BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu.
Menurut Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH dalam buku sinopsis obstetri jilid I, nifas dibagi menjadi 3 periode:
1. Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium interlmedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, atau tahunan.
Selama ibu menjalani masa nifas ini ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk mempercepat pulihnya kondisi ibu seperti pra-hamil. Berbagai perawatan selama nifas atau pasca persalinan adalah sebagai berikut (sinopsis obstetri jilid I):
1. Mobilisasi: karena telah sehabis bersalin, ibu harus beristirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya thrombosis dan tromboemboli. Pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan, dan hari ke 4 atau 5 sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi ini mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
2. Diet: makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang mengandung protein, sayur-sayuran, dan buah-buahan.
3. Miksi: hendaknya kencing dapat dilakukansendiri secepatnya. Kadang-kadang wanita mengalami sulit kencing, Karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi m.sfingter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi.
4. Defekasi: buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan.
5. Perawatan payudara (mamma): perawatan mamma telah dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara:
· Pembalutan mamma sampai tertekan
· Pemberian obat esterogen untuk supresi LH seperti tablet Iynoral dan parlodel.
Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya.
6. Laktasi: Setelah persalinan, pengaruh supresi esterogen dan progesterone hilang. Maka timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air susu. Di samping itu, pengaruh oksitosin menyebabkan mi-eopitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi akan banyak sesudah 2-3 hari pasca persalinan. Bila bayi mulai disusui, isapan pada putting susu merupakan rangsangan psikis yang secara reflektoris menyebabkan oksitosin dikeluarkan oleh hipofise. Produksi ASI akan lebih banyak. Disamping ASI merupakan makanan utama bayi yang tidak ada bandingnya, menyusukan bayi sangat baik untuk menjelmakan rasa kasih saying antara ibu dan bayi.
7. Cuti hamil dan bersalin: menurut undang-undang, bagi wanita pekerja berhak mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan, yaitu 1 bulan sebelum bersalin ditambah 2 bulan setelah bersalin.
8. Pemeriksaan pasca bersalin: di Indonesia, ada kebiasaan atau kepercayaan bahwa wanita bersalin baru boleh keluar rumah setelah habis nifas yaitu 40 hari. Bagi wanita dengan persalinan normal hal ini baik dan dilakukan pemeriksaan kembali 6 minggu setelah persalinan. Namun, bagi wanita dengan persalinan luar biasa harus kembali untuk kontrol seminggu kemudian.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu selama masa nifas mengenai tanda bahaya nifas, KB, gizi ibu nifas, dan ASI eksklusif.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengumpulkan data yang akurat sesuai dengan kasus tanda bahaya nifas, KB, gizi ibu nifas, dan ASI eksklusif.
2. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa.
3. Mahasiswa mampu menegakkan/ menentukan kebutuhan segera.
4. Mahasiswa mampu membuat intervensi.
5. Mahasiswa mampu mengimplementasikan intervensi yang telah dibuat.
6. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan.
1.3 Metode Pemgumpulan Data
1.3.1 Wawancara
Mengumpulkan data sebanyak dan seakurat mungkin dari keterangan yang diberikan ibu dan keluarga tentang tanda bahaya nifas, KB, gizi ibu nifas, dan ASI eksklusif.
1.3.2 Pemeriksaan
Mengumpulkan data dengan cara melakukan pemeriksaan secara langsung kepada klien.
1.3.3 Studi pustaka
Mengumpulkan berbagai referensi untuk mengadopsi teori-teori yang ada sebagai pedoman dalam membuat asuhan kebidanan.
1.3.4 Dokumentasi
Melakukan penulisan dan pencatatan sebagai bukti tertulis dari asuhan kebidanan yang telah dilakukan, pencatan pada status pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Keluarga Berencana (KB)
2.1.1 Definisi
Keluarga Berencana adalah merupakan falsafah hidup masyarakatnya untuk mengendalikan tingkat pertumbuhan penduduk di suatu daerah (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998).
