MODEL PEMBELAJARAN SOROGAN DALAM
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-AZHAR TUGUNG SEMPU BANYUWANGI
SKRIPSI
Oleh
:
AKHMAD DAWAM
NPM/NIMKO: 2011010335
INSTITUT AGAMA ISLAM SUKOREJO SITUBONDO
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM
MEI 2012
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Akhmad Dawam
NPM/NIMKO : 2011010335
JURUSAN :
Pendidikan Agama Islam
FAKULTAS :
Tarbiyah Institut Agama Islam Ibrahimy
Menyatakan
dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil-alihan tulisan atau pikiran orang
lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila
di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil
jiplakan atau plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
|
|
Situbondo, 10-05-2012
|
|
|
Yang membuat pernyataan,
AKHMAD DAWAM
|
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi oleh:
Nama : Akhmad Dawam
NPM/NIMKO : 2011010335
Judul :.MODEL PEMBELAJARAN SOROGAN DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SANTRI
( Studi Pada Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi)
Ini telah ditelaah dan disetujui untuk
diujikan
|
|
Situbondo, 10-05-2012
|
Pembimbing I,
Drs. Abdulloh, M.Pd.I
|
|
Pembimbing II,
Moh. Zamili, MM.Pd
|
PENGESAHAN OLEH DEWAN PENGUJI
Skripsi oleh Akhmad Dawam ini telah dipertahankan didepan dewan penguji
skripsi pada tanggal ,...........................
Dewan penguji
.................................... Ketua
.................................... Sekretaris
.................................... Anggota
.................................... Penguji
Utama
Mengetahui,
Ketua Institut
Agama Islam Sukorejo Situbondo Fakultas Tarbiyah
Drs. HM.
Manshur Idris, MM.
|
|
Persembahan
Karya tulis ini kupersembahkan untuk:
1. Bapak
ibuku tercinta, yang telah mencurahkan segala pengorbanannya hingga selesai
studiku.
2. Zaujatii wal Waladii Siti Muyasaroh dan Chabibus
Syukron yang telah memberikan
motivasi dan membantu terselesainya skripsiku ini. Terima kasih atas segala
cinta.
3.
Semua Dosen, yang telah memberi cahaya ilmu pengetahuan
padaku.
4.
Teman-temanku tersayang, yang telah memberikan semangat
untuk berjuang demi menimba ilmu.
MOTTO
cÎ) ©!$# w çÉitóã $tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçÉitóã $tB öNÍkŦàÿRr'Î/ 3
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri
(Q.S.
Ar.Ra’d : 11)
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah, penulis
panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya.
Berkat rahmat dan petunjukNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
lancar. Judul Skripsi yang diangkat adalah "model pembelajaran sorogan
dalam meningkatkan prestasi belajar santri"
Shalawat serta
salam, semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW, para
keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang telah membawa petunjuk kebenaran,
untuk seluruh umat manusia, yang kita harapkan syafaatnya di akhirat kelak.
Skripsi ini merupakan salah satu tugas
yang wajib ditempuh oleh mahasiswa, sebagai tugas akhir Studi di Institut Agama Islam Sukorejo-Situbondo
Jurusan Pendidikan Agama
Islam. Skripsi ini disusun dengan bekal ilmu pengetahuan yang sangat terbatas
dan amat jauh dari kesempurnaan, sehingga tanpa bantuan, bimbingan dan petunjuk
dari berbagai pihak, maka sulit bagi penulis untuk menyelesaikannya. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa syukur, penulis
berterima kasih kepada :
1.
Bapak Drs.HM.Mansur
Idris,MM. selaku
Rektor IAI Sukorejo Situbondo,
beserta para staffnya.
2.
Bapak ................................
selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAI
Sukorejo Situbondo
3.
Bapak Drs. .......................
selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam PAI Sukorejo Situbondo
4.
Bapak Drs,Abdulloh,
M.pd.I selaku dosen
pembimbing I yang telah
memberikan arahan dan bimbingan .
5.
Bapak Moh
Zamili,MMP.d selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan dan
bimbingan
6.
Segenap pihak yang telah memberi banyak motivasi dan
semangatnya dalam pembuatan skripsi ini.
Penulis menyadari, bahwa skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik konstruktif
dari berbagai pihak sangat diharapkan demi terwujudnya karya yang lebih baik di
masa mendatang.
Sebagai ungkapan terima
kasih, penulis hanya mampu berdo’a, semoga segala bantuan yang telah diberikan
kepada penulis, diterima di sisi-Nya dan dijadikanNya sebagai amal shaleh serta
mendapatkan imbalan yang setimpal.
Akhirnya, penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis
khususnya. Amin...
Situbondo,10-05-2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................... i
Halaman Pengajuan.......................................................................................... ii
Halaman Persetujuan........................................................................................ iii
Halaman Pengesahan........................................................................................ iv
Halaman Persembahan..................................................................................... v
Halaman Motto.................................................................................................. vi
Halaman Pernyataan......................................................................................... vii
Kata Pengantar.................................................................................................. viii
Daftar Isi............................................................................................................. ix
Daftar Tabel…………………................................................................... x
Abstrak............................................................................................................ xi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 5
E. Ruang Lingkup Pembahasan......................................................... 5
F. Sistematika Pembahasan................................................................ 6
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
A. TinjauanTentang Pesantren............................................................ 7
1. Pengertian Pondok Pesantren……………………………….. 7
2. Sejarah Pondok Pesantren....................................................... 10
3. Tipe-tipePondok Pesantren...................................................... 14
4. Tujuan dan Fungsi PondokPesantren...................................... 18
5. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren..................................... 19
6. Metode Pembelajaran di Pondok Pesantren ........................... 21
7. Metode Penyampaian Sorogan di PondokPesantren............... 26
B. TinjauanTentang Prestasi Belajar .................................................. 29
1. Pengertian Tentang Prestasi Belajar......................................... 29
a. Pengertian Belajar ............................................................. 30
b. Pengertian Prestasi Belajar................................................. 30
2. Manfaat Metode Sorogan Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar 31
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian..................................................................... 33
B. Populasi dan Sampel...................................................................... 33
C. Metode Pengumpulan Data........................................................... 34
D. Metode Analisis Data ............................................................. 36
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Obyek Penelitian.................................................. 37
1.Sejarah
Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu.................. 37
B. Penyampaian dan Analisis Data.................................................... 51
1. Model Pembelajaran di Pondok Pesantren ............................. 51
2. Pelaksanaan Metode pembelajaran sorogan ........................... 58
3. Manfaat Metode Pembelajaran Sorogan dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Santri ............................................................................................... 67
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.................................................................................... 74
B. Saran-saran..................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ABSTRAK
AKHMAD DAWAM, Model
Pembelajaran Sorogan Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Santri di Pondok
Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, InstitutAgama Islam Ibrahimy
Sukorejo
-Situbondo
Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang keberadaannya
sangat penting dalam sejarah perkembangan agama Islam dan juga perkembangan
pendidikan Islam di Indonesia. Pada dasarnya Pondok Pesantren berdiri dengan
kokoh, melalui lima
unsur yang sangat menentukan yaitu: kyai, santri, masjid, pondokan (asrama) dan
pengajaran kitab Islam klasik.
Pondok Pesantren bertugas untuk
mencetak manusia yang benar-benar ahli dalam bidang agama dan ilmu pengetahuan
kemasyarakatan serta berakhlak mulia. Untuk mencapai itu, maka pesantren
mengajarkan kitab-kitab wajib sebagai buku teks yang dikenal dengan sebutan
kitab kuning. Untuk mempelajari kitab kuning ini digunakan sisem/metode
tertentu.
Metode pembelajaran merupakan
salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam rangka keberhasilan program
pengajaran di pesantren. Karena tanpa adanya metode /sistem pembelajaran yang
baik, maka kegiatan pembelajaran di pesantren pun tidak akan berhasil. Untuk
itulah sistem pembelajaran di pesantren harus dipilih cara yang terbaik dan
cocok untuk santri. Hal ini disebabkan banyak santri yang prestasinya buruk
disebabkan karena metode yang digunakan kurang begitu baik.
Dari fenomena tersebut
mendorong penulis untuk mengetahui bagaimana model-model pembelajaran yang ada
di pondok Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi, demikian pula untuk mengetahui metode
dan manfaatnya dalam meningkatkan prestasi belajar santri di pondok Al-Azhar
Tugung Sempu Banyuwangi.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
diskriptif kuantitatif. Sedangkan sample dalam penelitian ini diambil sebanyak
40 santri. Pengambilan sampelnya yaitu dengan cara random, metode datanya
menggunakan metode wawancara, observasi, angket dan dokumentasi.
Berdasarkan analisa data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Pertama, pembelajaran Pondok Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi melalui pendidikan formal dan pendidikan non formal
dengan menggunakan model klasikal dan non kalsikal. Kedua, pelaksanaan
pembelajaran sorogan Pondok Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi adalah berdasarkan tingkat (jenjang) pendidikan. Ketiga,
manfaat metode pembelajaran sorogan adalah dapat melatih santri untuk bersabar,
tekun, trampil, dan giat belajar.
Dengan hasil penelitian ini disarankan agar program yang sudah
dilaksanakan dikembangkan lagi sehingga Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu
Banyuwangi akan berkembang lebih pesat
lagi dimasa-masa yang akan datang
Kata Kunci: Pondok Pesantren, Metode
Pembelajaran
MODEL PEMBELAJARAN SOROGAN DALAM
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-AZHAR TUGUNG SEMPU BANYUWANGI
SKRIPSI
Oleh
:
AKHMAD DAWAM
NPM/NIMKO: 2011010335
INSTITUT AGAMA ISLAM SUKOREJO SITUBONDO
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM
MEI 2012
PENUTUP
Alhamdulillah, dengan
rahmat Allah SWT penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Semoga karya
kecil yang penulis beri judul “Model Pembelajaran Sorogan Dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Santri di Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi Jawa Timur” ini, ada artinya dan
bermanfaat bagi penulis khususnya, bagi pembaca serta bagi dunia pendidikan
pada umumnya.
Penulis menyadari akan
keterbatasan pengetahuan, sehingga belum mampu mengungkap bagaimana
pembelajaran sorogan dalam meningkatkan prestasi belajar santri, semoga Allah
memberikan rahmat dan anugerahNya, agar penulis bisa lebih mendalaminya. Amiin
yaa rabbal aa’lamiiin.
Situbondo,10-05-2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam sangat menjunjung tinggi nilai pendidikan. Hal
ini berarti bahwa manusia pada dasarnya adalah makhluk yang dapat didik dan
harus didik. Hal ini merupakan hak yang paling fundamental dari profil dan
gambaran tentang manusia.
Dengan adanya pendidikan, keberadaan manusia sebagai
kholifah Allah diberi tanggung jawab untuk memelihara alam beserta isinya. Ini
dapat dilaksanakan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan Allah.
Di dalam Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20
tahun 2003 dinyatakan sebagai berikut:
Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak suatu peradapan bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta tangung jawab1.
|
Untuk itu penerapan pendidikan hendaknya dilaksanakan
oleh sebuah wadah yang mendukung atas belajar
mereka dengan situasi yang kondusif dan sarana yang memadai serta iklim
belajar yang baik pula.
Pondok pesantren merupakan lembaga Islam tradisional
yang tertua di Indonesia dan merupakan lembaga pendidikan Islam yang diterapkan
umat Islam di Indonesia. Sebagai suatu lembaga pendidikan Islam, pesantren dari
sudut historis cultural dapat
dikatakan sebagai ‘training center’
yang otomatis menjadi ‘cultural center’
Islam yang diusahakan atau dilembagakan oleh masyarakat, setidak-tidaknya oleh
masyarakat Islam sendiri yang secara defakto tidak dapat diabaikan oleh
pemerintah2
Kehadiran pesantren ditengah- tengah masyarakat tidak
hanya sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai lembaga penyiaran agama
dan sosial keagamaan. Dengan sifat yang lentur Sejak awal kehadirannya,
pesantren ternyata mampu mengadaptasikan diri dengan serta memenuhi tuntutan
masyarakat.
Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam secara
selektif bertujuan menjadikan para
santrinya sebagai manusia yang mandiri yang diharapkan dapat menjadi
pemimpin umat dalam menuju keridhoan Tuhan. Oleh karena itu pesantren bertugas
untuk mencetak manusia yang benar-benar ahli dalam bidang agama dan lmu
pengetahuan masyarakat serta berahlak mulia. Untuk mencapai tujuan itu maka
pesantren mengajarkan kitab-kitab wajib
(Kutubul Muqarrarah) sebagai buku teks yang dikenal dengan sebutan kitab
kuning. Untuk mempelajari kitab kuning ini digunakan sistem metode pembelajaran
tertentu.
Metode pembelajaran merupakan salah satu faktor yang
memegang peranan penting dalam rangka keberhasilan program pengajaran
dipesantren. Karena tanpa adanya metode sistem pembelajaran yang baik maka
kegiatan pembelajaran dipesantren pun tidak akan berhasil. Untuk itulah maka
sistem pembelajaran dipesantren harus dipilih cara yang terbaik dan cocok untuk
santri. Hal ini disebabkan banyak santri yang prestasinya buruk disebabkan
karena metode yang digunakan kurang begitu baik.
Atas dasar kenyataan tersebut diatas, maka penulis
mencoba menuangkan tugas penulisan dalam judul “Model Pembelajaran Sorogan dalam
meningkatkan prestasi belajar santri di Pondok Pesantren Al-Azhar
Tugung Sempu Banyuwangi.
a. Fokus Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas,
maka penulis dapat membuat rumusan masalah yang menjadi pokok bahasan dalam
kajian skripsi ini.
Adapun rumusan masalah yang penulis buat adalah sebagai berikut:
- Bagaimana model pembelajaran Pondok Pesantren Al-Azhar tugung Sempu Banyuwangi?
- Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran sorogan di Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi?
- Bagaimana manfaat metode pembelajaran sorogan dalam meningkatkan prestasi belajar santri di Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin penulis capai dalam penulisan skripsi ini
adalah:
- Untuk mengetahui bagaimana model pembelajaran di Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi
- Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran sorogan di Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwani
- Untuk mengetahui manfaat metode pembelajaran sorogan dalam meningkatkan prestasi belajar santri di Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi
D.
Manfaat Penelitian
Adapun harapan dari penulis semoga dari penelitian ini dapat berguna
bagi.
- Bagi Pondok Pesantren, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan yang berharga dalam meningkatkan pestasi belajar para santrinya
- Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pengetahuan dan pengalaman dalam menyusun karya tulis serta dapat digunakan sebagai persyaratan sebagai persyaratan menjadi sarjana
- Hasil penelitian dapat dipakai sebagai bahan perbandingan atau acuan untuk pendidikan yang sama dimasa yang akan datang, juga dapat digunakan sebagai informasi bagi yang membutuhkan.
E. Ruang Lingkup Pembahasan
Mengingat adanya keterbatasan pada diri penulis, baik
terbatasnya waktu, tenaga, maupun biaya maka penulis memfokuskan untuk:
- Membahas bagaimana model pembelajaran yang ada Pondok Pesatren Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi
- Membahas tentang pelaksanaan pembelajaran sorogan di Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi
- Membahas tentang manfaat metode sorogan dalam meningkatkan prestasi belajar santri di Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi
F. Sistematika Pembahasan
Pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari empat bab, yang untuk setiap
babnya terdiri dari beberapa sub bab bahasan sebagai berikut :
BAB I: Pendahuluan yang meliputi
beberapa sub bab yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, kegunaan penelitian, ruang lingkup pembahasan, metode penelitian,
dan sistematika pembahasan
BAB II: Adalah kajian teori yang dalam sub babnya membahas:
Pengertian Pondok Pesantren, sejarah Pondok
Pesantren, tipe-tipe Pondok Pesantren, tujuan dan fungsi Pondok Pesantren,
Sistem pendidikan Pesantren, metode pembelajaran Pondok Pesantren, metode
penyampaian pengajaran sorogan di Pondok Pesantren, manfaat metode sorogan
BAB III : Metodologi Penelitian yang
membahas tentang :
Rancangan penelitian model pengumpulan data dan analisis data.
