BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Visi pembangunan di era reformasi diarahkan pada terwujudnya masyarakat
Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan
sejahtera, dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh
manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertaqwa, berakhlaq mulia,
cinta tanah air, berkesadaran hukum, dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi serta berdisiplin.[1]
Perwujudan manusia yang berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab
pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subyek yang
makin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri
dan profesional pada bidangnya masing-masing. Hal tersebut diperlukan, terutama
untuk mengantisipasi era kesejagatan, khususnya globalisasi pasar bebas di
lingkungan Negara-negara ASEAN, seperti AFTA (Asean Free Trade Area), dan AFLA
(Asean Labour Area), maupun di kawasan Negara-negara Asia Pasifik (APEC).[2]
|
Pondok pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan, diakui mempunyai
andil yang cukup besar di dalam membesarkan dan mengembangkan dunia pendidikan.
Pondok pesantren juga dipercaya dapat menjadi alternatif bagi pemecahan
berbagai masalah pendidikan yang terjadi pada saat ini.
Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia.
Menurut para ahli, pondok pesantren baru dapat disebut pondok pesantren bila
memenuhi 5 syarat, yaitu: (1) ada kyai, (2) ada pondok, (3) ada masjid, (4) ada
santri, dan (5) ada pengajian kitab kuning.[4]
Pondok pesantren sebagai komunitas dan sebagai lembaga pendidikan yang
besar jumlahnya dan luas penyebarannya di berbagai pelosok tanah air telah
banyak memberikan saham dalam pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang religius.
Lembaga tersebut telah banyak melahirkan pemimpin bangsa di masa lalu, kini,
dan agaknya juga di masa yang akan datang. Lulusan pondok pesantren tak pelak
lagi, banyak yang mengambil partisipasi aktif dalam pembangunan bangsa. Namun
di sisi lain ada pula anggapan bahwa lulusan pondok pesantren susah diajak
maju. Hal ini dikarenakan sistem
pendidikan pondok pesantren yang kebanyakan masih sangat tradisional.
Menurut Mastuhu (dalam Manfred
Oepen) tujuan pendidikan pondok pesantren adalah menciptakan dan mengembangkan
kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan,
berakhlaq mulia, bermanfaat bagi masyarakat atau berkhidmat pada masyarakat
dengan jalan menjadi kawula atau abdi masyarakat sekaligus menjadi rasul, yaitu
menjadi pelayan masyarakat sebagaimana kepribadian nabi Muhammad saw (mengikuti
sunnah nabi), mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian,
menyebarkan agama atau menegakkan Islam dan kejayaan umat Islam di
tengah-tengah masyarakat (izzul Islam wal muslimin) serta
mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian Indonesia.[5]
Dari rumusan tujuan tersebut, tampak jelas bahwa pendidikan di pondok
pesantren sangat menekankan pentingnya menghidupkan Islam di tengah-tengah
kehidupan. Itu artinya
profesionalisme santri harus terus ditingkatkan sebagai modal menegakkan Islam
di tengah-tengah kehidupan yang semakin pesat dan selalu mengalami perubahan.
Pondok pesantren yang ada
sekarang pada umumnya telah mengalami perubahan dari dampak modernisasi. Dengan
semakin beranekaragam sumber-sumber belajar baru, dan semakin tingginya
dinamika komunikasi antara sistem pendidikan pondok pesantren dan sistem yang
lain, maka santri dapat belajar dari banyak sumber. Hal itu pula yang
melahirkan aneka ragam model pondok pesantren. Model-model itu merupakan
jawaban masing-masing pondok pesantren terhadap tuntutan era modern yang tidak
mungkin dihindari.
Salah satu bentuk perubahan pengelolaan pondok
pesantren adalah munculnya pondok pesantren modern, yang menggabungkan antara
unsur-unsur pendidikan Islam tradisional yang identik dengan kitab-kitab klasik
dengan pendidikan Islam modern yang menggunakan sistem dan metode yang modern.
Santri diajarkan berbahasa asing (Arab dan Inggris) yang memungkinkan untuk
mengakses bacaan buku-buku umum yang cukup luas termasuk kepustakaan asing.
