Rabu, 27 Oktober 2010

BAYI BARU LAHIR NORMAL

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Keadaan bayi sangat tergantung pada pertumbuhan janin di dalam uterus, kualitas pengawasan antenatal, penyakit-penyakit ibu, dan penanganan persalinan.
Penanggulangan bayi tergantung pada keadaannya, apakah ia normal atau tidak. Di antara bayi yang tidak normal ada yang membutuhkan pertolongan segera (high risk baby = bayi gawat), seperti asfiksia, perdarahan, dan lain-lain; ada pula yang tidak memerlukan pertolongan segera, seperi labioskisis, sindaktilia, dan lain-lain.
Pada umumnya kelahiran bayi normal cukup dihadiri oleh bidan yang dapat diberi tanggung jawab penuh terhadap keselamatan ibu dan bayi pada persalinan normal. Oleh karena kelainan pada ibu dan pada bayi dapat terjadi beberapa saat sesudah selesainya persalinan yang dianggap normal, maka seorang bidan harus mengetahui dengan segera timbulnya perubahan-perubahan pada ibu dan bayi dan bila perlu, memberikan pertolongan pertama, seperti menghentikan perdarahan, membersihkan jalan nafas, memberikan oksigen, dan melakukan pernafasan buatan sampai ibu atau bayi tersebut dilihat oleh seorang dokter atau dibawa ke rumah sakityang mempunyai perlengkapan serta peralatan yang baik, sehingga pengawasan dan pengobatan dapat dilakukan sebaik-baiknya.







1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun hal – hal yang akan dibahas pada makalah “Bayi Baru Lahir Normal”  ini adalah sebagai berikut:
1.      Pengertian dari Bayi Baru Lahir normal
2.      Ciri-ciri Bayi Baru Lahir normal
3.      Refleks-refleks fisiologis
4.      Perawatan segera setelah bayi lahir
5.      Keadaan klinik bayi normal segera sesudah bayi lahir
6.      Perawatan rutin di bangsal bayi
7.      Pemantauan bayi baru lahir

1.3 TUJUAN
            Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk:
1.      Mengetahui pengertian dari Bayi Baru lahir Normal
2.      Mengetahui ciri-ciri dari bayi baru lahir normal 
3.      Mengetahui refleks-refleks yang harus ada pada bayi baru lahir normal
4.      Mengetahui bagaimana cara perawatan segera setelah bayi lahir dan perawatan rutin di bangsal bayi
5.      Mengetahui bagaimana keadaan klinik bayi normal sesudah bayi lahir
6.      Mengetahui apa saja yang harus dipantau pada bayi baru lahir


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Menurut saifudin, (2002) bayi bru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama kelahiran. Menurut donna l.Wong, 92003) bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai  usia 4 minggu. Lahirnya biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu. Menurut Dep. Kes. RI, (2005) bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram. Menurut M. Soleh Kosim, (2007) bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat.

*      Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal
1.      Berat badan 2500 – 4000 gram
2.      Panjang badan 48 – 52 cm
3.      Lingkar dada 30 – 38 cm
4.      Lingkar kepala 33 – 35 cm
5.      Frekuensi jantung 120 – 160x/ menit
6.      Pernafasan ± 40 – 60x/ menit
7.      Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
8.      Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
9.      Kuku agak panjang dan lemas
10.  Genetalia: pada bayi perempuan labia mayora telah menutupi labia minora. Sedangkan pada bayi laki-laki testis sudah turun dan skrotum sudah ada
11.  Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
12.  Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
13.  Reflek grap atau menggenggam sudah baik
14.  Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam kecokelatan