BAB IV: Hasil Penelitian dan
Pembahasan meliputi:
Latar belakang obyek penelitian, penyajian dan
analisis data.
BAB V Kesimpulan dan Saran
1
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Bandung: Citra Umbara, 2003), hlm.7
2
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1996),hlm.40
N,BAB II
KAJIAN TEORI
A. TINJAUAN TENTANG PESANTREN
1. Pengertian Pondok Pesantren
Para ahli dalam memberikan pengertian
tentang pesantren sangat berbeda, tergantung darimana ia memandang sebuah
pesantren dengan segala aplikasinya.
Sebagaimana
yang telah dikemukakan oleh Hasbullah sebagai berikut:
“Di Indonesia, istilah
kutab lebih dikenal dengan istilah “pondok pesantren” yaitu suatu lembaga
pendidikan Islam, yang di dalamnya terdapat seorang Kyai (pendidik) yang
mengajar dan mendidik para santri (anak didik). Dengan sarana masjid yang di gunakan untuk menyelenggarakan tersebut. Serta
di dukung adanya pondok sebagai tempat tinggal para santri. Dengan demikian
ciri-ciri pondok pesantren adalah adanya kyai, santri, masjid, dan pondok”3
|
Istilah pondok pesantren berasal dari fundug
yang bahasa arab yang berarti rumah penginapan atau hotel. Akan tetapi pondok
di dalam pesantren di Indonesia, khususnya di pulau jawa lebih mirip dengan
pemondokan dalam lingkungan padepokan perumahan yang sangat sederhana yang
dipetak-petak dalam kamar-kamar yang merupakan asrama bagi santri. Keseluruhan
masyarakat tempat para santri itu bermukim dan menuntut ilmu disebut pesantren.
Dalam kamus umum bahasa Indonesia, W.J.S
Purwodarminto mengartikan "pondok sebagai tempat mengaji, belajar agama
Islam sedangkan pesantren diartikan orang yang menuntut pelajaran Islam".5
Adapun pengertian lain tentang pesantren
adalah lembaga pendidikan Islam yang pada umumnya dengan cara non klasikal,
pengajarnya seorang yang menguasai ilmu agama Islam melalui kitab-kitab agama
Islam klasik (kitab kuning) dengan tulisan (aksara) Arab dalam bahasa Melayu
kuno atau dalam bahasa Arab.
Pondok pesantren sebagai lembaga
pendidikan Islam berbeda dengan pendidikan lainnya baik dari aspek sistem
pendidikan maupun unsur pendidikan yang dimilikinya, untuk itu yang menjadi
ciri khas pondok pesantren yang sekaligus menunjukkan unsur-unsur pokoknya adalah
:
a. Pondok
Disinilah Kyai dan
santrinya bertempat tinggal.Adanya pondok sebagai tempat tinggal bersama antara
Kyai dan para santri, mereka memanfaatkan dalam rangka berkerja sama memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari, hal ini merupakan pembeda dengan lembaga
pendidikan lainnya.
b.
Masjid
Masjid
adalah sebagai pusat kegiatan ibadah dan belajar mengajar. Masjid merupakan
unsur pokok kedua dari pesantren yang berfungsi juga sebagai tempat melakukan
sholat berjama’ah setiap waktu sholat.
c. Santri
Santri merupakan unsur pokok dari suatu pesantren. Tentang santri ini
biasanya terdiri dari dua kelompok yaitu :
- Santri Mukim ialah santri yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam pondok pesantren.
- Santri Kalong ialah santri-santri yang berasal dari daerah-daerah sekitar pesantren dan biasanya mereka tidak menetap dalam pesantren. Mereka pulang ke rumah masing-masing setiap selesai mengikuti suatu pelajaran di pesantren.
d.
Kyai
Adanya Kyai dalam pesantren merupakan hal mutlak bagi
sebuah pesantren, sebab dia adalah tokoh sentral yang memberikan pengajaran
karena Kyai menjadi salah satu unsur yang paling dominan dalam kehidupan suatu
pesantren.
e. Kitab-Kitab Islam
Yang Klasik
Tingkat suatu pesantren dan pengajarannya biasanya diketahui dari jenis
kitab yang diajarkan.6
Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam dengan kyai sebagai
tokoh sentralnya dan mesjid sebagai pusat lembaganya. Pendidikan yang diberikan di pondok pesantren adalah pendidikan
agama dan akhlak(mental).
2. Tipe-Tipe Pondok Pesantren
Pondok pesantren sebagai
lembaga pendidikan Islam mengalami perkembangan bentuk sesuai dengan
perubahan zaman, terutama sekali adanya
dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan pesantren bukan
berarti sebagai pondok pesantren yang telah hilang kekhasannya. Dalam hal ini
pondok pesantren tetap merupakan lembaga pendidikan Islam yang tumbuh dan
berkembang dari masyarakat untuk masyarakat.
Secara garis besar menurut
Bahri Ghozali pesantren sekarang ini dapat dibedakan menjadi tiga macam:
1. Pondok Pesantren Tradisional
Yaitu
pondok pesantren yang menyelenggarakan pelajaran gengan pendekatan tradisional.
Pembelajarannya ilmu-ilmu agama Islam dilakukan secara individual atau kelompok
dengan kosentrasi dengan kitab-kitab klasik berbahasa Arab. Penjajakan tidak
didasarkan pada satu waktu, tetapi berdasarkan kitab yang dipelajari.
2. Pondok Pesantren Modern
Yaitu
pondok pesantren yang menyelenggarakan keiatan pendidikan dengan pendekatan
modern melalui suatu pendidikan formal, baik madrasah ataupun sekolah, tetapi
dengan klasikal.
3. Pondok Pesantren Komprehensif
Yaitu
pondok pesantren yang sistem pendidikan dan pengajarannya gabungan antara yang
tradisioanal dan yang modern. Artinya didalamnya ditetapkan pendidikan dan
pengajarannya kitab kuning dengan metode sorogan, bandongan, wetonan, namun
secara regular sistem persekolahan terus di kembangkan. [7]
Menurut Kafrawi pondok
pesantren dibagi menjadi empat pola yaitu :
Pesantren pola I ialah
pesantren yang memiliki unit kegiatan dan elemen berupa Masjid dan rumah kyai.
Pesantren ini masih sederhana, kyai mempergunakan masjid atau rumahnya untuk
tempat mengaji, biasanya santri datang dari daerah sekitarnya, namun pengajian
telah diselenggarakan secara kontinyu dan sistematis. Jadi pola ini belum
mempunyai elemen pondok, bila diukur dengan dasar dari Zamakhsyari.
Pesantren pola II sama
dengan pola I ditambah adanya pondokan bagi santri. Ini sama dengan starat
Zamakhsyari.
Pesantren pola III sama
dengan pola II tetapi ditambah adanya madrasah. Jadi di pesantren pola III ini
telah ada pengajian sistem klasikal.
Pesantren pola 1V ialah
pesantren pola III ditambah adanya unit keterampilan seperti peternakan,
kerajinan koperasi sawah, ladang, dan lain- lain.
Wardi Bahtiar dan
kawan-kawannya didalam membagi pesantren menjadi dua macam, dilihat dari macam
pengetahuan yang diajarkan, menurtutnya prsantren dapat digolongkan menjadi dua
macam yaitu:
Pesantren Salafi
Yaitu pesantren yang
menajarkan kitab-kitab Islam klasik, sistem madrasah ditetapkan untuk
mempermudah teknik pengajaran sebagai metode sorogan
Pesantren Khalafi
Selain memberikan pengajaran
kitab Islam klasik juga membuka sistem sekolah umum dilingkungan dan dibawah
tanggung jawab pesantren.[8]
Berdasarkan hasil penelitian
LP3ES di Bogor, Jawa Barat telah menemukan 5 macam pola fisik pondok pesantren
yaitu:
Pola
Pertama :
Terdiri
dari masjid dan rumah kyai. Pondok pesantren seperti ini masih bersifat
sederhan. Dimana kyai mempergunakan masjid atau rumahnya sendiri untuk tempat
mengajar. Dalam pondok pesantren type ini santri hanya datang dari daerah
sekitar pesantren itu sendiri.
Pola
Kedua :
Terdiri
dari masjid, rumah kyai dan pondok
(asrama) menginap para santri yang datang dari daerah-daerah yang jauh.
Pola
Ketiga :
Terdiri
dari masjid, rumah kyai, dan pondok (asrama) dengan sistem wetonan dan sorogan,
pondok pesantren tipe ketiga ini telah menyelenggarakan pendidikan formal
seperti madrasah.
Pola Keempat :
Pondok
tipe keempat ini selain mempunyai komponen-komponen fisik seperti pola ketiga,
memiliki pula tempat pendidikan ketrampilan seperti kerajinan, perbengkalan,
tokoh koperasi, sawah, ladang dan sebagainya.
Pola
Kelima :
Dalam
pola ini pondok pesantren merupakan pondok pesantren yang telah berkembang dan
bisa disebut pondok pesantren modern atau pondok pesantren pembangunan.
Disamping masjid rumah kyai atau ustadz, pondok (asrama) madrasah atau sekolah
umum, terdapat pula bangunan–bangunan fisik seperti perpustakaan, dapur umum, ruang
makan, kantor administrasi, toko, rumah penginapan tamu (orang tua santri atau
tamu umum), ruang operation dan sebagainya.
Berdasarkan Peraturan
Menteri Agama Nomor 3 Tahun 1979 tentang Bantuan Kepada Pondok Pesantren, maka
pondok pesantren dapat dikatagorikan menjadi:
a. Pondok pesantren tipe A yaitu pondok yang
seluruhnya dilaksanakan secara tradisional.
b.
Pondok pesantren tipe B yaitu pondok pesantren yang
menyelenggarakan pengajaran secara klasikal (madrasi)
c.
Pondok pesantren tipe C yaitu pondok pesantren yang
hanya merupakan asrama sedangkan santrinya belajar diluar
d.
Pondok pesantren tipe D yaitu pondok pesantren yang
menyelenggarakan sistem pondok pesantren dan sekaligus sistem sekolah atau
madrasah. [9]
Sebenarnya mengkategorikan
pondok pesantren kedalam empat bentuk seperti di atas adalah supaya untuk mempermudah
perencanaan dan pelaksanaan pemberian bantuan kepada pondok pesantren.
Sebenarnya, kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa bentuk atau model pesantren
jauh lebih bervariasi. Seperti yang
terdata sebagai berikut:
a.
Pondok pesantren yang menyelenggarakan pengajian
kitab-kitab klasik (salafiyah)
b.
Pondok pesantren seperti yang telah diungkapkan pada
point A namun memberikan tambahan latihan keterampilan atau kegiatan pada para
santri bidang-bidang tertentu/kejuruan
c.
Pondok pesantren yang menyelenggarakan kegiatan
pengajian kitab namun lebih mengarah pada upaya mengembangkan tarekat /
sifisme, para santrinya kadang-kadang ada yang di asramakan, adakalanya pula
tidak di asramakan.
d.
Pondok pesantren yang hanya menyelenggarakan kegiatan
ketermpilan khusus agama Islam, kegiatan keagamaan, seperti tahfidz (hafalan)
Al Qur’an dan majlis taklim, adakalanya santri di asramakan adakalanya tidak.
e.
Pondok pesantren yang menyelenggarakan pengajaran pada
orang-orang penyandang masalah sosial, yaitu madrasah luar biasa di pondok
pesantren.
f.
Pondok pesantren yang menyelenggarakan pengajian
kitab-kitab klasik namun juga menyelenggarakan kegiatan pendiddikan formal ke
dalam lingkungan pondok pesantren.
g.
Pondok pesantren yang merupakan kombinasi dari beberapa
point atau seluruh point yang tersebut diatas (konvergensi).
3. Tujuan dan Fungsi Pondok Pesantren
Sebagaimana yang
kita ketahui bahwa pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan swasta yang
didirikan oleh seorang Kyai sebagai figure sentral yang berdaulat menetapkan
tujuan pendidikan pondoknya.
Tujuan pendidikan pesantren menurut
Mastuhu adalah menciptakan kepribadian muslim yaitu kepribadian yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan, berakhlak mulia bermanfaat bagi masyarakat atau
berhikmat kepada masyarakat dengan jalan menjadi kawula atau menjadi abdi
masyarakat mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian,
menyebarkan agama atau menegakkan Islam dan kejayaan umat Islam di
tengah-tengah masyarakat dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan
kepribadian Indonesia. Idealnya pengembangankepribadian yang ingin di tuju
ialah kepribadian mukhsin, bukan sekedar muslim. [10]
Sedangkan menurut M.Arifin bahwa tujuan didirikannnya pendidikan
pesantren pada dasarnya terbagi pada dua yaitu
a. Tujuan Khusus
Yaitu mempersiapkan para santri untuk menjadi orang ‘alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh Kyai yang bersangkutan serta mengamalkannya dalam masyarakat.
b. Tujuan Umum
Yakni membimbing anak didik agar menjadi manusia yang berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar dan melalui ilmu dan amalnya.[11]
4. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren
Dalam keputusan Musyawarah/Lokakarya intensifikasi Pengembangan Pondok
Pesantren yang di selenggarakan pada tanggal 2 s/d 6 Mei 1978 di Jakarta
tentang pondok pengertian pesantren diberikan batasan sebagai berikut: Pondok
Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang minimal terdiri dari tiga unsur.
a.
Kyai / Syekh/ Ustadz yang mendidik serta mengajar
b. Santri dengan asramanya, dan
c. Masjid.
Kegiatannya
mencakup Tri Dharma Pondok Pesantren;
1.
Keimanan dan ketaqawaan
terhadap Allah SWT
2. Pengembangan keilmuan yang bermanfaat, dan
3.
Pengabdian terhadap agama, masyarakat dan negara.
Dalam keadaan aslinya pondok
pesantren memiliki sistem pendidikan dan pengajaran non klasikal, yang dikenal
dengan nama (bandungan, sorogan, dan wetonan). Penyelenggaraan pendidikan dan
pengajaran ini berbeda antara satu pondok pesantren dengan pondok pesantren
lainnya, dalam arti tidak ada keseragaman sistem dalam penyelenggaraan
pendidikan dan pengajarannya .
Dalam kenyataannya
penyelenggaraan sistem pendidikan dan pengajaran di pondok pesantren dewasa ini
dapat di golongkan kepada tiga bentuk:
1.
Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan dan
pengajaran agama Islam yang pada umumnya pendidikan dan pengajaran tersebut
diberikan dengan cara non klasikal (sistem bandongan dan sorogan) dimana
seorang kyai mengajar santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam
bahas Arab oleh ulama-ulama besar sejak abad pertengahan, sedang para satri
biasanya tinggal dalam pondok/asrama dalam pesantren tersebut.
2.
Pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agam
Isalam yang pada dasarnya dengan pondok pesantren tersebut diatas tetapi para
santrinaya tidak disediakan pondokan dikaompleks pesantren, namun tinggal
tersebar diseluruh penjuru desa sekeliling pesantren tersebut (santri kalong),
dimana cara metode pendidikan dan pengajaran agama Islam diberikan dengan
sistem weton yaitu para santri dating berduyun-duyun pada waktu-waktu tertentu.
3.