2.1.2 Tujuan Keluarga Berencana
a. Tujuan umum
Tujuan umum keluarga berencana adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Bila ditilik lebih dalam sebenarnya keluarga berencana bertujuan memperhatikan beberapa kepentingan dan masyarakat, antara lain adalah orang tua, anak-anak, dan masyarakat.
v Kepentingan Orang Tua
Orang tualah (ayah dan ibu) yang palingbertanggung jawab atas keselamatan dirinya dan keluarganya (anak-anak). Karena itu orang tua haruslah sadar akan batas-batas kemampuannya selama masa bhaktinya dalam mengurus kebutuhan anak-anaknya sampai menjadi orang yang berguna. Walaupun manusia dapat mengharapkan pertolongan dan rejeki dari Tuhan Yang Maha Esa, namun mereka sebagai makhluk insane diberi akal, ilmu, dan pikiran sehat. Karena itu mereka wajib memakai akal, ilmu, dan pikiran sehat pula supaya jangan berbuat lebih dari kemampuan yang ada. Dengan demikian terciptalah keselamatan keluarga dan terbentuklah keluarga yang bahagia.
v Kepentingan Anak-anak
Anak adalah amanah dan karunia Tuhan yang harus dijunjung tinggi sebagai pemberian yang tidak ternilai harganya. Maka mengatur kelahiran merupakan salah satu cara dalam menghargai kepentingan anak-anak kita. Dengan demikian orang tua mempunyai persiapan yang matang agar dapat memberikan kehidupan yang baik kepada anak-anaknya supaya mereka kelak menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi orang tua dan bangsa.
v Kepentingan Masyarakat
Keluarga merupakan kumpulan terpadu dari semua komuniti tau masyarakt. Kepentingan masyarakat meminta agar setiap orang tua sebagai kepala keluarga memelihara dengan baik keluarga dan anak-anaknya; dengan demikian dapat membantu terlaksananya kesejahteraan seluruh komuniti, sehingga secara makro telah ikut memelihara keseimbangan penduduk dan pelaksanaan pmbangunan nasional. Tanpa bantuan dan kesungguhan keluarga-keluarga dalam menekan pertambahan penduduk yang cepat, pembangunan tidak akan berarti. Orang tualah yang menentukan jumlah anak yang ingin mereka miliki sesuai dengan kemampuannya dan tidak melupakan tanggung jawab terhadap anak-anak yang telah dilahirkan, begitu pula tanggung jawab terhadap masyarakat dan Negara dimana mereka hidup dan berbakti.
b. Tujuan demografis
Yaitu dapat dikendalikannya tingkat pertumbuhan penduduk. Sebagai patokan dalam usaha mencapai tujuan tersebut telah ditetapkan suatu target demografis berupa penurunan angka fertilitas dari 44 mil pada tahun 1971 menjadi 22 mil pada tahun 1990.
1. Tujuan normative, yaitu dapat dihayatinya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang pada waktunya akan menjadi falsafah hidup masyarakat Indonesia.
Sedangkan pola dasar kebijakan keluarga berencana pada waktu ini, antara lain adalah:
1. Menunda perkawinan dan kehamilan sekurang-kurangnya sampai usia 20 tahun.
2. Menjarangkan kelahiran, dan dianjurkan menganut sistem keluarga:
· Caturwarga, yaitu keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan 2 orang anak.
· Pancawarga, yaitu keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan 3 orang anak.
3. Hendaknya besarnya keluarga dicapai selama dalam usia reproduksi sehat, yaitu sewaktu umur ibu antara 20-30 tahun.
4. Mengkahiri kesuburan pada usia 30-35 tahun.
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, maka penggarapan program nasional keluarga berencana diarahkan pada dua bentuk sasaran yakni:
1. Sasaran Langsung yaitu pasangan usia subur (PUS) agar mereka menjadi peserta Keluarga Berencana Lestari sehingga memberikan efek langsung pada penurunan fertilitas.
2. Sasaran Tidak Langsung yaitu organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga kemasyarakatan, instansi pemerintah maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat (wanita dan pemuda) yang diharapkan dapat memeberikan dukungan terhadap proses pembentukan sistem di kalangan masyarakat yang dapat mendukung usaha pelembagaan norma keluarga kecil yang bahgia dan sejahtera.