Perpaduan dari kedua sistem pendidikan ini melahirkan sistem pendidikan yang
komprehensif, tidak saja hanya menekankan penguasaan terhadap khazanah keilmuan
Islam klasik tetapi juga mempunyai integritas keilmuan modern.[6]
Kemodernan pondok pesantren
juga dapat dilihat pada orientasinya yang lebih mementingkan penguasaan ilmu
alat, seperti bahasa Arab, dan bahasa Inggris. Penggunaan bahasa Asing belum
lagi menjadi penekanan utama pada pondok pesantren salaf. Selain itu metode
yang digunakan juga lebih bervariasi, tidak hanya terpaku pada sistem ceramah
saja. Media belajar yang digunakan juga
menyesuaikan dengan teknologi yang sedang berkembang, seperti penggunaan
laboratorium bahasa, laboratorium komputer dan lain-lain. Ditambah pula dengan
pemberian berbagai macam ketrampilan yang berguna setelah terjun di masyarakat
nanti.[7]
Dengan demikian, pondok
pesantren yang semula memfokuskan pada
pendidikan salaf, dengan masuknya materi-materi pelajaran umum yang juga
memperhatikan kepentingan keduniaan. Hal ini didasari bahwa dalam era modern
manusia tidak cukup hanya berbekal dengan moral yang baik saja, tetapi perlu di
lengkapi dengan keahlian atau ketrampilan yang relevan dengan kebutuan kerja.[8] Begitu pula terdapat kecenderungan yang
kuat bahwa santri membutuhkan ijazah dan pengusaan bidang keahlian, atau
ketrampilan yang jelas, yang dapat mengantarkannya untuk menguasai lapangan
kehidupan tertentu. Ini semua akibat dari adanya tuntutan perubahan modernisasi
kelembagaan pendidikan, terutama sekali pondok pesantren yang selama ini sangat
akrab dengan pendekatan tradisional. Modernisasi di dunia dakwah dan pendididikan
Islam kontemporer, tidak hanya mengubah basis sosio-kultural dan pengetahuan
santri semata, melainkan juga mengimbas pada masyarakat Islam secara
keseluruhan.[9]
Sebagai lembaga pendidikan, pondok pesantren dengan demikian tidak hanya
berfungsi sebagai lembaga yang mencetak kyai atau pemimpin keagamaan saja
tetapi juga mencetak pemimpin bangsa yang salih dan tenaga profesional dalam
bidang tertentu yang dijiwai oleh semangat moral agama sebagaimana yang
dicita-citakan oleh pendidikan nasional. Dalam UUSPN No 20 Tahun 2003 Pasal 3
yang berbunyi ”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.[10] Pribadi-pribadi seperti inilah yang
diperlukan oleh bangsa dan negara dalam melaksanakan pembangunan.
Pendidikan pondok pesantren
yang seperti inilah yang mampu mewakili pandangan tokoh Islam Asy-Syaibani
tentang tujuan pendidikan Islam yaitu:
1)
Tujuan
yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan,
tingkah laku, jasmani dan rohani, dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki
untuk hidup di dunia dan akhirat.
2)
Tujuan
yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah
laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya
pengalaman masyarakat.
3)
Tujuan
profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu,
sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.[11]
Karena itulah dengan
dikembangkannya sistem pendidikan pondok pesantren modern santri dituntut untuk
komitmen terhadap profesionalisme dalam menjalankan tugasnya sebagai juru
dakwah ajaran Islam. Seseorang dikatakan profesional, bilamana pada dirinya
melekat sikap dedikatif yang tinggi terhadap tugasnya, sikap komitmen terhadap
mutu proses dan hasil kerja, sikap kontinyu, yakni selalu memperbaiki dan memperbaharui
model-model atau cara kerjanya sesuai dengan tuntutan zamannya.[12] Pekerjaan yang profesional juga mencakup
pengertian calling professio, yakni
panggilan terhadap pernyataan janji yang diucapkan di muka umum untuk ikut
berkhidmat guna merealisasikan terwujudnya nilai mulia yang di amanatkan oleh
Tuhan dalam masyarakat melalui usaha kerja keras dan cerdas.[13]
Dari uraian diatas, dapat
diketahui bahwa yang menjadi karakter santri yang profesional adalah yang
mempunyai kompetensi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu juga
mempunyai kompetensi dalam bidang keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, serta dapat hidup di lingkungan masyarakat yang kreatif, produktif dan
berkepribadian. Serta dapat pula diartikan santri yang profesional adalah
santri yang mempunyai keahlian di bidangnya serta cakap baik secara kognitif,
afektif, dan psikomotorik.[14]
Salah satu pondok pesantren
yang menggunakan sistem pendidikan pondok modern adalah Pondok Modern
Al-Rifa’ie yang terletak di Gondanglegi Malang. Pondok Modern ini selain
membuka sekolah diniyah juga membuka sekolah formal. Di samping itu Pondok
Modern Al-Rifa’ie juga memberikan berbagai ketrampilan bagi santri untuk bekal
mereka bila lulus nanti. Pondok Modern Al-Rifa’ie juga mewajibkan para santri
untuk berbahasa Asing yaitu: bahasa Arab dan bahasa Inggris dalam pergaulan
sehari-hari di lingkungan pondok. Kewajiban berbahasa asing bagi santri
dimaksudkan agar santri mempunyai wawasan bahasa asing yang luas sehingga
memudahkan para santri untuk mengakses buku-buku yang berbahasa asing terutama
bahasa Arab dan bahasa Inggris.