Pondok pesantren dewasa ini adalah merupakan lembaga
gabungan antara sistem pondok dan pesantren yang memberikan pendidikan dan
pengajaran agama Islam dengan sistem bandongan, sorogan, ataupun wetonan dengan
para santri disediakan pondokan ataupun merupakan santri kalong yang dalam
istilah pendidikan pondok modern memenuhi criteria pendidikan non formal serta
menyelenggarakan juga pendidikan formal berbentuk madrasah dan bahkan sekolah
umum dalam berbagai bentuk tingkatan dan aneka kejuruan menurut kebutuhan
masing-masing
Dilihat dari bentuk
pendidikan dan pengajaran dipondok pesantren diatas, di dalam kenyataannya
sebagian pondok tetap mempertahankan pada bentuk pendidikan semula, sebagian
lagi mengalami perubahan hal ini disebabkan olaeh tuntutan zaman dan kebutuhan
masyarakat serta akibat kemajuan dan perkembangan pendidikan di tanah air
B.TINJAUAN TENTANG
SANTRI
1.Pengertian Santri
Menurut Abu Hamid istilah santri berasal
dari kata shastra (i) dari bahasa Tamil yang berarti seorang ahli buku suci
(Hindu). Dalam dunia pesantren istilah santri adalah murid pesantren yang biasanya
tingggal di asrama atau pondok. Hanya santri yang rumahnya dekat dengan dengan
pesantren tidak demikian. Dari sumber lain, santri berarti orang baik yang
suka menolong.[12]
Dalam istilah lain juga
diterangkan bahwa santri merupakan sebutan bagi para siswa yang belajar dalam
pesantren. [13]
2. Macam-macam Santri
Menurut para ahli santri
dapat dikelompokkan beberapa bagian yaitu :
a.
Santri mukim, yaitu murid-murid yang
berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam kelompok pesantren. Santri
mukim yang paling lama tinggal di pesantren tersebut biasanya merupakan satu
kelompok tersendiri yang memegang tanggung jawab mengurusi kepentingan
pesantren sehari-hari, mereka juga memikul tanggung jawab mengajar
santri-santri muda tentang kitab-kitab dasar dan menengah.
b. Santri kalong, yaitu murid-murid
yang berasal dari daerah sekeliling pesantren, yang biasanya tidak menetap
dalam pesatren. Untuk mengikuti pelajaran di pesantren, mereka bolak-balik (nglajo)
dari rumahnya sendiri. Biasanya perbedaan antara pesantren besar dan pesantren
kecil dapat dilihat dari komposisi santri kalong.[14]
Sedangkan
Arifin dan Sunyoto menemukan bentuk kelompok santri yang lain yaitu:
a. Santri alumnus
adalah para santri yang sudah tidak dapat aktif dalm kegiatan rutin pesantren
tetapi mereka masih sering datang pada acara-acara tertentu yang diadakan
pesantren. Mereka masih memiliki komitmen hubungan dengan pesantren, terutama
terhadap kyai pesantren.
b. Santri luar yaitu
santri yang tidak terdaftar secara resmi dipesantren sebagaimana santri mukim
dan santri kalong, tetapi mereka memiliki hubungan batin yang kuat dan dekat
dengan kyai, sewaktu-waktu mereka mengikuti pengajian-pengajian agama yang
diberikan oleh kyai, dan memberikan sumbangan parsitipatif yang tinggi apabila pesantren
membutuhkan sesuatu.[15]
C.TINJAUAN TENTANG MODEL PEMB ELAJARAN
1.Pengertian metodologi
Metodologi berasal dari kata meta (yang berarti melalui),
hodos berarti (jalan/cara) dan logos (kata, pembicaraan atau ilmu). Jadi
metodologi atau metodik adalah ilmu yang memberi tuntunan tentang jalan yang
harus ditempuh untuk menyampaikan atau menyajikan sesuatu pendidikan dan
pelajaran agar berhasil sukses. Artinya memberikan hasil yang mantap atau tahan
lama serta dapat digunakan anak didik kelak dalam menghadapi
tantangan-tantangan hidup serta membentuk prestasinya.[16]
2.Macam Model Pembelajaran Pondok Pesantren
Sejalan dengan perkembangan
zaman, lembaga pendidikan pesantren juga tidak menutup diri untuk mengadakan
pembaharuan-pembaharuan baik metode maupun tehnis dalam pelaksanaan pendidikan
pesantren itu sendiri, meskipun demikian tidak semua pesantren mau membuka
mengadakan inovasi serta pembaharuan terhadap metode pembelajaran yang ada
Pada awal berdirinya pondok
pesantren, metode yang digunakan adalah metode wetonan dan sorogan bagi pondok
non klasikal, pada perkembangan selanjutnya maka metode pembelajaran pondok
pesantren mencoba untuk merenofasi metode yang ada tersebut untuk mengembangkan
pada metode yang baru yaitu metode klasikal
Menurut beberapa ahli
metode-metode pembelajaran yang ada dipondok pesantren, meliputi:
a.
Metode Sorogan
Sistem pengajaran dengan pola sorogan dilaksanakan dengan jalan santri
yang biasanya pandai menyodorkan sebuah kitab kepada kyai untuk dibaca
dihadapan kyai itu. Dan kalau ada salahnya, kesalahan itu langsung dihadapi
oleh kyai itu. Di pesantren besar sorogan dilakukan oleh dua atau tiga orang
santri saja, yang biasa terdiri dari keluarga kyai atau santri-santri yang
diharapkan kemudian hari menjadi orang alim.[17]
b.
Metode Wetonan
Pelaksanaan sistem
pengajaran wetonan ini adalah sebagai berikut: kyai membaca suatu kitab dalam
waktu tertentu, dan santri membawa kitab yang sama,.kemudian mendengarkan dan
menyimak tentang bacaan kyai tersebut. Sistem pengajaran yang demikian seolah-olah sistem
bebas, sebab absensi santri tidak ada, santri boleh datang boleh tidak, tidak
ada sistem kenaikan kelas. Dan santri yang cepat menamatkan kitab boleh menyambung
ke kitab yang lebih tinggi atau mempelajari kitab kitab yang lain. Seolah-olah
sistem ini mendidik anak supaya kreatif dan dinamis, ditambah lagi sistem
pengajaran wetonan ini lama belajar santri tidak tergantung kepada lamanya
tahun belajar, tetapi berpatokan kepada kapan anak itu menamatkan kitab-kitab
pelajaran yang telah di tetapkan.[18]
c.
Metode Muhawarah
Muhawarah adalah
suatu kegiatan berlatih dengan bahasa Arab yang diwajibkan oleh pesantren
kepada para santri selama mereka tinggal di pondok.
Dibeberapa
pesantren, latihan muhawarah atau muhadasah tidak diwajibkan setiap hari, akan
tetapi hanya satu kali atau dua kali dalam seminggu yang digabungkan dengan
latihan muhadhoroh atau khitobah, yang tujuannya melatih keterampilan anak
didik berpidato.
d.
Metode Mudzakarah
Mudzakarah
merupakan suatu pertemuan ilmiah yang secara spesifik membahas masalah diniyah
seperti ibadah dan aqidah serta masalah agama pada umumnya
Dalam mudzakarah tersebut dapat di bedakan atas dua tingkat kegiatan:
Pertama: Mudzakarah diselenggarakan oleh sesama santri untuk membahas
suatu masalah dengan tujuan, melatih para santri agar terlatih dalam memecahkan
persoalan dengan mempergunakan kitab-kitab yang tersedia. Salah seorng santri
mesti ditunjuk sebagai juru bicara untuk menyampaikan kesimpulan dari masalah
yang didiskusikan
Kedua: Mudzakarah yang dipimpin oleh kyai, dimana hasil mudzakarah para
santri diajukan untuk dibahas dan dinilai seperti dalam suatu seminar. Biasanya
lebih banyak berisi Tanya jawab dan hampir seluruhnya diselenggarakan dalam
bahasa Arab.[19]
e.
Metode Hafalan
Dalam metode ini para santri diberi tugas menghafal bacaan-bacaan dalam
jangka waktu tertentu. Hafalan yang dimiliki oleh santri ini kemudian
dihafalkan dihadapan kyai/ustadz secara periodic/incidental tergantung pada
petunjuk kyai/ustadz yang bersangkutan. Materi pelajaran dengan metode hafalan
umumnya berkenaan dengan Al Qur’an, nazham-nazham untuk nahwu, sharaf, tajwid
ataupun untuk teks-teks nahwu, sharaf dan fiqih.
f.
Metode Demontrasi
Metode ini adalah
cara pembelajaran yang dilakukan dengan memperagakan (mendemostrasikan) suatu
ketermpilan dalam hal pelaksaan ibadah tertentu yang dilakukan perseorangan
maupun kelompok dibawah petunjuk dan bimbingan kyai/ustad dengan kegiatan
sebagai berikut:
a) Para santri mendapatkan penjelasan/ teori
tentang tata cara pelaksanaan ibadah yang akan dipraktekkan sampai mereka
betul-betul memahaminya.
b) Para santri berdasarakan bimbingan para
kyai/ustadz mempersiapkan segala peralatan dan perlengkapan yang diperlukan
untuk kegiatan praktek.
c) Setelah menentukan waktu dan tempat para
santri berkumpul untuk menerima, penjelasan singkat berkenaan dengan urutan
kegiatan yang ajan dilakukan serta pemberian tuga kepada para santri berkenaan
dengan pelaksanaan praktek.
d) Para santri secara bergiliran/bergantian
memperagakan pelaksanaan praktek ibadah
tertentu dengan di bimbing dan diarahkan oleh kyai/ustadz sampai
benar-benar sesuai kaifiat (tata cara pelaksanaan ibadah sesungguhnya)
e) Setelah selesai kegiatan praktek ibadah
para santri diberi kesempatan menanyakan hal-hal yang dipandang perlu selama
berlangsung kegiatan.[20]
3.Metode Penyampaian Pengajaran Sorogan di Pondok Pesantren
Menurut M. Habib Chirzin sorogan berasal dari
kata sorog (bahas jawa) yang berarti menyodorkan. Disebut demikian karena
setiap santri menyodorkan kitabnya di hadapan kyai atau pembantunya (badal,
asisten kyai). Sistem sorogan ini termasuk belajar individual, dimana seorang
santri berhadapan dengan seorang guru dan terjadi interaksi saling mengenal di
antara keduanya.[21]
Pembelajaran dengan sistem sorogan biasanya
diselenggarakan pada ruangan tertentu. Ada tempat duduk kyai dan ustadz,
didepannya ada meja pendek untuk meletakkan kitab bagi santri yang menghadap
satri-santri lain, baik yang mengaji kitab yang sama atau berbeda duduk agak
jauh sambil mendengarkan apa yang diajarkan oleh kyai atau ustadz sekaligus
mempersiapkan diri untuk dipanggil.
Pelaksanaanya dapat
digambarkan sebagai berikut:
Santri berkumpul di tempat pengajian sesuai dengan
waktu yang telah di tentukan dan masing-masing membawa kitab yang hendak
dikaji. Seorang santri yang mendapat giliran menghadap langsung secara tatap
muka kepada kyai. Kyai atau ustadz membacakan teks dalam kitab itu baik sambil
melihat ataupun tidak jarang secara hafalan dan kemudian memberikan artinya
dengan menggunakan bahasa melayu atau bahasa daerahnya, panjang pendeknya yang
dibaca sangat bervariasi tergantung kemampuan santri. Santri dengan tekun
mendengarkan apa yang di bacakan oleh kyai atau ustadz dan membacakannya dengan
kitab yang dibawanya. Selain mendengarkan santri juga melakukan pencatatan
atas: pertama, bunyi ucapan teks Arab dengan melakukan pembarian harakat
(syakal) terhadap kata-kata Arab yang ada dalam kitab. Pensyakalan itu sering
juga disebut 'Pendhabitan' (pemastian kharakat), meliputi semua huruf yang ada
dengan bahasa Indonesia atau denga bahasa daerah langsung dibawah setiap kata
Arab, dengan menggunakan huruf 'Arab pegon'
Santri kemudian menirukan kembali apa yang
dibacakan kyai sebagaimana yang telah di ucapkan sebelumnya. Kegiatan ini
biasanya ditugaskan kyai untuk diulang pada pengajian berikutnya sebelum
dipindahkan pada pelajaran selanjutnya. Kyai atau ustadz mendengarkan dengan
tekun apa yang dibaca santrinya sambil melakukan koreksi-koreksi seperlunya.
Setelah tampilan santri dapat diterima, tidak jarang juga kyai memberikan
tambahan penjelasan agar apa yang telah dibacakan oleh santri dapat dipahami.
Para ahli juga memberikan definisi bahwa sorogan
dimulai dari seorang murid mendatangi seorang guru yang akan membacakan
beberapa baris Al-Qur'an atau kitab-kitab bahasa Arab dan menerjemahkannya
kedalam bahasa jawa. Pada gilirannya, murid mengulangi dan menerjemahkan kata
demi kata sepersis mungkin seperti yang dilakukan oleh gurunya. Sistem
penterjemahan dibuat sedemikian rupa sehingga murid diharapkan mengetahui baik
arti maupun fungsi kata dalam suatu kalimat bahasa Arab. Dengan demikian para
murid dapat belajar tata bahasa Arab langsung dari kitab-kitab tersebut. Murid
diharuskan menguasai pembacaan dan terjemahan kitab tersebut secara tepat dan
hanya bisa menerima tambahan pelajaran bila telah berulang-ulang mendalami
pelajaran sebelumnya. Para guru pengajar pada taraf ini selalu menekankan pada
kualitas dan tidak tertarik untuk mempunyai murid lebih dari 3 atau 4 orang.
Sistim individual ini dalam sistem pendidikan tradisional disebut sistem
sorogan yang diberikan dalam pengajian kepada murid-murid yang telah menguasai
pembacan Al-Qur'an.[22]
Sistem sorogan merupakan bagian tersulit dari
sistem pendidikan Islam tradisional, sebab sistem ini membutuhkan kesabaran,
kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi dari murid. Kebanyakan murid-murid
gagal dalam pendidikan dasar ini. Disamping itu banyak diantara mereka yang
tidak menyadari bahwa seharusnya mereka mematangkan diri pada tingkat sorogan
ini sebelum dapat mengikuti pendidikan selanjutnya di pesantren, sebab pada
dasarnya hanya murid-murid yang telah menguasai sistem sorogan sajalah yang
dapat memetik keuntungan dari sistem bandongan di pesantren.
Sistem sorogan terbukti sangat efektif sebagai
taraf pertama bagi seorang murid yang bercita-cita menjadi seorang yang alim.
Sistem ini memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai dan membimbing secara
maksimal kemampuan seorang murid dalam menguasai bahasa Arab.
Dewasa ini, kecenderungan yang ada justru mengarah
pada layanan individual tersebut. Berbagai usaha berinovasi dilakukan justru
ntuk memberikan layanan individual tersebut, yakni sorogan gaya mutakhir.
Dengan metode sorogan yang di perbaharui, metode ini justru mengutamakan tingkat kematangan dan perhatian serta
kecepatan seseorang. Banyak para santri berbeda tingkat pemahamannya, oleh
karena itu, pelayanan kepada para santri
harus dibedakan.
D. Tinjauan Umum Tentang Prestasi Belajar
1.
Pengertian Prestasi Belajar
Seseorang dalam melakukan
kegiatan belajar sudah dimulai sejak lahir seperti, belajar berjalan,
berbicara, menggambar, menulis, sampai dengan bentuk belajar komplek dan
berbobot seperti yang dilakukan oleh orang yang dewasa dan terpelajar. Untuk setiap kecakapan, keterampilan dan
pengetahuan kita perlu belajar, dengan belajar banyak pula hasil yang kita
peroleh /pelajari. Keberhasilan di dalam belajar akan membawa rasa optimis dan
peserta didik akan lebih termotivasi untuk meningkatkan belajar yang lebih baik
lagi. Sebaliknya kegagalan di dalam belajar akan melahirkan perasaan pesimis
yang mengakibatkan putus asa mengejar prestasi belajarnya.
a.
Pengertian Belajar
"Belajar
adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang".[23]
Ahli
belajar modern mengatakan dan merumuskan perbuatan belajar sebagai berikut:
"Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang
yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan
latihan".[24]
Tingkah
laku yang baru misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya
pengertian-pengertian baru, perubahan dalam sikap, kebiasaan-kebiasan,
keterampilan, kesanggupan menghargai, perkembangan sifat-sifat sosial,
emosional dan pertumbuhan jasmaniah.