*      Reflek-reflek fisiologis
1.      Mata
·         Berkedip atau reflek corneal
Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang yang tiba-tiba atau pada pandel atau obyek kearah kornea, harus menetapkan sepanjang hidup, jika tidak ada  maka menunjukkna adanya kerusakan pada saraf cranial.
·         Pupil
Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, reflek ini harus ada sepanjang hidup.
·         Glabela
Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat.
2.      Mulut dan Tenggorokan
a.       Menghisap
Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area sirkumoral sebagai respon terhadap rangsangan. Refleks harus tetap ada selama masa bayi bahkan tanpa rangsangan sekalipun seperti pada saat tidur.
b.      Muntah
Sekalipun terhadap faring posterior oleh makanan, hisapan atau masuknya selang harus menyebabkan bayi mengalami refleks muntah, refleks ini harus menetap seumur hidup.
c.       Rooting
Menyentuh dan menekan dagu sepanjang sisi mulut akan menyebabkan bayi membalikkan kepala kearah sisi bayi tersebut dan mulai menghisap. Tindakan ini harus hilang pada usia kira-kira 3-4 bulan.
d.      Menguap
Respon spontan terhadap penurunan oksigen dengan meningkatkan jumlah udara inspirasi. Tindakan ini harus menetap seumur hidup.
e.       Ekstruksi
Bila lidah disentuh atau ditekan bayi merespo dengan mendorongnya keluar. Tindakan ini harus menghilang pada usia 4 bulan.
f.       Batuk
Iritasi membrane mukosa laring menyebabkan batuk. Refleks ini harus ada sepanjang hidup. Biasanya ada setelah hari pertama lahir. 
3.      Ekstremitas
a.       Menggenggam
Sentuhan pada telapak tangan atau telapak kaki dekat dasar kaki menyebabkan fleksi tangan dan jari.
b.      Babinski
Tekanan di telapak kaki bagian luar ke atas dari tumit dan menyilang bantalan kaki menyebabkan jari kaki hiperekstensi dan haluks dorso fleksi.
c.       Masa Tubuh
·         Refleks Moro
Kejutan atau perubahan tiba-tiba dalam ekuilibrium yang menyebabkan ekstensi dan abduksi ekstremitas yang tiba-tiba serta menghisap jari dengan jari telunjuk dan jari ibu membentuk “C” diikuti dengan fleksi dan abduksi ekstremitas, kaki dapat fleksi dengan lemah.
·         Startle
Suara keras yang tiba-tiba menyebabkan abduksi lengan dengan fleksi siku dan tangan tetap tergenggam.
·         Tonik leher
Jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat ke salah sisi, lengan dan kakinya akan berekstensi pada sisi tersebut dan lengan yang berlawanan dan kaki fleksi.
·         Neck-righting
Jika bayi terlentang, kepala dipalingkan kesalah satu sisi, bahu dan batang tubuh membalik ke arah tersebut dan diikuti dengan pelvis.
·         Inkurbasi batang tubuh (gallant)
Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang menyebabkan panggul bergerak ke arah sisi yang distimulasi.


*      Keadaan Klinik Bayi Normal segera sesudah Bayi Lahir
                        Pada waktu bayi lahir sangat aktif. Bunyi jantung pada menit-menit pertama kira-kira 180x/menit yang kemudian turun sampai 140x/menit – 120x/menit pada waktu bayi berumur 30 menit. Pernafasan cepat pada menit-menit pertama (kira-kira 80x/menit) disertai dengan pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan interkostal, serta rintihan hanya berlangsung 10 – 15 menit. Kelanjutan keaktifan yang berlebih-lebihan adalah bayi menjadi tenang dan relatif tidak memberi reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dari dalam. Dalam keadaan ini bayi tertidur untuk waktu beberapa menit sampai 4 jam. Pada saat bayi pertama kali bangun dari tidurnya ia mudah terangsang, dengan frekuensi bunyi jantung meningkat, dan dengan perubahan warna, serta kadang-kadang dengan keluarnya lendir dari mulut. Sesudah masa ini dilampaui, keadaan bayi mulai stabil dan daya isap serta refleks telah mulai teratur.