2.1.3 Cara Memotivasi Keluarga Berencana
v Masalah Kependudukan
Seperti telah diterangkan terdahulu bahwa jumlah penduduk Indonesia adalah nomor 5 terbesar di dunia, piramida penduduk termasuk muda (young population) denga segala dampaknya terhadap keinginan social ekonomi, serta kesejahteraan masyarakat Indonesia, karena pertumbuhannya yang cepat.
v Keluarga Berencana sebagai Hak Azasi Manusia
Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam peringatan Hak Azasi Manusia 1966 menetapkan deklarasi kependudukan (Declaration of population0. Pada tahun 1976 Kepala Negara Republik Indonesia ikut menandatangani Deklarasi kependudukan ini, yang sisnya antara lain:
1. Bahwa masalah penduduk harus dinyatakan sebagai salah satu factor penting dalam rencana jangka panjang pembangunan nasional, jika pemerintah Negara itu hendak mencapai tujuan ekonomi dan memenuhi cita-cita masyarakatnya.
2. Bahwa sebagian besar orang tua ingin memiliki pengetahuan serta cara untuk merencanakan jumlah keluarga dan bahwa kesempatan untuk menetapkan jumlah anak dan jarak setiap anak, termasuk hak azasi manusia.
3. Bahwa tujuan keluarga berencana adalah memperkaya kehidupan manusia, bukan membatasainya.
4. Termasuk hak azasi dari suami istri untuk menentukan dengan bebas dan bertanggung jawab jumlah anak dan jarak antara anak yang diinggi, dan mereka berhak mendapat pendidikan dan penerangan yang perlu dalam bidang ini.
v Pembangunan Sosi-Ekonomi
Cirri-ciri khas ekonomi Indonesia adalah sedang membangun, pendapatan perkapita penduduk yang masih sangat rendah, modal dan ketrampilan masih terbatas, struktur ekonomis agraris, dan pertumbuhan penduduk yang relative cepat. Untuk mengatasinya harus segera dilaksanakan penurunan fertilitas untuk mengurangi laju pertumbuhan penduduk tersebut.
v Kesehatan
Dalam hal ini adlah kesehatan ibu, ayah, dan anak-anak. Untuk kesehatan ibu telah dibuktikan bahwa makin tua umur, makin banyak anak yang dilahirkan; makin kecil atau pendek jarak waktu antara kelahiran anak, makin banyak dan tinggi komplikasi kesakitan dan kematian yang mungkin timbul bagi ibu dan anak.
v Pendidikan
Bila pertumbuhan penduduk Indonesia masih tetap seperti sekarag, maka setiap tahun akan bertambahn pula jumlah anak sekolah yang tidak dapat ditampung, karena fasilitas pendidikan pendidikan yang ada tidak memadai. Antara lain kurangnya gedung, tenaga guru, alat-alat sekolah, dan sebagainya. Hal ini akan menyebabkan naiknya jumlah mereka yang buta huruf dan putusnya sekolah.
v Pangan-bahan Makanan
Bila pertumbuhan penduduk yang cepat tidak dapat diikuti pertambahan produksi pangan, maka akan timbul malapetaka kelaparan dan kekurangan bahan makanan (malnutrisi). Juga dapat dipahami bahwa angkatan kerja yang kurang gizi, tidak akan menghasilkan produktivitas dan efesiensi kerja yang tinggi.
v Perumahan dan Sanitasi Lingkungan Hidup
Pertambahan penduduk yang cepat menimbulkan pula masalah perumahan yang akan bertambah rumit. Kurangnya perumahan yang layak, padatnya penghuni satu rumah, bahkan satu kamar, akan menimbulkan implikasi-implikasi social yang serius dan rumit. Kepadatan penduduk jugamembaw dampak buruk pada sanitasi da lingkungan hidup, seperti bertumpuknya sampan, dan sebagainya.
v Kesempatan kerja dan pengangguran
Struktur piramida kependudukan muda berarti usia angkatan kerja sangat bertambah. Jika kesempatan kerja tidak dapat menampung mereka, akibatnya jumlah pengangguran akan bertambah besar yang juga memberikan dampak buruk dalam kehidupan social dan masyarakat, bahkan menimbulkan tingginya angka kriminalitas.