Jadi
belajar merupakan proses dasar dari pada perkembangan hidup manusia. Dengan
belajar manusia melakukan perubahan-perubahan individu sehingga tingkah lakunya
berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil
dari belajar. Kita hidup dan bekerja menurut yang kita pelajari. Belajar itu
bukan sekedar pengalaman.
b.
Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi
adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan pada tingkat keberhasilan
tentang suatu tujuan karena usaha yang dilakukan seseorang. Hasil tersebut
dapat berupa nilai, penghargaan atau dapat berupa tingkah laku sesuai dengan
macam kegiatan yang dilakukan. Pada
penelitian ini prestasi hasil yang dicapai oleh santri selama belajar di
pondok pesantren.
Prestasi
belajar merupakan suatu proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang baik
pengetahuan keterampilan dan sikap. Perubahan ini dapat dilihat secara langsung
juga ada yang tidak dapat dilihat secara langsung. Perubahan yang dapat dilihat
secara langsung dapat diketahui melalui sikap, tingkah laku. Sedang perubahan
yang tidak dapat dilihat sebelumnya dapat diketahui dengan cara pemberian tes.
2. Usaha Meningkatkan Prestasi Belajar.
Menurut
beberapa ahli dalam usaha meningkatkan prestasi belajar siswa dapat ditempuh
melalui :
a. Peningkatan Mutu Tenaga
Pengajar
Menjadi guru bukanlah tugas yang mudah, karena ia dituntut
memahami sesuatu yang berakitan dengan tugas profesinya, yakni mendidik,
mengajar, oleh karena itu guru harus meningkatkan ilmu pengetahuanya, baik ilmu
keguruan maupun ilmu yang lainnya yang dapat menunjang profesi sebagai guru.
Dengan kata lain seorang guru selalu berusaha meningkatkan pengetahuan yang
dimiliki, agar pengetahuaannya cukup matang dan dapat dipertanggung jawabkan.Untuk
itu kompetensi keguruan merupakan sesuatu yang harus ada pada seorang pendidik.
Kompetensi keguruan adalah kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki oleh
seorang guru. Pada mulanya kompetensi ini diperoleh dari "pre servis training"
yang kemudian dikembangkan dalam pekerjaan profesional guru dan dibina melalui "in
servis training" .[25]
b. Membutuhkan Motivasi Belajar
Menurut Amir Daien Indrakusuma motivasi belajar adalah
kekuatan-kekuatan atau tenaga-tenaga yang dapat memberikan dorongan kepada kegiatan
belajar murid. [26]
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan
daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan
belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat
tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non
intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa
senang dan semangat untuk belajar sehingga siswa yang mempunyai motivasi yang
kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.
c. Pemenuhan Sarana Belajar
Menurut Amir Daien Indrakusuma yang dimaksud sarana belajar
disini adalah alat-alat atau sarana yang dapat membantu kelancaran pelaksanaan belajar
mengajar. Contoh: gedung sekolah, perlengkapan, alat-alat pelajaran dan
perpustakaan.[27]
Keadaan ruang belajar itu sangat mempengaruhi pada situasi
belajar mengajar . Bagaimanapun murid yang belajar atau guru yang mengajar
dalam suatu ruangan yang indah, baik dan menyenangkan jauh lebih baik dibanding
dengan guru atau murid yang belajar dalam kelas yang buruk dan kotor.
d Peggunaan Metode
Metode adalah jalan yang harus ditempuh untuk menyamapaikan
atau menyajikan suatu pendidikan dan pelajaran agar berhasil sukses. Ramayulis dalam
bukunya Metodologi Pengajaran Agama Islam menjelaskan bahwa :
Seorang pendidik yang selalu berkecimpung dalam proses belajar mengajar,
kalau ia benar-benar menginginkan agar tujuan dapat dicapai secara efektif dan
efisien, maka penguasaan materi saja tidaklah cukup. Ia harus menguasai
berbagai teknik atau metode penyampaian materi dan dapat menggunakan metode
yang tepat dalam piroses belajar mengajar, sesuai dengan materi yang diajarkan
dan kemampuan anak didik yang menerima.[28]
Untuk itu para pendidik harus pandai memilih dan mempergunakan teknik
atau metode yang akan dipergunakannya, karena siswa akan terangsang / tertarik
dan ikut serta diaktifkan dalam kegiatan belajar, sangat tergantung kepada metode
yang dipakai. Aktifnya siswa dalam kegiatan belajar berarti makin melekatnya
hasil belaljar itu dalam ingatan.
3. Manfaat Metode sorogan
Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar.
Seorang pendidik yang selalu berkecimpung dalam
proses belajar mengajar, kalau ia benar-benar menginginkan agar tujuan dapat
dicapai scara efektif dan efisien, maka penguasaan materi saja tidaklah cukupi.
Ia harus menguasai berbagai teknik atau metode penyampaian materi dan dapat
menggunakan metode yang tepat dalam proses belajar mengajar, sesuai dengan
materi yang diajarkan dan kemampuan anak didik yang menerima. Pemilihan teknik
atau metode yang tepat kiranya memang memerlukan keahlian tersendiri. Para pendidik harus pandai memilih
dan mempergunakan teknik atau metode yang akan dipergunakannya.
Perlu disadari bahwa sangat sulit untuk
menyebutkan metode mana yang terbaik, yang paling sesuai atau efektif. Metode
itu dikatakan baik apabila metode tersebut dapat merangsang atau menarik
peserta didik dalam kegiatan proses belajar mengajar. Untuk itu peserta didik
sangat tergantung kepada metode yang dipakai. Metode sorogan adalah salah satu
metode pembelajaran yang ada di pondok pesantren. Metode ini memang metode
paling sulit diantara metode- metode yang lainnya karena disana menuntut
kesabaran dan ketekunan. Untuk itulah karena banyak sulitnya maka metode ini
menjadi metode yang efektif yang dapat meningkatkan kualitas peserta
didik.
Adapun manfaat metode sorogan dalam meningkatkan prestasi
belajar
adalah :
a. Melatih peserta didik untuk bersabar
b.
Melatih peserta didik untuk belajar sehingga ia menjadi rajin.
c.
Menjadikan peserta didik untuk taat dan disiplin pribadi kepada sang guru. [29]
Disini banyak murid yang
tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka harus mematangkan diri dalam metode
tersebut sebelum dapat mengikuti system lainnya. Sorogan memungkinkan sang kyai
dapat membimbing, mengawasi, menilai kemampuan murid. Ini sangat efektif guna
mendorong peningkatan kualitas murid.
3 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di
Indonesia (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), h.24
4 Proyek Pembinaan Bantuan Kepada Pondok Pesantren
Dirjen BINBAGA Islam, Pedoman Penyelenggaraan Unit Ketrampilan
PondokPesantren (Departeman Agama, 1982/1983), h.1
5 Abdurrahman Shaleh, dkk. Pedoman Pembinaan
Pondok Pesantren (Depag RI, 1982), h.7
6 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam di Indonesia
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), h.. 47-50
[7]M.Bahri
Ghozali,Pesantren Berwawasan Lingkungan(Jakarta:Prasasti,2002),h..14-15
[8] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung: Remaja
Rosda Karya,1991),h..193-194
[14] Zamakhsyari Dhofir, Tradisi
Pesantren Setudi Tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta: LP3ES, 1985) h..
51-52
[15] Arifin dan Suyoto dalam Imron Arifin,
Kepimpinan Kyai Kasus Pondok Pesantren Tebu Ireng (Malang: Kalimasyahadah
Press, 1993 ) h.. 12
[17] M. Bahri Ghozali, Pesantren Berwawasan Lingkungan
(Jakarta: Prasasti, 2002),h..29
[18] Abdurrahman Shaleh,
dkk. Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren
(Depag RI, 1982),h..11
[19] Imron Arifin, Kepemimpinan Kyai, Kasus Pondok Pesantren
Tebu Ireng (Malang, Kalimasyahada Press, 1993),h..39
[20]
Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam/Direktorat Pendidikan
Keagamaan dan Pondok Pesantren, Profil Pondok Pesantren Muaddalah (Depag
RI, 2004), h..30
[21] M.Dawam Raharjo(ed). Pesantren dan
Pembaharuan (Jakarta: LP3ES, 1988),h..88
[22] Zamakhsyari Dhofir, Tradisi Pesantren Study Tentang
Pandagan Hidup Kyai.
(Jakarta:
LP3ES, 1985) h.21
[23] Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif
dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru, 1989), h..5
[24] Oemar Hamalik, Metode Belajar dan
Kesulitan-Kesulitan Belajar (Bandung: Tarsito, 1983),h..21
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang sistematis, mempunyai tujuan tertentu dengan menggunakan metodologi yang tepat dimana data yang dikumpulkan harus ada relefansinya dengan masalah yang dihadapi. Baik tidaknya dari hasil suatu kegiatan penelitian tergantung pada bagian teknik-teknik pengumpulan data untuk memperoleh bahan-bahan yang relefan dan akurat. Penelitian ini termasuk penelitian diskriptif, karena dalam pengumpulan data sampai pada analisis data, peneliti berusaha memperoleh data subyektif yang sebanyak mungkin sesuai dengan kemampuan yang ada.
B. Populasi dan Sampel
Dalam hal ini yang dijadikan obyek penelitian adalah santri pondok pesantren Al-Azhar Tugung Sempu yang
berjumlah 60 santri.
Sedangkan alasan pemilihan populasi adalah karena diketahui bahwa populasi yang
dipilih telah memiliki karakteristik – karakteristik khusus yang sesuai dengan
.tujuan penelitian yang dapat menjawab permasalahan – permasalahan.
C. Metode Pengumpulan Data
Data adalah bagian
terpenting dalam suatu penelitian, untuk kegiatan pengumpulan data ini peneliti
akan berusaha memperoleh dan mengumpulkan sebanyak – banyaknya. Dimana dalam
hal ini peneliti menggunakan beberapa metode. Adapun metode pengumpulan data
yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah :
a.
Metode Observasi
Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan
secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.[30]
Dengan menggunakan metode observasi ini peneliti
dimungkinkan dapat melakukan pencatatan dan pengamatan secara sistematis
mengenai gejala –gejala yang diteliti tanpa mengajukan pertanyaan. Metode
observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang gambaran model pembelajaran
yang dilaksanakan Pondok Pesantren al-Azhar
Tugung Sempu Banyuwangi dan juga untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran sorogan yang ada di Pondok
Pesantren al-azhar tugung sempu Banyuwangi
b. Metode Wawancara
Metode wawancara
adalah percakapan dengan maksud tertentu Percakapan itu dilakukan oleh dua
pihak, yaitu pewancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu.[31]
Metode wawancara
dalam penelitian ini peneliti lakukan pada kyai, ustadz/ pengurus, dan para
santri di Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu.
c.
Metode Dokumentasi
Metode dokumenter adalah suatu tehnik pengumpulan data
dengan menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah-majalah yang
di dasarkan atas penelitian data. Metode
ini dilakukan dengan cara mengutip berbagai dat melalui catatan – catatan,
laporan- laporan, kejadian masa lampau atau peraturan instruksi dan perundang -
undangan yang menjadi pedoman pelaksanaan kegiatan yang ada di Pondok pesantren
al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi.
D. Metode Analisis Data
Kegiatan santri pagi hari di
PP Al-Azhar setelah sholat subuh semua santri diwajibkan mengikuti kegiatan
wetonan dimulai pukul 05.30-06.30 wib. Adapun yang dibaca Kitab Tafsir Jalalain
oleh KH Asnawi Khozin.
Setelah
itu persiapan sebagian yang sekolah formal yang ada dilin gkun an PP Al-Azhar. Di siang harinya sholat dzuhur, kemudia
rata rata makan siang kemudian sekolah diniah sampai masuk waktu sholat asar, setelah
sholat asar mengaji kitab wetonan yan g dibaca oleh K. Mahmudi sampai masuk
waktu sholat maghrib kemudian sholat
maghrib,lalu men gaji kitab Al Qur’an
sampai sholat isya’ setelah sholat isya’
setelah sholat isya’ semua santri mengikuti kegiatan sorogan
kitab kuning sesuai dengan tingkatanya
masing-masing.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Latar
Belakang Obyek Penelitian
- Letak Geografis Pondok Pesantren Al-Azhar
Pondok Pesantren Al-Azhar terletak di Dusun Tugung,
Desa Sempu, Kecamatan Sempu, Kabupaten Banyuwangi. Pondok Pesantren Al-Azhar
ini terletak di tengah-tengah perkampungan penduduk. Secara kebetulan letaknya
dekat dengan stasiun kereta api Kalisetail sehingga memudahkan transportasi
para santri. Keadaan geografis di sekitar Pondok Pesantren banyak pedagang yang
di pasar. Adapun batas-batas pesantren sebelah barat sebagai berikut :
Sebelah barat : Dibatasi oleh
sungai Tugung
Sebelah timur : Dibatasi oleh
jalan perkampungan
Sebelah utara : Dibatasi oleh
rumah para kyai
Sebelah selatan : Dibatasi oleh
rumah para kyai
- Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al-Azhar
Pondok Pesantren Al-Azhar didirikan oleh Al-Mukharom
KH. Raden Abbas. Lahir di Yoyakarta, beliau keturunan dari Raden Mas Wongso di
Prodjo alias Hamengkubuwono ke VI. Jadi beliau keturunan Sultan Kanjeng Prabu
Mangkurat Agung di Mataram.
Pendidikan pertama di Pondok Pesantren Njampes Kediri
dan Pondok Pesantren As-Salafs
Bendo Kediri Pendidikan
terakhir di Pondok Pesantren Bangkalan Madura yang diasuh oleh KH. Ahmad
Kholil.
Atas petunjuk KH. Ahmad Kholil beliau berkelana ke Banyuwangi dan akhirnya menetap di
Dusun Tugung Sempu Banyuwangi. Dengan keraifan dan kealimannya akhirnya banyak
orang atau masyarakat yang hendak menimba ilmu pada beliau. Sehingga beliau
berhasrat mendirikan sebuah Pondok Pesantren. Pada tahun 1891 dengan sejumlah
santri lebih kurang 100 orang, didirikanlah Pondok Pesantren Al-Azhar.
Dalam waktu relatif singkat akhirnya menjadi banyak
sampai berkisar kurang lebih 2000 santri, tahun 1927 beliau membangun
asrama-asrama dengan bangunan bertingkat.
Dalam masa penjajahan Belanda pada zaman itu Pesantren
Al-Azhar menjadi pertahanan tangguh bagi tentara RI dan saat itu pernah
ditempati gerelyawan TNI dan pernah menjadi ajang pertempuran.
Pada zaman revolusi fisik merebut kemerdekaan Republik
Indonesia, TNI banyak bergabung ke Pondok Pesantren Al-Azhar dan mengadakan
kegiatan.
Pada suatu waktu Belanda menyerang gerelyawan kita dan
banyak yang tertangkap oleh Belanda, kemudian dibawa kendaraan kereta api lewat
Benculuk menuju ketahanan besar Belanda di Pesanggaran Banyuwangi, dalam
perjalanan sampai di tujuan para gerelyawan dianiaya dengan cara disuluti rokok
dan penganiayaan yang lain sampai di penjara mereka dipaksa untuk mengaku dan
menunjukkan di mana prajurit TNI yang lainnya, sebagian besar gerelyawan yang
tertangkap itu tutup mulut sehingga banyak yang ditembak mati.
Sesudah KH. Raden Abbas mendengar laporan hal itu,
beliau mengutus muridnya untuk mengantarkan surat yang isinya menyatakan bahwa
yang ditangkap oleh Belanda itu adalah tidak lebih daripada santri yang sedang
belajar mengaji di Pondok Pesantren, akhirnya oleh Belanda semua tahanan
dikeluarkan. Dan pernah pula Pesantren Al-Azhar sebagai ajang pertempuran di
luar pinggiran Pondok Pesantren dan banyak tank-tank Belanda yang masuk sungai
di pinggiran Pondok Pesantren, namun dengan kekeramatannya tank-tank tersebut
tidak bisa masuk.
