. Maka rasakanlah akibat dari apa
yang kamu simpan itu.”
Mengenai
anggota tubuh yang disebut dalam ayat di atas, Prof. Quraish Shihab mengatakan
bahwa dahi disimbolkan sebagai yang selalu tampil angkuh dan bangga dengan
harta, lambung karena selalu kenyang dan dipenuhi kenikmatan harta, dan
punggung karena selama ini membelakangai tuntunan Allah Swt. Perbuatan apapun
yang kita lakukan di dunia tentu akan mendapatkan balasannya kelak di akhirat
nanti.
0 komentar:
Posting Komentar