2.2 Konsep Dasar ASI Eksklusif
2.2.1 Definisi
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur 0 – 6 bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini.
2.2.2 Cara mencapai ASIA Eksklusif
WHO dan UNICEF merekomendasikan langkah-langkah berikut untuk memulai dan mencapai ASI eksklusif:
· Menyusui dalam satu jam setelah kelahiran
· Menyusui secara ekslusif: hanya ASI. Artinya, tidak ditambah makanan atau minuman lain, bahkan air putih sekalipun.
· Menyusui kapanpun bayi meminta (on-demand), sesering yang bayi mau, siang dan malam.
· Mengeluarkan ASI dengan memompa atau memerah dengan tangan, disaat tidak bersama anak.
· Mengendalikan emosi dan pikiran agar tenang.
2.2.3 Manfaat ASI Eksklusif
· Untuk Bayi:
~ Bayi yang ASI ekslusif selama enam bulan tingkat pertumbuhannya sama dengan yang ASI eksklusif hanya empat bulan
~ ASI eksklusif enam bulan ternyata tidak menyebabkan kekurangan zat besi
· Untuk Ibu:
~ Menambah panjang kembalinya kesuburan pasca melahirkan, sehingga memberi jarak antar anak yang lebih panjang alias menunda kehamilan berikutnya
~ Karena kembalinya menstruasi tertunda, ibu menyusui tidak membutuhkan zat besi sebanyak ketika mengalami menstruasi
~ Ibu lebih cepat langsing. Penelitian membuktikan bahwa ibu menyusui enam bulan lebih langsing setengah kg dibanding ibu yang menyusui empat bulan
2.3.4 Alasan Pemberian ASI Eksklusif
· Pemberian makan setelah bayi berumur 6 bulan memberikan perlindungan besar dari berbagai penyakit. Hal ini disebabkan sistem imun bayi < 6 bl belum sempurna. Pemberian MPASI dini sama saja dg membuka pintu gerbang masuknay berbagai jenis kuman. Belum lagi jika tidak disajikan higienis. Hasil riset terakhir dari peneliti di Indonesia menunjukkan bahwa bayi yg mendapatkan MPASI sebelum ia berumur 6 bl, lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas dibandingkan bayi yg hanya mendapatkan ASI eksklusif. Belum lagi penelitian dari badan kesehatan dunia lainnya.
· Saat bayi berumur 6 bl keatas, sistem pencernaannya sudah relatif sempurna dan siap menerima MPASI. Beberapa enzim pemecah protein spt asam lambung, pepsin, lipase, enzim amilase, dsb baru akan diproduksi sempurna pada saat ia berumur 6 bl.
· Mengurangi resiko terkena alergi akibat pada makanan. Saat bayi berumur < 6 bl, sel2 di sekitar usus belum siap utk kandungan dari makanan. Sehingga makanan yg masuk dapat menyebabkan reaksi imun dan terjadi alergi.
· Menunda pemberian MPASI hingga 6 bl melindungi bayi dari obesitas di kemudian hari. Proses pemecahan sari2 makanan yg belum sempurna.Pada beberapa kasus yg ekstrem ada juga yg perlu tindakan bedah akibat pemberian MPASi terlalu dini. Dan banyak sekali alasan lainnya mengapa MPASI baru boleh diperkenalkan pada anak setelah ia berumur 6 bl.
2.3 Konsep Dasar Gizi ibu saat nifas
Sama halnya dengan waktu hamil, wanita yang sedang menyusui anaknya juga memerukan unsur-unsur gizi dalam jumlah yang banyak, bahkan lebih banyak dari semasa hamil.
Bedanya ialah, pada waktu hamil zat makanan itu langsung diberikan oleh ibu dengan perantaraan darahnya, sedangkan pada waktu menyusui makanan itu diberikan melalui air susu.