Dalam rangka menumpas G.30.S/PKI Pondok Pesantren
Al-Azhar juga merupakan pusat kegiatan BRI dan rakyat.
Adapun
jasa-jasa beliau adalah berhasil memajukan dan mengembangkan pondok dan
madrasah yang cukup besar. Hingga saat ini kita dapat melihat sarana dan pra
sarana pendidikan yang cukup lengkap seperti:
a
Lokalisasi kelas yang cukup banyak
b
Asrama yang berkapasitas kurang lebih 2000 santri putra
dan putri
c
Aktivitas pondok pesantren
Disamping
pendidikan dari madrasah, pondok juga turut berperan aktif dalam mencapai
keberhasilan para santri. Yakni dengan mengadakan berbagai macam aktivitas,
diantaranya:
a.
Pengajian Kutub
1.
Mengaji Wajib
Pengajian
wajib dikaji langsung oleh KH. Asnawi
Khozin, KH. Mahmud Toyib, setiap hari selasa dan setiap hari ba'da maghrib dan
setiap hari ba'da isya'.
2.
Mengaji Sesuai Tingkatan
Pengajian
ini dikaji langsung oleh masing-masing pengajar, mulai tingkat bawah sampai
tingkat atas.
3.
Mengaji Bebas
Pengajian
ini bersifat bebas bagi santri untuk memilih kitab yang di minati, sedang
pelaksanaannya pukul 21.00 WIB
b.
Jam’iyyah
Pembentukan
organisasi ini di tekankan pada letak asrama dalam keseluruhan struktur
pesantren. Maka terbentuklah jam’iyyah-jam’iyyah dalam upaya menegakkan
persatuan dan kesatuan. Pembentukan jam’iyyah ini terdiri dari 6 kelompok
jam’iyyah. Yaitu: Jam’iyyah Al-Khoiriyah,
Jam’iyyah Al-Ghojali,
Jam’iyyah Al-Hikmah, Jam’iyyah Al-Firdaus,
Jam’iyyah Al-Maghfiroh, Jam’iyyah Al-Fatimiyah. Yang masing-masing jam’iyyah
itu beranggotakan kurang lebih seratus
orang dan diketuai oleh seorang santri dan wakilnya. Adapun kegiatannya
dilaksanakan setiap malam selasa, malam rabu setelah sholat isya’ dengan acara
pada malam yang ke:
I.
Jam’iyyah Kubro/latihan kemasyarakatan
II.
Al-Barzanji
III.
Diba’iyyah
IV.
Khotmil Qur’an
c.
Tarbiyatul Muballighoh
Organisasi
ini mencoba untuk mencetak kader-kader da’i yang militan dan responsive yang
mampu meneruskan dakwah nabi SAW. dengan metode semacam pelatihan,
penggemblengan dan pada suatu saat mendatangkan tutor dari luar serta aktif
mengadakan diskusi.
d.
Tarbiyatul Qiro'ah
Sealin
Tarbiyatul Muballighoh, demi tercetaknya kader-kader Qiro'ah yang handal, maka
di bentuk pula Tarbiyatul Qiro'ah. Kegiatan ini diikuti oleh santri yang
berminat dan berbakat dalam seni baca Al-Qur'an, dan dilaksanakan pada hari
jum'at yang di bimbing langsung oleh Ibu Nur Qoni'ah.
e.
Jam'iyatul Qurro'
Kegiatan ini diikuti oleh semua santri
kecuali peserta Tarbiyatul Qur'an dan Tarbiyatul Muballighoh. Kegiaan ini
bertempat di musholla.
f.
Tartilul Qur'an
Aktifitas
ini terlaksana dibawah binaan bapak Murhib dan Aneng Lailatul Badriyah. Adapun
peserta di ambil dari guru mengaji, anggota MADIN AL-AZHAR, ketua jamiyyah,ketua kamar, anggota ISMA, santri yang sudah khotam.
g.
Musyawarah
Dalam
rangka meningkatkan mutusantri Pondok Pesanten Darussalam mengeluarkan
ultimatum bahwa semua santri wajib mengikuti musyawarah mulai dari yang kecil
sampai yang dewasa, yang hal ini di pantau langsung oleh Mustahiq dan
Munawib.
h.
Mujahadah
Mujahadah
merupakan suatu sarana untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Sang Kholik dan
untuk melatih santri agar lebih istiqomah dalam bermunajat serta berpasrah diri
kepada-Nya.
i.
Olah Raga
Dalam
rangka meningkatkan kesehatan jasmani para santri, pondok menekankan agar
santri ikut kegiatan olah raga senam.yang di laksanakan tiga kali dalam
seminggu.
- Elemen-Elemem Pondok Pesantren
Keadaan pondok pesanten Al-Azhar Tugung Sempu sebagai lembaga
pendidikan islam jika ditinjau dari segi
fisiknya, maka dapat dikatakan bahwa pondok ini telah memenuhi penuh untuk
dapat dikatakan sebagai sebuah pondok pesantren, dimana seperti yang telah
dijelaskan, pada bab sebelumnya bahwa sebuah pondok pesantren harus memiliki
lima elemen yang harus dipenuhi sebagai pesyaratan mutlak berdirinya sebuah
pondok pesatren, diantaranya memiliki bangunan fisik sebagai lokasi proses
belajar mengajar.Dibawah ini akan dijelaskan secara rinci keadaan fisik yang
terdapat di pondok pesantren.
a.
Masjid
Di komplek pondok pesantren Al-Azhar Tugung Sempu terdapat
sebuah masjid yang terletak di wilayah pondok yang diberi nama “Baiturrahman”.
Mesjid ini digunakan untuk pelaksanaan sholat jum’at dan juga berfungsi sebagai
sarana pelaksanaan sholat lima
waktu oleh para santri, pengasuh pondok pesantren, dan masyarakat sekitar.
Selain itu juga di gunakan untuk Qotmil Qur'an.
b.
Pondok / Asrama
Asrama atau pondok dalam konteks kehidupan pesantren
mempunyai peran yang sangat esensial, bahkan sebagai salah satu ciri dari
pendidikan pesantren. Di pesantren Al-Azhar Tugung Sempu asrama menempati area
yang paling luas yang memuat sekitar 2000 santri. Sebab pada dasarnya santri Al-Azhar
Tugung Sempu seluruhnya merupakan santri mukim yang berasal dari berbagai
daerah di pulau jawa. Lokal asrama ntuk santri dibagi menjadi 5 lokal kamar
dengan fasilitas yang memadai dan masing- masing lokal kamar diberi nama yang
berbeda guna memudahkan pengontrolan
Dengan asrama inilah, terjalin hubungan yang akrab
antara kyai dan santrinya dan menghilangkan
kesan akan adanya jurang pemisah antara guru murid, selain sebagai tempat
istirahat para santri, pembagunan asrama ini juga ditekankan sebagai tempat
kegiatan pendidikan, baik secara individu maupun secara kolektif.
c.
Santri
Kata santri sering kita dengar dan tidak asing lagi bagi kita
santri adalah seseorang yang bertempat tinggal dalam pesantren. Santri-santri
tersebut untuk mempelajari dan memperdalam kitab-kitab klasik. Oleh kakrena itu
santri merupakan elemen terpenting dalam suatu lembaga pesantren.Adapun jumlah
santri yang ada di Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu adalah sekitar 426
santri. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel
4.1
Sensus Santri Ma'had Islami Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi
1432-1433/2011-2012
Asrama
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
ndalem
|
Jumlah
|
A
|
|
39
|
46
|
41
|
|
|
|
|
15
|
141
|
B
|
12
|
12
|
14
|
19
|
19
|
15
|
13
|
5
|
-
|
109
|
C
|
23
|
26
|
34
|
28
|
44
|
21
|
|
|
-
|
176
|
Jumlah total
|
426
|
Keterangan
:
Jumlah total
|
Lama
|
Baru
|
426
|
378
|
50
|
Sumber
data : Daftar santri Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi 1432-1433/2011-2012
d.
Kyai / Pengajar.
Kyai dalam pesantren merupakan hal mutlak bagi sebuah
pesantren, sebab dia adalah tokoh sentral yang memberikan pengajaran karena
kyai menjadi salah satu unsur yang paling dominan dalam kehidupan suatu
pesantren. Dalam hal ini yang menjadi pengasuh Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung
Sempu adalah K. H. Asnawi Khojin .
Selain sebagai pengasuh pondok beliau juga sebagai seorang pengajar, untuk
itulah beliau dibantu oleh pengajar yang lain, yang ahli dalam bidang-bidang
tertentu.
Para guru yang mengajar di pondok pesantren tidak mendapatkan
gaji atau honor sebagaimana pegawai negeri pada umumnya, tetapi mereka hanya
mendapat imbalan sekedar sesuai dengan keadaan keuangan yanga ada di pondok
pesantren, walaupun guru ada yang sebagian menjadi pegawai negeri. Mereka
mengajar didasari oleh keikhlasan dan perjuangan serta rasa tanggung jawab
terhadap perkembangan lembaga agama Islam. Guru yang ada di Pondok Pesantren Al-Azhar
Tugung Sempu sebagian besar alumni dari pondok Sumbersari sendiri walaupun
sebagian lagi, ada beberapa guru yang bukan alumni Pondok Pesantren Al-Azhar
Tugung Sempu, tetapi mereka telah mengetahui kondisi pondok pesantren
Sumbersari. Minimal para guru yang mengajar di pondok pesantren adalah mereka
yang mahir disegala bidang.Adapun untuk mengetahui para pengajar yang ada di
Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu dapat di ketahui melalui daftar berikut.
Tabel 4.2
Moh. Muslihuddin
|
Zainal Abidin
|
Shobirin
|
Zainul Wafa
|
Moh. Abror
|
Ahmad Zainal Aisy
|
Munirul Hafidz
|
Uswatun Hasanah
|
Khozinatul Asror
|
Siti Fuadatun Nadzifah
|
Moh.Ahsan
|
Mir'atul Fuadiyah
|
Moh. Yasin
|
Siti Halimah
|
Moh. Nasocha
|
Muntasyiratul ula
|
Moh. Sholihan
|
Nurul Hamidah
|
Ahmad Najib
|
Khoirun Nisa'
|
Abdul Hamid
|
Siti Lailatul
Mubarakah
|
Ahmad Roisul Umam
|
Siti Mufarrohatul
Ummah
|
Moh. Rofi' usyan
|
Mahfudhotin Rizqiyah
|
Ali Rosidin
|
Siti Maimunah
|
Moh. Zarkasyi
|
Tri Tantra Windrianni
|
Husnul Khotimah
|
Jauharotullama'ah
|
Siti Nur Farida
|
Risalatul Marfuah
|
Nurul Inayah
|
Wasilatul Hidayah
|
Nur Chofifah
|
Miftahunni'mah
|
Alifatul Maula
|
Malihatul Faizah
|
Sati'ul Inayah
|
Maziyatut Tasfyah
|
Sumber data : Buku
Personalia dan Acuan Program (BPAP) MADIN AL-AZHAR 1432-1433/2011-2012
e.
Kitab-kitab klasik
Berbicara tentang materi pendidikan di Pondok Pesaantren
memang tidak lepas dari kurikulum pendidikan pesantren itu sendiri, hal ini
mengingat bahwa kurikulum pada dasarnya meliputi seluruh aktifitas atau
kegiatan yang dilaksanakan di pesantren dan juga mengandung nilai-nilai
pendidikan bagi para santri di Pondok Pesantren. Maka dapat di peroleh gambaran
bahwa kurikulum Pondok Pesantren adalah meliputi seluruh aktifitas yang
dilaksanakan di Pondok Pesantren yang didalamnya adalah termasuk kegiatan
pendidikan dan pengajaran itu sendiri.
Dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran di pesantren
dalam mencapai tujuan pendidikan, ada beragam materi yang diajarkan pesantren.
Untuk itu di dalam pesanten diajarkan kitab-kitab yang dijadikan pedoman bagi
para santri sebagai dasar atau bekal dalam mengamalkan ilmunya. Adapun
materi-materi yang diajarkan Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.3
Imriti
|
'Adatul
Faridh
|
Badiul
Amali
|
Khulasoh
Nurul Yaqin
|
Akhlaqul
Banat
|
Al'
aradh
|
Qowa'idul
Shorofiyah
|
Adabu
Syariah
|
Qowaidul I'lal
|
Tafsir
Jalalen
|
Jurumiyah
|
Fakhul
Mu'in
|
Mabadiul
Fiqiyah
|
Jawahir
Maknun
|
Arbain
Nawawi
|
Tajridu
Shorekh
|
Jazariyah
|
Faraidul
Bahiyah
|
Hidayatus
Mustaqid
|
Sulam
|
Alfiyah
Ibnu Malik
|
Tashilud
Turuqod
|
Jawahir
Bukhori
|
Durotus
Tsaniyah
|
Fatkhul
Qorib
|
Durus
Falakiyah
|
Bulughul
Marom
|
Ilmu
Hisab
|
Sumber data : Buku Personalia dan Acuan
Program (BPAP) MADIN AL-AZHAR 1432-1433/2011-2012
Di zaman modern ini pesanten tidak hanya mempelajari
kitab-kitab klasik saja, tetapi pesantren juga perubahan-perubahan atau
metamorfosis dalam pendidikannya. Pesanten sudah berupaya membekali lulusannya
dengan bidang keilmuan kontemporer misalnya ketrampilan, computer,bahasa, dan
lain-lain yang mana pembaharuan-pembaharuan itu masih tetap dalam nilai-nilai
yang baik.
- Sarana dan prasarana
Adapun sarana prasarana yang ada di Pondok Pesantren Al-Azhar
Tugung Sempu, adalah sebagai berikut :
a.
Gedung Madrasah
Untuk melakukan aktifitas belajar mengajar sangat di butuhkan
konsentrasi yang tinggi, maka untuk mewujudkan aktifitas tersebut di butuhkan
tempat khusus. Maka dibangunlah sebuah gedung yang memiliki 26 lokal untuk MIS, MI, MTs, MAK SMK dan ditambah local untuk
TK.
b.
Koperasi Santri
Koperasi Darussalamah merupakan pusat belanja bagi santri
Sumbersari. Yang didalamnya menyediakan aneka macam kebutuhan santri. Koperasi
ada dua jenis, yang pertama kopda yakni koperasi milik pondok yang menyediakan
kebutuhan santri, baik kebutuhan primer maupaun sekunder. Yang kedua koperasi
milik madrasah yang hanya menyediakan keperluan dalam jenis lauk pauk dan
kesehatan tradisional
c.
Dapur Umum
Tanpa menghilangkan ciri khas seorang santri salafi, pondok
Sumbersari pun menyediakan dapur umum untuk memasak bagi para santri.
d.
Perpustakaan
Untuk mewujudkan santri yang berintelek tinggi maka
dibangunlah perpustakaan bagi para santri . Perpustakaan tersebut berisi
tentang kitab – kitab kuning, buku ilmiyah, hingga cerita -cerita Islam yang cukup terkenal.
e.
Kantor Panggilan
Agar bisa menjumpai santri maka disediakan sebuah tempat yang
tepatnya berada di depan ndalem yang akrab disebut kantor panggilan, di sana
akan lebih leluasa dalam berbicara dan melepasakan rindu dengan keluarga.Ini
merupakan salah satu kebijakan yang dikeluarkan oleh Mida Mahids yaitu dengan
syarat harus membawa kartu mahrom yang telah diberikan, dan bila ingin menemui
mahrom harus diserahkan pada petugas panggilan.
f.
UKP
UKP merupakan salah satu usaha kesehatan dari pondok untuk
menangani santri yang sakit, UKP sendiri kepanjangan dari Usaha Kesehatan
Pondok. Pondok Al-Azhar Tugung Sempu merupakan pondok yang cukup besar maka
untuk itu disediakan sebuah badan khusus yang bertindak dalam bidang kesehatan.
g.