BAB III
PEMBAHASAN
            Adapun hal-hal yang harus kita lakukan saat kita menolong persalinan adalah sebagai berikut:
1.      Menyediakan alat-alat di kamar bersalin
Perlengkapan yang diperlukan di kamar bersalin ialah:
a.       Alat penghisap lendir ( mucus extractor );
b.      Tabung oksigen dengan alat pemberian oksigen kepada bayi;
c.       Untuk menjaga kemungkinan terjadinya asfiksia perlu disediakan laringoskop kecil, masker-muka kecil, kanula trakea, ventilator kecil untuk pernafasan buatan; selain itu perlu pula disediakan obat-obat, seperti larutan glukosa 40%, larutan bikarbonas natrikus 7,5% dengan alat suntiknya, dan nalorfin sebagai antidotum terhadap obat-obatan berasal dari morfin atau petidin yang mungkin diberikan kepada ibu selama persalinan dan yang dapat mengakibatkan penekanan pernafasan pada bayi;
d.      Alat pemotong dan pengikat tali pusat serta obat antiseptik dan kain kasa steril untuk merawat tali pusat.
e.       Tanda pengenal bayi yang sama dengan ibu;
f.       Tempat tidur bayi atau inkubator yang selalu dalam keadaan hangat, steril dan dilengkapi dengan kain atau selimut katun; hal ini penting untuk mencegah bayi kehilangan panas pada waktu dipindah dari kamar bersalin ke kamar perawatan;
g.      Lain-lain : kapas, kain kasa, baju steril, serta obat antiseptik  yang akan dipakai oleh dokter, mahasiswa, bidan dan perawat sebelum menolong bayi yang akan lahir;
h.      Stop-watch dan termometer;
i.        Bila kamar bersalin dingin oleh karena udara di daerah tersebut dingin atau oleh karena pemakaian alat pendingin, sebaiknya tempat untuk resusitasi di beri pemanasan khusus, supaya bayi tidak menderita trauma dingin ( cold injury ); suhu ruangan yang cukup untuk bayi ialah 30 derajat celcius.


Sebelum bayi lahir semua hal di atas harus diperiksa apakah sudah steril, apakah semua alat sudah lengkap, dan apakah tidak ada yang macet. Tindakan umum pada semua bayi di kamar bersalin harus aseptik dan antiseptik, suhu lingkungan harus diatur dan jalan nafas harus selalu bebas.

2.      Perawatan segera setelah Bayi Lahir
Penanganan bayi dilakukan sejak kepala mulai keluar dari jalan lahir, yaitu dengan melakukan pembersihan lendir serta cairan yang berada di sekitar mulut dan hidung dengan kapas atau kasa steril. Kemudian kelopak matanya dibersihkan dengan kapas atau kasa steril satu demi satu, dimulai dari dalam ke luar. Sesudah bayi lahir lengkap, saat lahir segera dicatat dengan jam waktu (stop-watch). Kemudian kedua kaki bayi dipegang dengan satu tangan, sedangkan tangan yang lain memegang kepala bayi yang lebih rendah daripada kaki dengan posisinya dalam ekstensi sedikit untuk memungkinkan cairan atau lendir mengalir keluar dari trakea dan farings. Sementara itu seorang membantu menghisap lendir dan cairan dengan alat penghisap lendir.
Bayi sehat akan menangis dalam waktu 30 detik; tidak perlu dilakukan apa-apa lagi oleh karena bayi mulai bernafas dan warna kulitnya kemerah-merahan. Kemudian bayi diletakkan mendatar kira-kira sama tingginya dengan atau sedikit di bawah introitus vaginae. Bila mulut bayi masih belum bersih dari cairan dan lendir, pengisapan lendir diteruskan, mula-mula dari mulut, kemudian dari lubang hidung, supaya jalan nafas bebas dan bayi dapat bernafas sebaik-baiknya.