Seorang ibu yang selama hamil dan dalam masa menyusui mendapatkan makanan yang baik dan cukup, mempunyai kemungkinan lebih besar untuk dapat menghasilkan air susu dalam jumlah yang maksimal, sedangkan unsur-unsur gizi yang terdapat dalam air susu itu juga cukup.
Untuk menghasilkan 1 liter air susu, ibu harus menyediakan kalori sebanyak kira-kira 350 kal, sedangkan air susu itu sendiri mengandung kira-kira 760 kal, 12 gr protein, 45 gr lemak, lactose, garam dapur, vitamin dan sebagainya. Jadi untuk menghasilkan 1 liter air susu setiap hari, disampuing untuk kebutuhan ibu itu sendiri, dia memerlukan atau harus menghasilkan kalori sebanyak 700 + 350 kal = 1050 kal, 12 gr protein dan unsur-unsur lain.
Daftar berikut ini menunjukkan berapa banyak unsur-unsur gizi yang diperlukan oleh seorang wanita yang sedang menyusui anak dinegara tropis.
2 Kalori protein garam kapur ferrum vit.A vit.B1 vit.C
3 2700 85 gr 1 gr 15 mg 400 K 1,5 mgI 30 mg
Apabila unsur-unsur ini tidak dapat dipenuhi oleh makanan wanita tadi, maka unsur-unsur itu akan diambil oleh tubuhnya sendiri. Dalam keadaan seperti ini, kemungkinan ibu itu akan mudah menderita berbagai penyakit defisiensi yang akut, sedangkan keadaan gizi ibu itu dengan demikian ada dalam taraf sangat minimal.
Sering ibu-ibu yang menyususi anaknya akan kelihatan pucat, lesu dan kurus. Ini merupakan tanda bahwa makanan ini tidak cukup. Hal ini mungkin akan membawa pengaruh buruk terhadap bayinya. Berat badan anak akan sukar sekali bertambah, dan mungkin anak ini akan menderita berbagai penyakit gangguan gizi hingga amat memudahkan anak ini terserang berbagai penyakit defisiensi.
Umumnya nafsu makan seorang wanita yang menyusui anak baik sekali, kecuali jika ia menderita sesuatu penyakit infeksi lainnya. Sungguhpun tidak dapat dipastikan pengaruh jumlah air yang didapat ibu, baik sebagai air minum ataupun melalui makanan lain, tetapi banyak ahli yang menganjurkan agar para ibu menyusui anaknya minum air paling sedikit 8 gelas setiap hari.
2.4 Konsep Dasar Tanda Bahaya Nifas
2.4.1 Vulvitis
Tanda dan gejala:
Pada infeksi bekas sayatan episiotomy atau luka perineum jaringan sekitarnya membengkak, tepi luka tampak merah dan bengkak, jahitan mudah lepas, luka terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan pus.
2.4.2 Vaginitis
Tanda dan gejala:
Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus.
2.4.3 Servisitis
Tanda dan gejala:
Luka serviks yang dalam dan langsung ke dasar ligamentum latum yang dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.
2.4.4 Endometritis
Tanda dan gejala:
Uterus agak membesar, nyeri saat diraba dan lembek. Mulai hari ke 3 suhu akan meningkat, nadi meningkat, tapi setelah beberapa hari suhu dan nadi akan turun dan kembali normal dalam kurang lebih 1 minggu. Lokia biasanya bertambah dan berbau.
2.4.5 Septikemia dan Piemia
Tanda dan gejala:
a. Septikemia
Pada permulaan penderita sudah sakit dan lemah. Sampai 3 hari post partum suhu akan meningkat (39 – 40 ◦C) yang biasanya disertai menggigil. Nadinya akan cepat (140 – 160 x/menit)
b. Piemia
Tidak lama postpartum sudah terasa sakit, perut terasa nyeri, suhu akan meningkat berulang-ulang kemudian diikuti turunnya suhu.