Mading An-Nur
Untuk melatih dan menumbuhkan kreativitas santri dalam
berbagai hal maka pondok menciptakan Mading An-Nur sebagai ajang pengembangan
kresi bakat dan imajinasi santri agar dapat tersalurkan bakat-bakat yang
terpendam. Mading An-Nur terbit setiap satu minggu sekali.
B.
Penyajian dan Analisis Data
Pola
pendidikan dan pengajaran pondok pesanten erat akitannya dengan tipologi pondok
pesantren sebagaimana yang dituangkan dalam ciri- ciri yang telah di jelaskan
sebelumnya. Berangkat dari pemikiran dan kondisi pondok pesantren Al-Azhar
Tugung Sempu, maka dapat dikatakan bahwa pondok pesantren Al-Azhar Tugung Sempu
menganut sistem pembelajaran klasikal dan non klasikal.hal ini terlihat pada
model pengajaran kitab yang digunakan.
1.
Model Pembelajaran di Pondok Pesantren Al-Azhar
Tugung Sempu Banyuwangi
Pondok pesanren Al-Azhar Tugung Sempu, merupakan salah satu
lembaga pendidikan yang bercirikan agama Islam.. pengajaran pendidikan yang
dilaksanakan di pondok pesantren Al-Azhar Tugung Sempu, meliputi dua model
pendidikan , yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal.
a.
Pendidikan Formal
Yang dimaksud deongan pendidikan formal bagi para santri
pondok pesantren Sumbersari, yaitu pendidikan yang dilaksanakan di sekolah
formal yang ada di lingkungan pondok pesantren dan para santri di wajibkan
untuk mengikuti pendidikan ini .
b.
Pendidikan Non Formal
Yang dimaksud dengan pendidikan non formal disini adalah
pendidikan yang di laksanakan di lingkungan pondok pesantren sendiri, dengan
mengajarkan pendidikan agama saja . Adapun model pendidikan non formal yang
dilaksanakan disana adalah :
1)
Metode Wetonan
Sistem wetonan adalah kyai membaca kitab, menterjemahkan,
menerangkan, dan sekaligus mengulas teks- teks kitab berbahas Arab tanpa
kharakat (gundul). Santri dengan memegang kitab yang sama masing- masing
melakukan pendhabitan kharakat kata, langsung dibawah kata yang dimaksud agar
dapat membantu memahami isi teks. Posisi santri pada pembelajaran dengan metode
ini adalah melingkari dan mengelilingi kyai atau ustadz sehingga membentuk
halaqoh (lingkaran) dan biasanya dilaksanakan setelah sholat subuh.
2)
Metode Sorogan
Metode sorogan dalam pengajian merupakan bagian yang paling
sulit dari keseluruhan metode pendidikan Islam tradisional,sebab metode
tersebut menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disisplin pribadi dari
murid. Dalam metode ini santri mengajukan sebuah kitab kepada kayi untuk dibaca
dihadapan kyai tersebut. Kalau dalam membaca dan memahami kitab tersebut
terdapat kesalahan, maka kesalahan itu langsung akan dibenarkan kyai. Metode
ini dilakukan setiap hari senin setelah sholat ashar.
3)
Metode Musyawarah / Bathstul Masail
Metode musyawarah merupakan metode pembelajaran yang mirip
dengan metode diskusi atau seminar. Beberapa orang santri dengan jumlah waktu
tertentu membentuk hallaqoh yang dipimpin langsung oleh ustadz atau senior
untuk membahas atau mengkaji persoalan yang telah ditentukan sebelumnya. Oleh
karena itu, metode ini juga lebih dikenal dengan istilah bathsul masail.
Dalam pelaksanaannya para santri dengan bebas mengajukan
pertanyaan-pertanyaan atau pendapatnya. Dengan demikian lebih menitikberatkan
kepada kemampuan perseorangan di dalam menganalisa dan memecahkan suatu
persoalan dengan argument logika yang mengacu pada kitab-kitab tertentu.
Musyawarah dilakukan juga untuk membahas materi-materi tertentu dari sebuah
kitab yang dianggap rumit untuk memahaminya.
Langkah persiapan terpenting pada metode ini adalah terlebih
dahulu memberikan topik-topik materi yang akan dimusyawarahkan.Pilihan topik
itu sendiri amat ditentukan. Topik yang menarik umumnya akan mendapat respon
yang baik dan memberikan dorongan yang kuat kepada santri untuk belajar.
Penetuan topik secara lebih awal ini dimaksudkan agar peserta dapat
mempersiapkan jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan. Selain itu juga disampaikan
penjelasan tentang cara-cara yang dilakukan berkenaan dengan dipilihnya metode
sebagai permulaan, kyai atau ustadz atau salah satu santri senior menjelaskan
secara singkat permulaan yang akan dibahas.
4)
Metode Hafalan
Pada metode ini para santri diberi tugas untuk menghafal
bacaan-bacaan dalam jangka waktu tertentu. Hafalan yang dimiliki santri ini
kemudian dihafalkan di hadapan kyai atau ustadz. Materi pembelajaran dengan
metode hafalan pada umumnya berkenaan dengan Al-Qur'an, nadzam-nadzam, untuk
nahwu, sharaf, tajwid, atau teks-teks nahwu, sharaf dan fiqih.
5)
Metode Demonstrasi atau Praktek Ibadah
Metode ini adalah cara pembelajaran yang dilakukan dengan
mempraktekkan suatu keterampilan dalam hal pelaksanaan ibadah tertentu yang
dilakukan perseorangan maupun kelompok di bawah petunjuk kyai maupun ustadz.
Adapun untuk memudahkan penelitian, saya menggunakan angket
karena para pengurus tidak bisa mewakili secara langsung. Lebih jelasnya untuk
mengetahui tentang matode pembelajaran di Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung
Sempu Banyuwangi itu efektif atau tidak dapat dilihat dari angket yang saya
sebarkan kepada para santri di Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi.
Tabel 4.4
Frekuensi jawaban tentang peran
metode pembelajaran
No Item
|
Alternatif Jawaban
|
N
|
F
|
%
|
1
|
a.
Sangat penting
|
40
|
33
|
82,5
|
b.
Penting
|
-
|
7
|
17,5
|
|
c. Tidak
Penting
|
-
|
-
|
-
|
|
Jumlah
|
40
|
40
|
100
|
Sumber
data: angket responden
Dari tabel di atas responden siswa tentang metode
pembelajaran yang ada di Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi
dapat diambil kesimpulan bahwa 82,5 % peran metode pembelajaran sangat penting
dan 17,5 % dianggap penting. Dari tabel tersebut penulis menyimpulkan bahwa
metode pembelajaran dianggap sangat penting, karena metode pembelajaran adalah
suatu cara pemahaman terhadap materi – materi yang diajarkan. Karena tanpa
metode pembelajaran suatu ilmu sangat sulit untuk di tularkan kepada orang
lain.
Tabel 4.5
Frekuensi jawaban tentang metode pembelajaran yang ada
di Pondok Pesantren
No Item
|
Alternatif Jawaban
|
N
|
F
|
%
|
2
|
a. Baik
Sekali
|
40
|
26
|
65
|
b. Cukup
Baik
|
-
|
14
|
35
|
|
c.
Kurang Baik
|
-
|
-
|
-
|
|
Jumlah
|
40
|
40
|
100
|
Sumber data: angket responden
Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa metode
pembelajaran yang ada di Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi, 65%
baik sekali dan 35% cukup baik. Dalam hal ini gurulah yang menentukan suatu
metode. Untuk itu guru harus menilai efisiensi metode yang digunakan sehingga
tidak bertentangan dengan tujuan yang dirumuskan, kematangan anak didik
fasilitas dan lingkungan. Metode yang baik bisa menjadi jelek apabila guru
tidak bisa menguasai teknik pelaksanaannya . Untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan metode pembelajaran yang ada di Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung
Sempu Banyuwangi dapat dilihat pada table berikut.
Tabel
4.6
Frekuensi
jawaban tentang pelaksanaan metode pembelajaran
No Item
|
Alternatif Jawaban
|
N
|
F
|
%
|
3
|
a. Baik
sekali
|
40
|
21
|
52,5
|
b. Cukup
Baik
|
-
|
19
|
47,5
|
|
c.
Kurang Baik
|
-
|
-
|
-
|
|
Jumlah
|
40
|
40
|
100
|
Sumber data : angket responden
Tabel di atas menunjukkan bahwa pelaksanaan metode
pembelajaran di Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi 52,5% baik
sekali, dan 35% cukup baik. Jadi penulis dapat menyimpulkan bahwa pelaksanaan
metode pembelajaran di Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi sangat
baik, hal ini terlihat pada prestasi para santri yang semakin meningkat dan
juga terlihat dengan banyaknya metode pembelajaran yang ada di Pondok Pesantren
Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi. Untuk mengetahui metode – metode apa saja
yang di terapkan Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.7
Frekuensi
jawaban tentang metode pembelajaran yang di terapkan di
Pondok Pesantren
No Item
|
Alternatif Jawaban
|
N
|
F
|
%
|
4
|
a.
Metode Sorogan
|
40
|
15
|
37,5
|
b.
Metode Ceramah
|
-
|
15
|
37,5
|
|
c.
Metode Tanya Jawab
|
-
|
10
|
25
|
|
Jumlah
|
40
|
40
|
100
|
Sumber data : angket responden
Dari tabel di atas mengenai metode apa saja yang di terapkan
Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi, maka dapat di ambil kesimpulan
bahwa 37,5% adalah metode sorogan, 37,5% adalah metode ceramah, sedangkan 25%
adalah metode Tanya jawab. Dalam memilih metode seorang guru harus menggunakan
metode yang sesuai dengan keadaan murid, fasilitas, lingkungan, sehingga tiodak
bertentangan dengan tujuan yang dirumuskan. Karena setiap metode pasti
mempunyai keunggulan dan kelemahan
2.
Pelaksanaan Metode Pembelajaran Sorogan di
Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi
Pembelajaran sorogan di Pondok Pesantren Al-Azhar
Tugung Sempu Banyuwangi biasanya di laksanakan setelah sholat ashar. Dalam
proses belajar mengajar metode sorogan, dalam1 (satu) kelasnya dibagi dalam
beberapa kelompok, dan setiap kelompok biasanya beranggotakan 5-8 orang dengan
1(satu) guru atau ustadz pada setiap kelompoknya. Untuk itulah, dalam
pelaksanaan metode pembelajaran sorogan ini dibutuhkan guru yang sangat banyak.
Begitu juga dengan siswanya, semakin sedikit siswa yang belajar maka
pembelajaran sorogan ini semakin efektif. Dan semakin banyak siswa dalam
pembelajaran ini tidak akan efektif.
Dalam pembelajaran sorogan ini dilaksanakan
dalam suatu ruangan, dan dalam ruangan tersebut diberi batas – batas atau sekat
– sekat. Hal ini dilakukan agar dalam proses pembelajaran tidak terjadi
komunikasi antara kelompok satu dengan kelompok yang lain.
Adapun tata cara pelaksanaannya adalah :
Pertama – tama santri berkumpul ditempat pengajian
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan masing – masing santri membawa
kitab yang hendak dikaji. Seorang santri yang mendapat giliran menghadap
lagsung secara tatap muka kepada kyai atau ustadz pengajar, kemudian dia
membuka bagian yang akan dikaji. Setelah itu murid membaca dan guru
mendengarkan bacaan murid, bila dalam pembacaan murid itu terdapat kesalahan
maka guru langsung membenarkannya dan hal ini dilakukan secara bergantian. Setelah
semua murid mendapat giliran, kemudian seorang guru memberikan satu pertanyaan
dan pertanyaan tersebut harus dijawab oleh kelompok tersebut.
Adapun untuk memudahkan penelitian, saya
menggunakan angket karena guru tidak bisa mewakili secara langsung. Lebih
jelasnya untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan metode sorogan di Pondok
Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi itu dapat dilihat dari angket yang
saya sebarkan kepada para santri Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi.
Tabel 4.8
Frekuensi jawaban tentang penerapan metode sorogan
No Item
|
Alternatif Jawaban
|
N
|
F
|
%
|
5
|
a.
Selalu
|
40
|
23
|
57,5
|
b.
Kadang - Kadang
|
-
|
17
|
42,5
|
|
c.
Jarang
|
-
|
-
|
-
|
|
Jumlah
|
40
|
40
|
100
|
Sumber data : angket responden
Tabel di atas menunjukkan bahwa penerapan
metode sorogan selalu diterapkan sebanyak 57,5% dan 42,5% kadang diterapkan
kadang tidak diterapkan. Jadi sangatlah mungkin bahwa penerapan metode sorogan
ini sudah hampir mencapai maksimal.
Tabel 4.9
Tentang waktu metode sorogan
dilaksanakan
No Item
|
Alternatif Jawaban
|
N
|
F
|
%
|
6
|
a.2x
dalam 1 bulan
|
40
|
-
|
-
|
b. 3x
dalam 1 bulan
|
-
|
-
|
-
|
|
c. 4x
dalam 1 bulan
|
-
|
40
|
100
|
|
Jumlah
|
40
|
40
|
100
|
Sumber data : angket responden
Tabel
di atas mengenai waktu metode sorogan dilaksanakan, dapat diambil kesimpulan
bahwa 100% metode sorogan dilaksanakan 4x dalam 1bulan. Hal ini menunjukkan
bahwa metode sorogan benar – benar di laksanakan dalam tiap minggunya.
Tabel 4.10
Tentang guru dalam menggunakan metode sorogan dalam proses
belajarmengajar
No
Item
|
Alternatif
Jawaban
|
N
|
F
|
%
|
7
|
a.
Selalu
|
40
|
4
|
10
|
b.
Kadang - Kadang
|
-
|
36
|
90
|
|
c.
Tidak Sama Sekali
|
-
|
-
|
-
|
|
Jumlah
|
40
|
40
|
100
|
Sumber
data : angket responden
Tabel di atas menunjukkan bahwa guru dalam
menggunakan metode sorogan dalam proses belajar mengajar dapat diambil
kesimpulan bahwa 10% guru selalu menggunakan metode sorogan dalam proses
belajar mengajar dan 90% guru kadang menggunakan dan kadang tidak mengunakan
dalam proses belajar mengajar. Jadi sangat dimungkinkan bahwa guru menggunakan
metode sorogan hanya pada materi – materi tertentu. Untuk mengetahui materi –
materi apa saja yang menggunakan metode sorogan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 4.11
Frekuensi jawaban
tentang materi pelajaran yang menggunakan
metode sorogan
No Item
|
Alternatif Jawaban
|
N
|
F
|
%
|
8
|
a.Fiqih
|
40
|
34
|
85
|
b.
Tafsir
|
-
|
-
|
-
|
|
c. Nahwu
|
-
|
6
|
15
|
|
Jumlah
|
40
|
40
|
100
|
Sumber data : angket responden
Tabel di atas menunjukkan bahwa materi
pelajaran yang menggunakan metode sorogan yaitu 85% adalah materi fiqih dan 15%
adalah materi nahwu. Adapun untuk mengetahui apakah mereka paham terhadap
materi – materi yang diajarkan Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi
dengan menggunakan metode sorogan dapat diihat pada tabel berikut.