3.      Penilaian bayi waktu lahir (assessment at birth)
Keadaan umum bayi dinilai satu menit setelah lahir dengan penggunaan nilai Apgar. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Yang dinilai adalah frekuensi jantung (heart rate), usaha nafas (respiratory effort), tonus oto (muscle tone), warna kulit (colour) dan reaksi terhadap rangsangan (response to stimuli), yaitu dengan memasukkan kateter ke lubang hidung setelah jalan nafas dibersihkan. Setiap penilaian diberi angka 0, 1, 2.


Tabel I
Nilai Apgar


0
1
2
Angka
Frekuensi jantung
Tidak ada
Kurang dari 100
Lebih dari 100

Usaha nafas
Tidak ada
Lemah/tidak teratur (slow/ irregular)
Baik/ menangis (good/ crying)

Tonus otot
Lumpuh
Ekstremitas dalam fleksi sedikit
Gerakan aktif

Reaksi terhadap rangsangan
Tidak ada
Sediki gerakan mimic (grimace)
Batuk/ bersin

Warna kulit
Pucat
Badan merah, ekstremitas biru
Seluruh tubuh kemerah-merahan


            Nilai Apgar:
1.      7 – 10 bayi normal (vigorous bayi)
2.      6 – 7 asfiksia sedang-ringan
3.      0 – 3 asfiksia berat
Bila nilai Apgar dalam 2 menit tidak mencapai nilai 7, maka harus dilakukan tindakan resusitasi lebih lanjut oleh karena bila bayi menderita asfiksia lebih dari 5 menit, kemungkinan terjadinya gejala-gejala neurologik lanjutan dikemudian hari lebih besar. Berhubung dengan itu, penilaian menurut Apgar dilakukan selain pada umur 1 menit juga pada umur 5 menit.


4.      Identifikasi bayi
Identifikasi dilakukan segera setelah lahir dan ibu masih berdekatan dengan bayinya di kamar bersalin. Sebagian Negara mengambil tanda pengenal bayi dari cap kaki atau telapak kaki. Akan tetapi, pada umumnya tanda pengenal berupa secarik kertas putih atau berwarna merah atau biru (tergantung pada jenis kelamin bayi) dan di situ ditulis nama keluarga (terutama di Negara Barat), tanggal, dan jam lahir bayi. Kertas ini dimasukkan ke dalam kantong plastik yang dengan pita diikatkan pada pergelangan tangan atau kaki bayi. Keterangan yang sama diikatkan di pergelangan tangan ibu. Pemasangan pita perlu dilakukan sedemikian rupa. Sehingga hanya bisa dilepas kalau digunting. Cara lain ialah memakai dua potong logam yang tipis dengan pinggiran yang tumpul, dan pada lemping tiap-tiap logam tertera angka yang sama. Logam yang satu diikatkan pada pergelangan tangan bayi dan yang lain pada ibu (logam mempunyai lobang di pinggirnya untuk memasukkan benang sebagai pengikat).
Diperiksa juga genetalia eksterna bayi untuk mengetahui jenis kelaminnya. Pada laki-laki perlu diperiksa apakah ada fimosis atau tidak; apabila ada, sebaiknya dilakukan penyunatan (circumcision). Begitu pula ditentukan apakah desensus testikulorum sudah lengkap.
Bila ibu sadar, bayinya diperlihatkan kepadanya dan diteliti apakah tanda pengenal bayi sama dengan tanda pengenal ibu. Bila ibu tidak sadar, bayi tersebut diperlihatkan kepada ayah atau keluarganya yang menungguinya. Hal ini perlu untuk mencegah terjadinya kekeliruan dikemudian hari.