Dari sinilah penulis ingin
mengadakan penelitian di Pondok Modern Al-Rifa’ie dengan judul “Pengembangan Sistem Pendidikan Pondok Modern
Dalam Meningkatkan Profesionalisme Santri”.
B. Rumusan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka perlu kiranya diberikan rumusan penelitian. Sebagai langkah preventif agar
tidak terjadi penyimpangan dalam pembahasan penelitian. Adapun rumusan
penelitian tersebut adalah:
1. Bagaimana pengembangan sistem pendidikan
di Pondok Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang dalam meningkatkan
profesionalisme santri ?
2. Apa faktor kendala yang mempengaruhi peningkatan profesionalisme santri di Pondok
Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang ?
3. Apa upaya yang dilakukan Pondok Modern
Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang untuk meningkatkan profesionalisme santri ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan penelitian
diatas, penelitian ini mempunyai tujuan:
1. Mengetahui pengembangan sistem pendidikan
di Pondok Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang dalam meningkatkan
profesionalisme santri
2. Mengetahui faktor kendala yang
mempengaruhi peningkatan
profesionalisme santri di Pondok Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang
3. Mengetahui upaya yang dilakukan Pondok
Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang dalam meningkatkan profesionalisme santri
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka
penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat antara lain:
1. Manfaat Bagi Peneliti
Sebagai media belajar dalam
mengaktualisasikan pengalaman belajar dan berlatih berfikir kritis, juga untuk
memperluas wawasan dan mempertajam analisis berpikir kritis tentang peningkatan
profesionalisme santri di dunia pondok pesantren. Di samping itu bermanfaat
pula sebagai media pembelajaran lebih lanjut dari mata kuliah Pendidikan Islam
untuk mempersiapkan diri sebagai pendidik kelak.
2. Manfaat Bagi
Pondok Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang
- Sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan dalam proses pengambilan kebijakan lebih lanjut, dalam rangka membentuk profesionalisme santri
- Sebagai bahan dokumentasi yang dapat menambah dan melengkapi khasanah referensi.
3. Manfaat Bagi Santri
Dengan adanya penelitian ini
diharapkan santri bisa lebih menyadari betapa penting untuk menjadi manusia
yang profesional di bidangnya. Sehingga dengan
profesionalisme, santri mampu bersaing di dunia kerja dan di tengah-tengah
masyarakat global.
E. Devinisi Operasional
Agar dalam pembahasan nanti tidak menimbulkan
perbedaan persepsi, maka perlu diberi penegasan terhadap istilah yang digunakan
dalam judul skripsi tersebut, antara lain:
2. Pondok Modern adalah lembaga Pendidikan
Islam yang di laksanakan dengan sistem asrama (pondok) dengan kyai sebagai
tokoh sentral dan sudah lebih maju
sistem pendidikannya dengan mendirikan sekolah formal dan memberikan banyak
ketrampilan.[16]
3. Profesionalisme berarti sikap dedikatif
yang tinggi terhadap tugasnya, sikap komitmen terhadap mutu dan proses hasil
kerja, serta sikap continous
improvement, yakni selalu berusaha memperbaiki dan memperbaharui
model-model atau cara kerjanya sesuai dengan tuntutan zamannya.[17]
4. Santri
adalah julukan bagi orang yang mendalami ajaran-ajaran Islam di sebuah
lembaga-lembaga pendidikan Islam yang berasrama (pondok).[18]
F. Sistematika Penulisan Laporan
Sistematika penulisan laporan
ini yang selanjutnya menjadi skripsi
secara keseluruhan mencakup enam bab. Masing-masing di susun secara
sistematis. Sistematika penulisan laporan
tersebut sebagai berikut:
Bab I adalah Pendahuluan yang
terdiri dari: A. Latar Belakang Masalah, B. Rumusan Penelitian; C.Tujuan
Penelitian, D. Manfaat Penelitian, D. Metode Penelitian, F. Sistematika
Pembahasan.