Tabel
4.12
Frekuensi jawaban
tentang pemahaman terhadap materi pelajaran
yang menggunakan metode sorogan
No Item
|
Alternatif Jawaban
|
N
|
F
|
%
|
9
|
a.Bertambah
Paham
|
40
|
38
|
95
|
b.Tetap
|
-
|
2
|
5
|
|
c.Tetap Saja Tidak Berpengaruh
|
-
|
-
|
-
|
|
Jumlah
|
40
|
40
|
100
|
Sumber data : angket responden
Tabel di atas tentang pemahaman terhadap
materi pelajaran setelah menggunakan metode sorogan yaitu 95% bertambah paham
terhadap materi pelajaran setelah menggunakan metode sorogan dan 5% tetap atau
tidak bertambah paham setelah menggunakan metode sorogan. Oleh karena itu
penulis menyimpulkan bahwa dengan menggunakan metode sorogan, para santri
semakin bertambah paham terhadap materi -materi pelajaran, seperti materi
pelajaran fiqih dan nahwu. Sedangkan untuk mengeahui kendala-kendala apa saja
yang harus dihadapi dalam pelaksanaan metode pembelajaran sorogan ini dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.13
Tentang
kendala-kendala yang harus dihadapi dalam pelaksanaan
sorogan
No Item
|
Alternatif Jawaban
|
N
|
F
|
%
|
10
|
a.Kurangnya
waktu dalam proses belajar mengajar
|
40
|
7
|
17,5
|
b.Santri
dituntut belajar terlebih dahulu sebelum memasuki kelas
|
-
|
22
|
55
|
|
c. Kurangnya waktu istirahat
|
-
|
11
|
27,5
|
|
Jumlah
|
40
|
40
|
100
|
Sumber data : angket responden
Tabel di atas menunjukan bahwa kendala-
kendala yang harus dihadapi dalam pelaksanaan metode sorogan adalah 17,5%
kurangnya waktu dalam proses belajar mengajar, 55% santri di tuntut untuk
belajar dahulu sebelum memasuki kelas dan 27,5% kurangnya waktu istirahat.
Metode sorogan adalah metode pengajaran kitab tradisional Islam yang paling
sulit dan yang paling rumit untuk itu dibutuhkan ketrampilan, ketekunan,
kesabaran, waktu yang banyak dan lain- lain. Sehingga metode ini sangat berat
untuk dilakukan. Untuk mengetahui apakah para santri keberatan atau tidak
dengan adanya metode sorogan ini, maka dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.14
Frekuensi jawaban tentang keberatn dan tidaknya adanya
metode sorogan
No Item
|
Alternatif Jawaban
|
N
|
F
|
%
|
11
|
a.Tidak
Keberatan
|
40
|
31
|
77,5
|
b.Kadang-kadang
|
-
|
8
|
20
|
|
c.Keberatan
|
-
|
1
|
2,5
|
|
Jumlah
|
40
|
40
|
100
|
Sumber data :
angket responden
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa
santri yang merasa tidak keberatan dengan adanya metode sorogan adalah 77,5%
tidak keberatan dan 20% santri kadang merasa keberatan kadang tidak keberatan
serta 2,5% santri yang merasa keberatan dengan adanya metode sorogan. Dari
tabel tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa santri tidak merasa keberatan
dengan sorogan yang mana orang melihat bahwa metode ini adalah metode yang amat
berat dilaksanakan. Karena metode ini sangat berat, biasanya murid belajar
dengan tekun
Tabel 4.15
Frekuensi jawaban adanya metode
sorogan santri belajar dahulu sebelum
memasuki kelas
No Item
|
Alternatif Jawaban
|
N
|
F
|
%
|
12
|
a. Ya,
selalu belajar
|
40
|
5
|
12,5
|
b.
Kadang-kadang
|
-
|
33
|
82,5
|
|
c. Tidak belajar
|
-
|
2
|
5
|
|
Jumlah
|
40
|
40
|
100
|
Sumber
data: angket responden
Tabel di atas menunjukkan bahwa dengan
adanya metode sorogan maka santri belajar terlebih dahulu sebelum memasuki
kelas adalah 12,5 % dan 82,5 % kadang-kadang belajar terlebih dahulu sebelum
memasuki kelas dan 5% tidak belajar sama sekali sebelum memasuki kelas.Metode
sorogan adalah metode yang mana murid membaca kitab dan guru menyimaknya, dan
metode ini adalah metode yang paling sulit diantara metode metode yang lain.
Untuk itu murid perlu belajar untuk menguasai metode ini, dan apabila guru
menyuruh untuk membaca kitab murid dengan mudah
membacanya. Hal inilah yang menyebabkan murid belajar terlebih dahulu
sebelum memasuki kelas. Untuk mengetahui apakah santri belajar sendiri atau
ditemani orang lain dapat dilihat ada table berikut
Tabel 4.16
Frekuensi jawaban tentang belajar sendiri atau ditemani
orang lain
No Item
|
Alternatif Jawaban
|
N
|
F
|
%
|
13
|
a.
Belajar sendiri
|
40
|
14
|
35
|
b.
Ditemani orang lain
|
-
|
7
|
17,5
|
|
c. kadang-kadang ditemani orang lain
|
-
|
19
|
47,5
|
|
Jumlah
|
40
|
40
|
100
|
Sumber
data: angket responden
Tabel di atas tentang belajar sendiri atau
ditemani orang lain dapat diambil kesimpulan bahwa 35 % santri di Pondok
Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi adalah belajar sendiri, 17,5%
ditemani orang lain dan 47,5% kadang-kadang ditemani orang lain.Belajar tidak
hanya dilakukan sendirian, tetapi juga bisa dilakukan secara bersama-sama,
misalnya dengan melakukan Tanya jawab. Maka untuk melakukan metode ini
diperlukan orang lain. Untuk itulah kadang-kadang belajar memerlukan orang lain
Tabel 4.17
Frekuensi jawaban tentang keseriusan dalam mengikuti
pelajaran
No Item
|
Alternatif Jawaban
|
N
|
F
|
%
|
14
|
a.
Sangat serius
|
40
|
5
|
12,5
|
b. Cukup
serius
|
-
|
30
|
75
|
|
c. Kurang serius
|
-
|
5
|
12,5
|
|
Jumlah
|
40
|
40
|
100
|
Sumber
data: angket responden
Tabel di atas
tentang keseriusan mengikuti pelajaran, bahwa 12,5% santri di Pondok Pesantren Al-Azhar
Tugung Sempu Banyuwangi sangat serius dalam mengikuti pelajaran, 75% cukup
serius dalam mengikuti pelajaran dan 12,5% kurang serius dalam mengikuti
pelajaran. Keseriusan santri dapat dilihat pada keaktifan dalam kelas dan dapat
pula dilihat pada hasil ulangan para santri. Sehingga dapat diambil kesimpulan
bahwa 75% santri Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi cukup serius
dalam mengikuti pelajaran
3.
Manfaat Metode Sorogan dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Santri
Awal timbulnya
atau munculnya metode sorogan di Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi
adalah dikarenakan banyaknya prestasi murid yang menurun. Hal ini terlihat
ketika siswa tidak bisa mengerjakan soal ujian atau evaluasi. Maka untuk
mengatasi permasalahan itu dibutuhkan suatu metode, yang mana metode ini
benar-benar akurat dalam mengatasi permasalahan itu. Maka dipilihlah sorogan
sebagai salah satu metode untuk mengatasi permasalahan ini. Dan alhamdulillah
melalui metode inilah kini prestasi para santri pun mulai membaik kembali.
Dari hasil
wawancara dengan guru atau ustadz di Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi
dapat diketahui bahwa manfaat metode sorogan adalah:
1. Dengan
adanya metode sorogan, maka hal ini menjadikan siswa hafal tentang teori.
2. Siswa
bisa mengungkapkan teori tersebut dan bisa melaksanakan atau mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
3. Menjadikan
siswa lebih trampil dalam membaca kitab.
4. Dengan
ketrampilan berpikir itulah, sehingga para santri mengalami peningkata
prestasi, hal ini terlihat pada hasil setiap evaluasi.
5. Melatih
santri untuk sabar, tekun, trampil dalam belajar.
6. Dengan
adanya metode sorogan ini siswa berlomba-lomba untuk memperoleh nilai yang
baik.
Adapun untuk
memudahkan penelitian, saya menggunakan angket karena para guru tidak bisa
mewakili secara langsung. Lebih jelasnya untuk mengetahui tentang bagaimana
prestasi belajar santri yang ada Pondok
Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi dapat dilihat pada angket yang saya
sebarkan kepada para santri.
Tabel 4.18
Frekuensi jawaban tentang metode sorogan dalam membantu
meningkatkan prestasi
No Item
|
Alternatif Jawaban
|
N
|
F
|
%
|
15
|
a. Sangat membantu
|
40
|
29
|
72,5
|
b. Cukup membantu
|
-
|
11
|
27,5
|
|
c. Tidak membantu
|
-
|
-
|
-
|
|
Jumlah
|
40
|
40
|
100
|
Sumber data : angket responden
Tabel di atas
tentang metode sorogan dalam membantu meningkatkan prestasi belajar maka dapat
di ambil kesimpulan 75,5% metode sorogan sangat membantu dalam meningkatkan
prestasi belajar, dan 27,5% metode sorogan cukup membantu dalam meningkatkan
prestasi belajar. Prestasi belajar dapat dilihat dari nilai santri yang semakin
meningkat. Adapun mengetahui nilai siswa menjadi meningkat dengan adanya metode
sorogan ini dapat diihat pada tabel berikut
Tabel 4.19
Tentang penggunaan metode sorogan dalam meningkatkan nilai
No Item
|
Alternatif Jawaban
|
N
|
F
|
%
|
16
|
a. Ya,
bertambah naik
|
40
|
32
|
80
|
b. Tetap
|
-
|
8
|
20
|
|
c. Menurun
|
-
|
-
|
-
|
|
Jumlah
|
40
|
40
|
100
|
Sumber data : angket responden
Tabel di atas
mengenai penggunaan metode pembelajaran sorogan dalam meningkatkan nilai maka
dapat diambil kesimpulan bahwa 80% metode pembelajaran sorogan mampu
meningkatkan nilai dan 20% adalah tetap (tidak ada peningkatan nilai). Melalui
metode inilah maka santri berlomba-lomba untuk mendapatkan nilai yang terbaik. Dan
untuk mendapatkan nilai yang baik itu, maka para siswa harus belajar. Untuk
mengetahui apakah metode sorogan mampu membangkitkan motivasi belajar atau
tidak dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.20
Tentang metode sorogan dalam membangkitkan
motivasi belajar.
No Item
|
Alternatif Jawaban
|
N
|
F
|
%
|
17
|
a.
Ya
|
40
|
30
|
75
|
b.
Kadang-kadang
|
-
|
10
|
25
|
|
c. Tidak
|
-
|
-
|
-
|
|
Jumlah
|
40
|
40
|
100
|
Sumber
data: angket responden
Tabel di atas
tentang metode sorogan dalam membangkitkan motivasi belajar maka dapat diambil
kesimpulan 75% adalah sangat membantu dalam membangkitkan motivasi belajar dan
25% kadang-kadang metode sorogan cukup membantu dalam membangkitkan motivasi
belajar. Metode yang menarik dapat membangkitkan semangat siswa. Untuk itu guru
harus pandai memilih metode, karena metode adalah salah
satu komponen
pendidikan yang harus dikuasai oleh guru
Tabel 4.21
Tentang metode sorogan dalam meningkatkan minat belajar
No Item
|
Alternatif Jawaban
|
N
|
F
|
%
|
18
|
a.
Sangat membantu
|
40
|
18
|
45
|
b. Cukup
membantu
|
-
|
21
|
52,5
|
|
c. Tidak membantu
|
-
|
1
|
2,5
|
|
Jumlah
|
40
|
40
|
100
|
Sumber
data: angket responden
Tabel di atas
tentang metode sorogan dalam membantu meningkatkan minat belajar, dapat
disimpulkan bahwa 45% metode sorogan sangat membantu dalam meningkatkan minat
belajar, 52,5% cukup membantu dalam meningkatkan minat belajar, dan 2,5% metode
sorogan tidak membantu dalam meningkatkan minat belajar. Untuk itu seorang guru
harus pandai dalam memilih suatu metode. Karena metode yang menarik akan membangkitkan
minat siswa
Tabel 4.22
Frekuensi jawaban tentang metode sorogan
dalam memberi manfaat
terhadap
penyampaian materi pelajaran
No Item
|
Alternatif Jawaban
|
N
|
F
|
%
|
19
|
a. Ya,
sangat bermanfaat
|
40
|
40
|
100
|
b.
Kurang bermanfaat
|
-
|
-
|
-
|
|
c. Tidak bermanfaat
|
-
|
-
|
-
|
|
Jumlah
|
40
|
40
|
100
|
Sumber data:
angket responden
Tabel di atas
tentang metode sorogan dalam memberi manfaat terhadap penyampaian materi
pelajaran, dapat diambil kesimpulan bahwa 100% metode sorogan sangat bermanfaat
dalam penyampaian materi pelajaran. Metode sorogan memang metode paling sulit diantara metode
–metode yang lain. Karena metode ini menuntut kesabaran dan ketekunan, sehingga
santri belajar lebih tekun. Melalui belajar inilah maka materi pelajaran itu
dapat dikuasai oleh peserta didik. Untuk mengetahui metode sorogan bermanfaat
dalam meningkatkan prestasi dapat dilihat pada table berikut.
Tabel 4.23
Frekuensi jawaban tentang metode sorogan
bermanfaat dalam
meningkatkan prestasi
No Item
|
Alternatif Jawaban
|
N
|
F
|
%
|
20
|
a.
Sangat bermanfaat
|
40
|
38
|
95
|
b.
Kurang bermanfaat
|
-
|
2
|
5
|
|
c.Tidak bermanfaat sama sekali
|
-
|
-
|
-
|
|
Jumlah
|
40
|
40
|
100
|
Sumber
data: angket responden
Tabel di atas
mengenai metode sorogan bermanfaat dalam meningkatkan prestasi belajar dapat
diambil kesimpulan bahwa 95% metode sorogan sangat bermanfaat dalam
meningkatkan prestasi belajar dan 5% kurang bermanfaat dalam meningkatkan
prestasi belajar. Hal ini dapat dilihat pada prestasi santri. Santri Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi
sebelum menggunakan metode ini prestasinya yang tadinya kurang begitu baik,
akan tetapi setelah menggunakan metode ini prestasinya menjadi baik.
BAB
V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas maka peulis
menyimpulkan isi dari skripsi ini sebagai berikut :
1. Pembelajaran sorogan yang ada di Pondok Pesantren Al-Azhar
Tugung Sempu Banyuwangi, menggunakan dua model yaitu pendidikan formal dan
pendidikan non formal. Pendidikan formal adalah pendidikan yang dilaksanakan
disekolah formal yang ada di lingkungan
Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi dan pendidikan non formal
adalah pendidikan yang dilaksanakan di lingkungan pondok pesantren itu sendiri
yang mengajarkan pendidikan agama saja yang menggunakan metode seperti : metode
wetonan, sorogan, musyawarah, hafalan, demontrasi /praktek ibadah
|
1.
Metode sorogan yang diterapkan di pondok pesantren Al-Azhar
Tugung Sempu Banyuwangi mempunyai manfaat
a)
Menjadikan siswa hafal tentang teori.
b)
Siswa bisa mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
c) Siswa lebih
trampil dalam membaca kitab.
d) Siswa
mengalami peningkatan prestasi, yang terlihat pada hasil setiap evaluasi.
e) Melatih
santri untuk sabar, tekun, trampil, dalam belajar.
f) Terjadi
kompetisi antar santri.
B. Saran
- Diharapkan Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi lebih meningkatkan lagi program kegiatan yang sudah dilaksanakan, sehingga Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi akan lebih berkembang lagi di masa yang akan datang.
- Hendaknya sebagai santri agar lebih giat belajar, dalam mendalami dan memahami ilmu-ilmu agama yang telah diberikan Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi, sehingga apa yang diharapkan oleh orang tua, Pondok Pesantren khususnya yang dicita-citakannya dapat diraih dengan baik.
- Hendaknya model pembelajaran sorogan tersebut dapat dilaksanakan dan dipertahankan terus, karena dengan model seperti itu dapat menghasilkan generasi penerus yang berkualitas dan handal, sehingga nantinya akan bermanfaat bagi pembangunan bangsa dan negara khususnya pembangunan syari’at agama Islam
ANGKET SISWA
Di bawah ini tersedia sejumlah pertanyaan yang harus anda jawab dengan
jujur sesuai dengan yang sebenarnya pada diri anda. Pertanyaan ini tidak
mempengaruhi pada nilai prestasi anda. Selanjutnya jawaban yang anda berikan
merupakan data yang penting untuk diketahui.