5.      Perawatan tali pusat
Pemotongan dan pengikatan tali pusat menyebabkan pemisahan fisik terakhir antara ibu dan bayi. Waktu pemotongan tali pusat tergantung dari pengalaman seorang ahli kebidanan. Pemotongan sampai denyut nadi tali pusat terhenti dapat dilakukan pada bayi normal, sedangkan pada bayi gawat (high risk baby) perlu dilakukan pemotongan tali pusat secepat mungkin, agar dapat dilakukan resusitasi sebaik-baiknya. Tali pusat dijepit dengan koker kira-kira 5 cm dan sekali lagi kira-kira 7,5 cm dari pusat. Pemotongan dilakukan diantara kedua alat penjepit tersebut. Kemudian bayi diletakkan di atas kain bersih atau steril yang hangat dan ditempatkan  di tempat tidurnya. Setelah itu dilakukan pengikatan tali pusat dengan beberapa cara, seperti di bawah ini:
a.       Alat penjepit plastik, yang khusus dibuat untuk tali pusat dan dapat dibuang kemudian (disposable), dipasang 1 cm dibawah alat penjepit yang sudah dipasang lebih dahulu. Alat penjepit plastik  ini tetap memberi tekanan pada tali pusat, walaupun selei Wharton (Wharton’s jelly) mengkerut dan kemudian dibuang bersama dengan lepasnya tali pusat.
b.      Pita dari bahan nilon yang sangat kuat dan yang disimpan dalam bungkus plastik steril diikatkan rangkap pada tali pusat seerat-eratnya, sehingga tidak mudah lepas, dan terus menekan tali pusat, walaupun selei Wharton sudah kering. Pita ini dibuang bersamaan dengan lepasnya tali pusat.
c.       Benang diikat kuat dengan ikatan rangkap pada tali pusat. Pengikatan dengan benang katun steril ini tidak menjamin penekanan yang terus-menerus pada tali pusat. Walaupun pada permulaan ikatannya sudah baik, tetapi karena tali pusat mengkerut, ikatan bisa menjadi longgar sehingga memungkinkan terjadinya perdarahan. Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan ini haruslah dilakukan observasi yang berulang-ulang pada waktu-waktu terentu selama 48 jam. Perdarahan tidak mungkin terjadi pada pemakaian alat penjepit plastik dan pita dari nilon oleh karena terjadi penekanan yang terus-menerus pada tali pusat.

Bahaya lain yang ditakutkan adalah bahaya infeksi. Untuk menghindari bahaya tali pusat yang dapat menyebabkan sepsis, meningitis dan lain-lain, maka ditempat pemotongan, di pangkal tali pusat, serta 2,5 cm di sekitar pusat diberi obat antiseptik. Selanjutnya tali pusat dirawat dalam keadaan kering.

