Meskipun Lacan ( 1966/1977 ) menganggap dirinya
seorang psikoanalisis structural, dalam banyak hal ide-idenya mengawali
berakhirnya strukturalisme dan beberapa pendapat mengawali poststrukturalisme.
Salah satu prinsip sentral strukturalisme adalah kematian subjek, namun bagi
seorang psikoanalisis seperti Lacan, bukan hal mudah membuang subjek. Lacan
menerima keyakinan strukturalis bahwa makna kata ditentukan oleh perbedaannya
dari kata lain dan bukan oleh hubungannya dengan sesuatu menurut dugaan yang
digambarkan. Bahkan lacan menerima bahwa subjek juga, dalam batas tertentu,
merupakan sebuah produk struktur berbeda. Meskipun demikian, pasien
psikoanalitis lebih daripada struktur yang terdiri dari kata-kata, meskipun
mereka bukan tipe murni subjek Cartesian yang berpikir , maka dia ada (who
think and therefore are ). Subjektivitas manusia tidak abadi dan natural,
bahkan tidak dikontruksi secara social. Tepatnya, secara social, subjek
sekaligus ditentukan juga membentuk diri sendiri. Merupakan masalah jika teori
Lacan diterapkan, upaya semacam itu merupakan kepentingan besar bagi ilmu
social yang mencurahkan minat sejarahnya pada hubungan individu dan struktur
social. Ketika pendekatan teks Lacan yang pertama, seseorang diingatkan kembali
pada kritik C. Wright Mills pada Talcott Parsons; jika seseorang hanya
menerjemahkan tulisan-tulisan Parsons kedalam daratan Inggris, tulisan-tulisan
itu akan sungguh luar biasa. Pada kasus Lacan, seseorang ragu apakah beberapa
ide yang signifikan akan ditinggalkan setelah pemindahan semua permainan
kata-kata, referensi kesusasteraan, etimologi yang sembrono, penyimpangan yang
lebar dan sebagainya. Permainan kata seperti itu kelihatannya menjadi inti dan
kebanyakan argumen Lacan. Setiap saat Lacan dengan brillian menciptakan penjelasannya
dalam satu kalimat yang membingungkan, pada saat yang lain ekspresi
penjelasannya menghabiskan halaman-halaman. Lacan membaurkan ilusi pada
gerakan-gerakan huruf B dengan mengeksplorasi puisi klasik dengan mudah,
seringkali Lacan sangat ironis, tajam, dan pedas bahkan ada juga saatnya
benar-benar ekspresi manusia.
Untuk
menangkap sebuah pemahaman atas ide-ide Lacan, kita perlu memahami hubungan
pemikirannya dengan si penemu psikoanalisis, Sigmund Freud. Ini penting karena
pengaruh interpretasi tertentu Sigmund Freud terdapat dalam ilmu social. Lacan
seringkali mengklaimbahwa ide-idenya adalah “ kembali pada Freud “ bahkan
seperti yang disampaikan Malcolm Bowie, hubungannya sangat kompleks.
Dia
menjadi murid yang sangat berterima kasih, yang melengkapi dan menguraikan teks
Freud, bahkan tidak berusaha membangun pandangannya sendiri yang original; atau
seorang pembela Freud terhadap keterangan yang tidak benar dan menyerang dari
luar pernyataan psikoanalisis, atau seorang pembela pada awalnya menentang
Freud kemudian; atau pendukung sebuah pesan
Freudian yang “ murni “ dalam menghadapi kolega-kolega yang telah
menjinakkan dan melembagakan ajarannya, atau pelanjut Freud yang membaw asemua
doktrin pada titik komunikasi. Lacan menggunakan masing-masing peran secara
bergantian, dan jarang berhenti untuk memberitahukan atau menjelaskan posisi
perubahannya. Dan kadang-kadang penguasa baru muncul, Freud mungkin hanya
menjadi petanda kata Lacanian atau pemula sebuah teori yang dikaburkan dan
tinggalkan oleh Lacan pribadi.
Ilmu social telah menginterpretasikan dan
menggunakan ide-ide Freud dalam tiga cara, pertama, teori dorongan
hasrat ( theori of drive ) yang dipahami sebagai representasi tingkat
insting yang esensi agar masyarakat berusaha memuaskan atau sekurang-kurangnya,
mengakuinya. Lacan menolak interpretasi Freud ini. Bagi Lacan, ia adalah sebuah
fantasi untuk memahami dorongan hasrat seperti biologi. Ia adalah sebuah mimpi
identitas pertama sebelum budaya dan bahasa. Cara kedua, dimana Freud
telah digunakan dalam sosiologi menjelaskan perlunya tatanan social yang
memperkuat ego, Lacan juga menolak interpretasi Freud ini, menurut Lacan; Freud
keliru mempercayai penilaian yang terlalu berlebihan pada barat yang rasional,
diri yang merdeka. Tetapi itu adalah untuk menghargai Freud dia memperkenalkan
sebuah teori baru yang mampu memperbaikai kesalahan ini dengan menekankan
pentingnya non rasional. Terakhir, para sosiolog mempercayai teori
internalisasi Freud untuk menjelaskan bagaimana individu dipengaruhi oleh
struktur budaya. Walaupun sosiolog memandang internalisasi sebagai penyatuan
langsung nilai budaya kedalam individu, Freud menjelaskan sebuah proses yang
sangat mendua. Baginya, internalisasi nampaknya adalah untuk menolak kekerasan
nilai-nilai social karena penerimaan secara pasif. Lacan sepakat dengan gugatan
ini dan kenyataannya dia memandang proses internalisasi budaya lebih rumit
daripada yang dijelaskan oleh Freud.
Tiga
konsep tersebut terdapat dalam inti pemikiran Lacan : yang imaginer, yang simbolik,
dan yang nyata. Adalah penting untuk menyadari bahwa Lacan tidak
menggunakan kata-kata pada pemahaman biasa. Ketiga kata itu secara gamblang
bukan tahap yang terbatas maupun, seperti yang disampaikan Bowie, kekuatan
mental. Tepatnya ketiganya adalah “ tatanan masing-masing tatanan tang
menempatkan posisi individu kedalam daerah kekuasaan yang melintasinya “. Bagi
Lacan, Psikoanalisis sangat dikaitkan dengan ide-ide Saussure tentang bahasa (
Langue ). Psikonalisis begaimanapun berbicara tentang pengobatan. Simpton yang
ditemukan pada mulanya adalah verbal atau sekurang-kurangnya simbolik. Lacan
menjabarkan “ Simpton adalah diri yang terstruktur seperti bahasa, “ dan “ ia
adalah bahasa tempat berbicara disampaikan.” Dalam arti kata jasmaniah simpton harus
dipindahkan kedalam berbicara.
0 komentar:
Posting Komentar