I.
Tuliskan identitas anda pada tempat yang disediakan,
dan atas kesediaan anda tak lupa kami mengucapkan terima kasih.
Identitas pengisi:
1.
Nama :…………………………………….
2.
Kelas :…………………………………….
II. Petunjuk
Pilihlah salah satu jawaban yang
sesuai dengan keadaan dan pendapat anda dan berilah tanda silang (X) pada huruf
yang ada.
1. Bagaimana pendapat anda tentang peran metode
pembelajaran yang ada di Pondok Pesantren Sumbersari Pare Kediri
a. Sangat penting b.
Penting c.
Tidak penting
2. Bagaimana .pendapat anda tentang metode
pembelajaran yang ada di pondok
Pesantren Sumbersari Pare Kediri
a. Baik sekali b. Cukup
baik c. Kurang
baik
3. Bagaimana pelaksanaan metode pembelajaran yang
ada di Pondok Pesantren
a. Baik sekali b. Cukup
baik c. Kurang
baik
4. Metode apa saja yang diterapkan di Pondok
Pesantren Sumbersari Pare Kediri
a. Metode Sorogan b. Metode ceramah c………
5. Bagaimana penerapan metode sorogan di pondok
pesantren ini
a. Selalu b.
Kadang – kadang
6. Berapa kali dalam satu bulan metode pembelajaran
sorogan dilaksanakan
a. 2x dalam 1 bulan b.
3x dalam 1 bulan c. 4x dalam 1 bulan
7. Apakah guru anda selalu menggunakan metode
sorogan dalam proses belajar mengajar
a. Selalu b. Kadang –
kadang c. Tidak sama sekali
8. Materi pelajaran apa yang menggunakan metode
sorogan
a.
Fiqih b.
Tafsir c. ……….
9.
Bagaimana pemahaman anda terhadap materi pelajaran setelah
menggunakan metode sorogan
a. Bertambah paham
b. Tetap c. Tetap saja .tidak
berpengaruh
10. Kendala – kendala apa saja yang dihadapi
dalam pelaksanaan
metode.sorogan
a.Kurangnya waktu dalam proses belajar mengajar
b.Santri di tuntut belajar terlebih dahulu
sebelum memasuki kelas
c.……………….
11. Apakah saudara
tidak merasa keberatan dengan adanya metode sorogan
a. Tidak b.
Kadang – kadang c Keberatan
12. Dengan adanya
metode sorogan, apakah anda belajar dahulu sebelum
memasuki kelas
a. Ya, selalu belajar b. Kadang - kadang c. Tidak belajar
13. Dalam waktu belajar, apakah anda belajar
sendiri atau ditemani oleh orang
lain
a. Belajar sendiri b. Ditemani orang lain c………
14. Bagaimana keseriusan anda dalam mengikuti
pelajaran yang ada di
pondok pesantren
a. Sangat serius b. Cukup
serius c.
Kurang serius
15. Apakah metode sorogan dapat membantu meningkatkan prestasi belajar
anda
a. Sangat membantu b. Cukup
membantu c. Tidak membantu
16. Apakah dengan
menggunakan metode pembelajaran sorogan nilai anda
menjadi meningkat
a. Ya, bertambah naik b.
Tetap c.
Menurun
17. Apakah metode sorogan dapat membangkitkan
motivasi belajar anda
a. Ya b.
Kadang – kadang c Tidak
18. Menurut anda, apakah metode sorogan dapat
membantu meningkatkan
minat belajar anda
a.
Sangat membantu b. Cukup membantu c. Tidak membantu .
19. Menurut anda, apakah metode sorogan memberi
manfaat terhadap
penyampaian .materi pelajaran
a. Ya, sangat bermanfaat b. Kurang bermanfaat c. Tidak bermanfaat
20. Menurut anda, apakah metode sorogan
bermanfaat dalam meningkatkan
prestasi belajar anda
a. Sangat bermanfaat b. Kurang bermanfaat c. Tidak
bermanfaat sama
sekali
JADWAL KEGIATAN
PONDOK PESANTREN AL-AZHAR
TUGUNG SEMPU BANYUWANGI
No
|
JoeniJJJJJenis
Kegiatan
|
Waktu
|
Tempat
|
Keterangan
|
1.
|
Sholat Subuh
|
04.45 Ist.
|
Musholla
|
|
2.
|
Mengaji Qiroati
|
05.15 –Selesai
|
|
|
3.
|
Aktifitas sehari-hari
|
|
|
|
4.
|
Sekolah
|
07.15 -11.45Ist
|
|
Kls VI MI-MDA
|
5.
|
Wajib Belajar
|
08.15 – 10.30 Ist
|
Jemuran dan Kantor Masjid Lantai II
|
Kelas V Kebawah
|
6.
|
Tidur Siang
|
11.00–12.15 Ist
|
Kamar
|
|
7.
|
Sholat Dhuhur
|
12.15-13.00 Ist
|
Musholla
|
Seluruh santri
|
8.
|
Sekolah
|
13.15-16.15 Ist
|
|
Kelas V Kebawah
|
9.
|
Syawir
|
14.30-16.30 Ist
|
|
Tingkat Mts sabtu-Senin Tingkat Aliyah Setiap hari
|
10.
|
Mengaji dan Musyawarah
|
15.00-17.00 Ist
|
Kamar A no 1
|
MDA
Tingkat 1
|
11.
|
Wajib Belajar
|
15.30-16.15 Ist
|
Musholla
|
Kelas VI
|
12.
|
Sholat Ashar
|
16.30-17.00 Ist
|
Musholla
|
|
13.
|
Mengaji Kitab
|
17.00-17.45 Ist
|
|
Menurut tingkatan kelasnya
|
14.
|
Makan Sore
|
17.45-18.05 Ist
|
Tidak Tertentu
|
|
15.
|
Sholat Maghrib
|
18.20-18.45 Ist
|
Musholla
|
|
16.
|
MengajiWajib
|
18.4 5-19.30 Ist
|
Musholla
|
Seluruh Santri
|
17.
|
Sholat 'Isya
|
19.30-20.00 Ist
|
Musholla
|
|
18.
|
Mengaji Al-Qur'an
|
20.00-21.00 Ist
|
Sesuai Kesepakatan
|
|
19.
|
Mengaji Wajib
|
21.00-21.30 Ist
|
Musholla
|
Kecuali tingkat Ibtida'
|
20.
|
Musyawarah
|
21.30-23.15 Ist
|
Kelas Masing-masing
|
Semua tingkatan Kecuali MDA I dan II hanya malam Rabu dan Kamis
|
21.
|
Mengaji Hikam
|
21.30-22.00 Ist
|
Kamar A no 1
|
Pengurus dan Tingkat MDA
|
22.
|
Jam Malam (Tidur)
|
24.00-03.30 Ist
|
KamarMasing-masing
|
|
23.
|
Mujadahan
|
03.00-04.15 Ist
|
Musholla
|
|
24.
|
Sholat Subuh
|
04.45-05.30 Ist
|
Musholla
|
|
TATA TERTIB PON PES AL-AZHAR
TUGUNG SEMPU BANYUWANGI
Kewajiban
1) Mengaji
dan sekolah sampai tamat MDA.
2) Mengikuti
pengajian Hadrutusyaikh.
3) Mengikuti
pengajian Al Qur'an bagi santri yang belum mampu membaca Al-Qur'an dan belum
khatam.
4) Mengikuti
kegiatan pondok dan organisasi Furu'.
5) Mengikuti
jama'ah sholat maktubah di musholla.
6) Mengaji
menurut tingkatannya.
7) Mengikuti
Jam'iyyatul Qurro'.
8) Menghormati
tamu.
9) Berbicara baik dan sopan.
10) Berpakaian resmi
ala pesantren, berkerudung kurung dan memakai .kaos kaki apabila keluar dan
masuk pondok.
11) Berkerudung bila
keluar kamar.
12) Di tempat
panggilan bila menemui famili dengan membawa kartu mahrom atau kartu panggilan.
13) Bila akan pulang
mengambil buku perizinan ke kantor panggilan dan minta tanda tangan ibu Nyai
serta mengembalikannya bila sudah datang.
14) Apabila pulang
dan pergi sesuai dengan izinnya.
15) Diantar dan
dijemput oleh mahrom ketika datang dan pulang.
16) Lapor kepada
keamanan bila terjadi kehilangan.
17) Membayar uang
syahriyah setiap bulan selambat-lambatnya tanggal 10 bulan Qomariyah.
18) Berada didalam
pondok setelah masuk waktu maghrib.
19) Menjaga nama baik
pondok dimana saja berada.
Larangan
1)
Berguarau pada waktu jama'ah sholat dan mengaji,
sekolah, tidur dan jaga malam.
2)
Duduk dibaduk musholla dan pondok serta meletakkan
sesuatu yang tidak pantas disekitar
pondok, musholla dan madrasah.
3)
Mengghosob dan memiliki hak orang lain.
4)
Pulang, datang, dan pergi sendirian.
5)
Surat
menyurat/telpon menelpon dengan selain mahrom.
6)
Naik kendraan melewati pondok putra.
7)
Mengriting, menyemir atau memendekkan rambut sebatas
pundak.
8)
Berpenampilan yang tidak sesuai dengan perilaku santri.
9)
Meminjam sepeda untuk berpergian.
10) Mengejek
tamu dan sesama santri.
11) Meminjam
peralatan milik ndalem.
12) Membawa,
menyimpan dan membunyikan radio, tape, tustel, HP dan sejenisnya.
13) Membawa
dan memakai celana panjang /trening kulot.
14) Membaca
koran, komik atau majalah kecuali pada tempat yang telah disediakan.
15) Membawa
atau membaca bacaan porno.
16) Memiliki
baju diatas 6 stel.
17) Memakai
rok pendek, meksi berbelek panjang, dan kaos berlengan pendek.
18) Masuk
kamar lain kecuali ada kepentingan syar'i.
19) Keluar
pondok kecuali pada hari yang telah ditentukan atau udzur.
20) Membeli
makanan ditempat yang tidak wajar.
21) Berkeliaran disawah-sawah.
22) Memakai
perhiasan kecuali anting-anting.
23) Mengundang
dan memberi kado santri putra.
24) Mencoret
-coret pada tempat yang bukan semestinya dan merusak segala bentuk pengumuman.
25) Bergurau
dan bergaul dengan santri putra.
26) Membuang
sampah disembarangan tempat.
27) Membawa
atau menyimpan obat-obatan terlarangan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arifin, Imron. 1993.Kepemimpinan
Kyai, Kasus Pondok Pesantren Tebu Ireng. Malang: Kalimasyahada Press.
Arifin,M. 1993.Kapita Selekta
Pendidikan (Islam dan Umum).Jakarta: Bumi Aksara.
Daien Indrakusuma, Amir.1973. Pengantar
Ilmu Pendidikan.Surabaya: Usaha Nasional
Dauly, Haidar Putra. 2001. Historisitas
Dan Eksistensi Pesantren, Sekolah dan Madrasah.Yogyakarta: Tiara Wacana.
Direktorat Jendral Kelembagaan Agama
Islam/Direktorat Pendidikan Keagamaan Dan Pondok Pesantren.2004.Profil
Pondok Pesantren Muaddalah .Departemen agama.
Dhofier, Zamakhsyari.1985.Tradisi
Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES.
Ghozali. M Bahri.2002.Pesanren
Berwawasan Lingkungan. Jakarta:
Prasasti.
Hasbullah.1996.Kapita Selekta
Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Hamalik, Oemar.1983.Metode Belajar
dan Kesulian-kesulitan Belajar. Bandung
Tarsito.
Hadi, Sutrisno. 1973. Metode
Research.Yogyakarta: Yayasan Penerbitan fakultas Psikologi UGM.
H.ttp,//.www,Webmaster.@ humas
depag.or.id.
Moleong, J.Lexy.2002.Metode
Penelitian Kualitatif.Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mastuhu.1994.Dinamika Sistem
Pendidikan Pesantren, Suatu Kajian Tentang Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan
Pesantren. Jakarta:
INIS.
Pondok Pesantren Dan Madrasah Diniyah
Pertumbuhan dan Perkembangannya. 2003. Depag RI.
Proyek Pembinaan Bantuan Kepada Pondok
Pesantren Dirjen BINBAGA
Islam.1982/1983. Pedoman
Penyelenggaraan Unit Ketrampilan Pondok Pesantren. Departemen Agama.
Raharjo, M. Dawam.1985.Pergulatan
Dunia Pesantren. Jakarta:
P3M.
Ramayulis.1990.Metodologi Pengajaran
Agama Islam. Jakarta:
Kalam Mulia
Saleh, Abdurrahaman dkk.1982.
Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren. Depag
RI.
Sunyoto.1988.Alam Pendidikan
Nasional. LP3ES: Pustaka Indonesia.
Sudjana, Nana.1989. Cara Belajar
Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Sukandarrumidi.2004. Metodologi
Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula.Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Tafsir, Ahmad.1991. Ilmu Pendidikan dalam
Perspektif Islam. Bandung:
Remaja Rosda karya.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2003.Tentang Sistem Pendidikan Nasional.Bandung: Citra Umbara.
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 :
Sensus Santri Ma'had Islami Al-Azhar
Tugung Sempu Banyuwangi.
Tabel 4.2 : Daftar pengajar Pondok
Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi.
Tabel 4.3
: Daftar materi pelajaran di
Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi.
Tabel 4.4 : Tentang peran metode Pembelajaran.
Tabel 4.5 :
Metode pembelajaran di Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu Banyuwangi.
Table 4.6 :
Tentang pelaksanaan Metode pembelajaran.
Tabel 4.7 :
Metode yang diterapkan di Pondok Pesantren
Al-Azhar Tugung Sempu
Banyuwangi.
Tabel 4.8 : Tentang penerapan metode sorogan.
Tabel 4.9 : Tentang waktu metode sorogan
dilaksanakan.
Tabel 4.10 : Tentang guru dalam menggunakan metode
sorogan dalam proses
belajar
mengajar.
Tabel 4.11 : Tentang materi yang menggunakan metode
sorogan.
Tabel 4 .12 : Tentang pemahaman terhadap
materi pelajaran yang
menggunakan metode
sorogan.
Tabel 4.13 : Kendala-kendala yang harus dihadapi dalam
pelaksanaan sorogan.
Tabel 4.14 : Tentang .keberatan dan tidaknya adanya
metode sorogan.
Tabel 4.15 : Tentang santri belajar dahulu sebelum
memasuki kelas.
Tabel
4.16 : Tentang santri belajar sendiri atau ditemani orang lain.
Tabel 4.17 : Tentang keseriusan dalam mengikuti
pelajaran.
Tabel 4.18 : Tentang metode sorogan dalam membantu
meningkatkan prestasi.
Tabel 4.1 : Tentang penggunaan metode sorogan dalam
meningkatkan nilai.
Tabel 4.20 : Tentang metode sorogan dalam
membangkitkan motivasi belajar.
Tabel 4.21 : Tentang metode sorogan dalam
meningkatkan minat belajar.
Tabel 4.22 : Tentang metode sorogan dalam
memberi manfaat terhadap
penyampaian
materi pelajaran.
Tabel 4.23 : Tentang metode sorogan
bermanfaat dalam meningkatkan
prestasi.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.1 : Pedoman angket
Lampiran 1.2
: Struktur Kepengurusan
Lampiran 1.3
: Jadwal kegiatan Pondok Pesantren Al-Azhar
Tugung Sempu.
Lampiran 1.4
: Tata tertib santri Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung Sempu.
3 komentar:
Artikeln yg nih OK bgt gan...bisa di copas ga? thx
mantaps gan...trus gue harus Gue bilang WaW gitu...
Theme blognya bagus juga...trus gue harus bilang WAW GITU!!
Posting Komentar