2.4.6 Perintonitis
Tanda dan gejala:
Penderita demam, perut bawah nyeri, pada pelvio perintonitis bisa terdapat pertumbuhan abses, nadi cepat dan kecil perut kembung dan nyeri, wajah penderita yang mula-mula kemerah-merahan menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin.
2.4.7 Sellulitis pelvika
Suhu tinggi menetap lebih dari 1 minggu disertai rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri saat pemeriksaan dalam. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul, yang dapat meluas ke berbagai jurusan. Di tengah-tengan jaringan yang meradang itu bisa tumbuh abses. Dalam hal ini, suhu yang mula-mula tinggi secara menetap menjadi naik-turun disertai dengan menggigil. Penderita tampak sakit, nadi cepat dan perut nyeri. Dalam 2/3 kasus tidak terjadi pembentukan abses, dan suhu menurun dalam beberapa minggu.
BAB III
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
3.1 Konsep Managemen Kebidanan pada mastitis
3.1.1 Pengkajian Data
a. Data subyektif
· Keluhan utama
Saat pasien sudah berada di rumah dan melakukan aktivitasnya maka akan terkihat dan terasa bahwa uterusnya membesar, bila diraba terasa nyeri dan lembek. Pasien juga akan mengeluhkan bahwa pada hari berikutnya (hari ke 3) suhu badannya akan naik namun setelah beberapa hari kembali normal. Pasien akan mengeluhkan juga bahwa cairan vaginanya banyak dan berbau.
· Perilaku ibu
Ibu dengan tingkat kebersihan yang rendah akan memungkinkan terserangnya infeksi ini. Karena bakteri stafillococus yang menginfeksi ini dapat cepat berkembang di tempat yang kotor.
· Faktor-faktor lain
Lingkungan yang tidak bersih juga mempengaruhi keadaan ibu nifas. Contoh: saat ibu menyusui ditempat yang kotor maka tidak terjadi kemungkinan payudara ibu bisa terinfeksi dengan kuman-kuman yang ada.
b. Data obyektif
· Pemeriksaan Umum
KU: Ibu tampak lesu
Suhu: 39 – 40 ◦C
· Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Wajah: Tampak lesu
Payudara: Tampak membesar, warna kemerah-merahan, putting kadang retak
3.1.2 Diagnosa/ masalah
Mastitis (infeksi dan radang payudara)
Masalah : sering terasa nyeri saat menyusui bayinya.
3.1.3 Diagnosa/ masalah potensial
1. Abses di bawah areola mammae
2. Abses di tengan areola mammae
3. Abses di bawah dorsal antara mammae dan otot-otot di bawahnya
3.1.4 Kebutuhan segera
Susu pada bayi dari mammae yang sakit dihentikan dan diberi antibiotic untuk mencegah abses.
3.1.5 Intervensi
1. Tidak menyusui bayinya sementara.
2. Perawatan payudara dan jaga kebersihan payudara.
3.1.6 Implementasi
1. Keluarkan susu dengan cara dipijat dan diberikan pada bayi dengan menggunakan botol.
2. Bersihkan putting susu dengan sabun sebelum dan sesudah menyusui untuk menhilangkan kerask dan susu yang telah mengering.
3. Mematikan bakteri dengan penisilin yang dosisnya cukup tinggi.
3.1.7 Evaluasi
Dibuat dalam bentuk SOAP berdasarkan pertimbangan tujuan dan pencapaian kriteria hasil.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengawasan dan asuhan pada masa nifas sangatlah penting untuk dilakukan untuk menghindari kejadian-kejadian terburuk yang mungkin terjadi pada masa nifas sehingga dapat di atasi secara dini keadaan-keadaan yangtersebut.
Asuhan pada masa nifas di tujukan untuk memberikan ibu dan keluarga informasai tentang masa nifas, yaitu:
1. Masalah gizi pada masa nifas
2. Masalah KB
3. Masalah ASI eksklusif
4. Masalah tanda bahaya masa nifas
Konsep managemen kebidanan dapat memudahkan kita dalam melakukan penanganan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas.
0 komentar:
Posting Komentar