6.      Perawatan Rutin di bangsal bayi
                        Bidan atau perawat yang bekerja di bangsal bayi harus mengetahui cirri-ciri bayi  yang normal, supaya ia dapat mengenal segera perubahan tingkah launya dan kemajuan atau kemunduran kesehatannya, dan membuat catatan serta laporan kepada dokter. Hal ini sangat membantu dokter yang bekerja di tempat perawatan bayi untuk melakukan tindakan dan pemeriksaan yang perlu guna menolong bayi tersebut. Pengamatan sehari-hari harus dilakukan lengkap, diantaranya:
1.      Keadaan umum: bayi yang sehat tampak kemerah-merahan, aktif, tonus otot baik, menangis keras, minum baik, suhu tubuh 36C - 37C. Hal-hal yang menyimpang dari keadaan ini dianggap tidak normal.
2.      Suhu tubuh diukur paling kurang satu kali sehari. Bila suhu rektal di bawah 36C, bayi ini harus diletakkan di tempat yang lebih panas, misalnya di dalam inkubator yang mempunyai suhu 30C -32C, atau bayi dibungkus dan diletakkan botol-botol hangat disekitarnya. Dapat pula dipakai lampu yang disorotkan kearah bayi. Di samping pemanasan harus pula dipikirkan kemungkinan bayi menderita infeksi. Suhu rektal diukur setiap ½ jam sampai suhu mencapai 37C.
3.      Menimbang berat badan sebaiknya dilakukan setiap hari. Dalam tiga hari pertama berat badan bayi akan turun oleh karena bayi mengeluarkan air kencing dan mekonium, sedang cairan yang masuk belum cukup. Pada hari keempat berat badan akan naik lagi.
4.      Tinja yang berbentuk mekonium berwarna hijau tua yang telah berada di saluran pecernaan sejak janin berumur 16 minggu, akan mulai keluar dalam waktu 24 jam; pengeluaran ini akan berlangsung sampai hari ke 2 – 3. Pada ari ke 4 sampai ke 5 warna tinja kembali cokelat kehijau-hijauan. Selanjutnya warna tinja akan tergantung dari jenis susu yang diminumnya. Misalnya, bayi yang mendapat air susu ibu, tinjanya akan berwarna kuning dan lembek. Defekasi mungkin 3 – 8 kali sehari. Bayi yang mendapat susu buatan tinjanya akan berwarna keabu-abuan dengan bau yang sedikit menusuk.
5.      Air kencing: bila kandung kencing belum kosong pada waktu lahir, air kencing akan keluar dalam waktu 24 jam. Yang harus dicatat ialah kencing pertama, frekuensi kencing berikutnya, serta warnanya. Bila bayi tidak kencing atau kencingnya menetes dan tampak perubahan warna kencing, hal itu harus segera dilaporkan dokter.
6.      Perubahan warna kulit: perlu diteliti apakah kulit tidak menjadi pucat, kuning, biru, atau timbul perdarahan di kulit seperti purpura, petekia, dan lain-lain. Bila bayi muntah, perlu dicatat jumlah, warna, konsistensi yang dikeluarkan, cara muntah, dan adakah hubungannya dengan pemberian minum.
7.      Pada perubahan pernafasan dicatat frekuensi dan bentuk pernafasan (dangkal/ dalam), apakah ada apnea, dan apakah ada hubungannya dengan pemberian minum.
8.      Hal-hal lain, bila ada keragu-raguan dalam menilai keadaan bayi, sebaiknya diminta pendapat bidan atau perawat yang berpengalaman atau langsung dilaporkan dokter.  
Hal-hal lain yang harus diperhatikan juga adalah:  
a.       Memberi vitamin K
Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir dilaporkan cukup tinggi, berkisar antara 0,25 – 0,5 %. Untuk mencegah terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mgIM.
b.      Memberi obat tetes/mata
Di beberapa negara parawatan mata bayi baru lahir secara hukum di haruskan untuk mencegah terjadinya oftalmia neonatorium.di daerah dimana prevalensi gonorea tinggi,setiap baru lahir parlu di beri salep mata sesudah 5jam bayi baru lahir.pemberian obat mata eritromisin 0,5% dianjurkan untuk mencegah penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual).
·         Parawatan mata harus di kerjakan segera.tindakan ini dapat dikerjakan setelah bayi selesai dengan perawatan tali pusat, dan harus dicatat dalam status termasuk obat apa yang di gunakan.
·         Yang lazim dipakai adalah larutan perak Nitrat atau Neosporin dan langsung diteteskan pada bayi segara setelah bayi lahir.

7.      Pemantauan bayi baru lahir
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak ada identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan. Hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama sesudah lahir meliputi:
-   Kemampuan menghisap kuat atau lemah,
-   Bayi tampak aktif atau lunglai,
-   Bayi kemerahan atau biru.





















BAB IV
PENUTUP
4.1  KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat. Bayi yang baru lahir normal tidak hanya normal pada saat dia baru lahir saja tetapi juga memiliki keadaan yang normal setelah dia keluar dari rahim, diantaranya adalah frekuensi jantungnya, pernafasannya, reflex-refleks yang harus ada pada bayi baru lahir normal, dll. 
Adapun penilaian dari normal atau tidaknya bayi dapat dinilai dengan menggunakan penilaian apgar. Penilaian selanjutnya pada bayi baru lahir juga dilakukan saat dia berada di bangsal bayi.




0 komentar:

Posting Komentar

Template by:
Free Blog Templates