Bab II merupakan bagian Kajian Teoritis yang terdiri: A. Tinjauan Umum
tentang Pondok Modern; 1. Pengertian
Pondok Modern, 2. Ciri-Ciri Pondok Modern, 3. Sistem Pendidikan dan Pengajaran
Pondok Modern; B.Tinjauan Tentang Profesionalisme Santri; 1. Pengertian
Profesionalisme Santri, 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi profesionalisme
Santri, 3. Upaya-upaya dalam peningkatan profesionalisme santri; C. Pengembangan
Sistem Pendidikan Pondok Modern Dalam Meningkatkan Profesionalisme Santri; 1.
Pengembangan Sistem Pendidikan Pondok Modern, 2. Peran Pondok Modern terhadap
Profesionalisme Santri.
Bab III, dalam bab ini dibahas
antara lain: A. Lokasi Penelitian, B.
Pendekatan Penelitian, C. Data dan Sumber Data, D. Teknik Pengumpulan Data, E.
Tahap-tahap Penelitian
Bab IV, Paparan Data
Penelitian yang terdiri dari: A. Latar Belakang Obyek; 1. Sejarah Berdirinya
Pondok Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi
Malang, 2. Visi dan Misi Pondok Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang, 3.
Struktur Organisasi, 4. Uraian Tugas Pondok Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi
Malang, 5. Kondisi Geografis; B. Penyajian Data Penelitian, 1. Pengembangan
sistem pendidikan di Pondok Modern
Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang dalam meningkatkan profesionalisme santri; 2. Faktor
Kendala yang mempengaruhi peningkatan profesionalisme santri di Pondok
Modern Al-Rifa’ie Ketawang Gondanglegi Malang, 3. Upaya Pondok
Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang dalam meningkatkan profesionalisme santri
Bab V, Temuan Dan Pembahasan yang terdiri dari: A. Pengembangan sistem
pendidikan di Pondok Modern Al-Rifa’ie
Gondanglegi Malang dalam meningkatkan profesionalisme santri, B. Faktor kendala
yang mempengaruhi peningkatan profesionalisme santri di Pondok Modern
Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang C. Upaya
Pondok Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang dalam meningkatkan profesionalisme
santri
Bab VI, merupakan Penutup yang terdiri dari: A. Kesimpulan, B. Saran
[1] E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Rosda Karya, Bandung, 2004, h. 3
[2] Ibid,
[3]
Ibid., hl 5
[4] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam, ROSDA, Bandung, 2001, h.
191
[5] Manfred Oepen dan Wolgang Karcher, (Ed), Dinamika Dunia Pesantren, terjmh
Sonhaji, PAM, Jakarta, 1988, h. 280
[6] Nurcholis Madjid dalam Yasmadi, Modernisasi Pesantren (Kritik Nurcholis
Terhadap Pendidikan Islam
Tradisional), Ciputat Press, Jakarta,2002, h. 117
[7] Ibid.,
[8] Jamaluddin Malik (ed), Pemberdayaan
Pesantren, Pustaka Pesantren, Yogyakarta, 2005, h. 10
[9] Ibid,
[10] UU Sisdiknas, Citra Umbara, Bandung,
2003, h. 7
[11] Ahmad Tafsir, op. cit., h. 49
[12] Ibid,
h. 110
[13] Ibid,
h. 111-112
[14] Ibid,
h. 113
[15] Suharto
dan Tata Iryanto, Kamus Bahasa Indonesia, Indah, Surabaya, 1996, h. 240
[16] Pondok, Pesantren dan Madrasah Diniyah, Pertumbuhan dan Perkembangannya, Departemen
Agama RI Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 2003, h. 30
[17] Ahmad
Tafsir, op.cit., h. 111-112
[18] Nurcholis Madjid, Kaki Langit Peradaban, Paramadina, Jakarta, 1997, h. 52
0 komentar:
Posting Komentar