Minggu, 06 Februari 2011

ASUHAN KEBIDANAN KELAINAN PEMBEKUAN DARAH PADA IBU BERSALIN DENGAN EMBOLI CAIRAN KETUBAN


Landasan teori

Menurut Arief Mansjoer dalam buku Kapita Selekta Jilid I, 2001 terhentinya / penghentian aliran darah dari pembuluh darah yang terluka disebut hemostatis. 3 faktor dalam proses pembekuan darah, yaitu :
1.      Faktor vaskuler yaitu faktor jaringa seperti kulit, otot, subkulis dan jaringan lain
2.      Faktor vaskuler yaitu dinding pembuluh darah
3.      Faktor intravaskuler yaitu subtansi yang terdapat dalam pembuluh darah : trombosit, fibrinogen dan sebagainya.
Sehingga proses pembekuan darah ada 3 tingkat, yaitu :
1.      Pembentukan trombolpastin
2.      Pembentukan trombin
3.      Pembentukan fibrin
Dalam proses pembekuan darah, saat ini dikenal 13 faktor yang berperan, (faktor 1 sampai XIII). Faktor pembekuan darah tersebut yang sangat berperan, diantaranya yaitu faktor XIII : fibrinase.
Suatu proses penghancuran fibrin yang gunanya supaya pembekuan darah tidak  berlebihan. Secara alamiah dan dalam keadaan normal sebenarnya selalu terjadi pembekuan darah dan fibrinolisis dalam perbandingan tertentu. Disatu pihat suapaya jangan terjadi trombosis yang dapat merugikan, dipihak lain supaya jangan terjadi perdarahan, proses ini dinamakan / disebut Fibrinolisis.
-          Faktor pembekuan darah yang mempermudah terjadinya pembekuan disebut pro koagulan
-          Zat yang mempengaruhi pembekuan darah yang bersifat menghambat pembekuan darah disebut anti koagulan
-          Obat/kemasan untuk mencegah terjadinya pembekuan darah disebut antikoagulansia
-          Suatu keadaan dimana terjadi kelainan pembekuan darah karena difisiensi fibrinogen disebut a-hipfibrinogenemia.
A-Hipofibrinogenemia
Suatu keadaan kelainan pembekuan darah karena difisiensi fibrinogen ini, sangat sering dijumpai dalam kehamilan dan persalinan.
Kadar fibrinogen
Rata-rata
Berkisar antara
Wanita normal
300 mg%
200-400 mg%
Wanita hamil
400 mg%
300-600 mg%
Hipofibrinogenemia
Dibawah 100 gr%

a-hipofibrinogenemia
Fibrinogen kurang sekali

Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan a-hipofibrinogen dalam kehamilan, persalinan dan nifas, contohnya adalah:
1.      Solutio plasenta
2.      Kematian janin dalam rahim
3.      Emboli air ketuban
4.      Eklampsia
5.      Missed abortion
6.      Abortus septik dan sepsis peurpuralis
7.      Perdarahan yang banyak
Kegagalan / kelainan pemberkuan darah (koagulopati) dapat menjadi penyebab dan akibat dari perdarahan yang hebat. Gambaran klinis dari kelainan pembekuan darah bervariasi, mulai dari perdarahan yang hebat, dengan atau tanpa komplikasi trombosis dan fibrinase, sampai keadaan klinis yang stabil yang hanya terdeteksi oleh laboratorium.
Pada banyak kasus kehilangan darah yang akut, perkembangan menuju kegagalan kelainan pembekuan darah dapat dicegah jika volume darah dipulihkan segera dengan cairan infus (NaCl/RL)
Diagnosis kelainan pembekuan darah :
Menurut Arief Mansjoer dalam buku Kapita Selekta Jilid I, 2001
1.      Dalam obstetri harus dikenal kemungkinan sebab-sebab tersebut di atas
2.      Pemeriksaan laboratorium
a.       Yang paling sederhana adalah uji observasi pembekuan (clot observation tets)
b.      Bila ada fasilitas pemeriksaan, periksalah : jumlah trombosit, masalah perdarahan, masa pembekuan, masa protombrin, masa koalinsefalin dan kadar fibrinogen darah.
c.       Bila terjadi perdarahan, dapat dilihat dari keadaan darah yang keluar, membeku atau cair dan tidak mau membeku
d.      Pemeriksaan dengan fibrindex dapat memberikan hasil yang cepat.
Penatalaksanaan kelainan pembekuan darah
Menurut buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neo, Sarwono Prawirohardjo 2002,
A atau hipofibrinogenemia dalam keguguran ataupun juga persalinan akan menimbulkan perdarahan yang banyak dan sulit dihentikan.
Penanganan harus diperhatikan keadaan yang menyebabkan dalam bstetric :
1.      Perbaiki bstetr umum penderita pemberian cairan, bstetric, dll
2.      Pemberian fibrinogen perinfus atau pemberian darah segera untuk mengontrol perdarahan
  1. Berikan darah lengkap segar, jika tersedia, untuk menggantikan faktor pembekuan darah sel darah merah
  2. Jika darah lengkap tidak ada, pilih salah satu di bawah ini berdasarkan ketersediaannya :
1)      Plasma beku segar untuk  menggantikan faktor pembekuan (15 ml/kg BB)
2)      Sel darah merah packed ( atau tersedimentasi) untuk penggantian sel darah merah
  1.  Untuk mencegah fibrinolisis yang berlebihan dapat diberikan transinum, episilon-aminmokopropik dan trasylol
  2. penanganan khusus dari sudut indikasi bstetric bergantung pada keadaan penderita dan penyebabnya. Misalnya melakukan cara penanganan perdarahan postpartum tahap demi tahap : uterus tonika, massage rahim, kompresi bimanual, tomponade, metode henkel dan kalau perlu demi untuk menyelamatkan jiwa ibu sumber perdarahan diangkat (histerektomi)
EMBOLI CAIRAN KETUBAN
(Menurut HARRY OXORN Ilmu Kebidanan Patologis dan Fisio Persalinan,1996)
I.              Pengertian
Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah sejumlah cairan ketuban memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba terjadi gangguan pernafasan yang akut dan shock. Dua puluh lima persen wanita yang menderita keadaan ini meninggal dalam waktu 1 jam. Emboli cairan ketuban jarang dijumpai. Kemungkinan banyak kasus tidak terdiagnosis yang dibuat adalah shock obastetrik, perdarahan post partum atau edema pulmoner akut.

II.           Etiologi
Faktor predisposisi
1.      Multiparitas
2.      Usia lebih dari 30 tahun
3.      Janin besar intrauteri
4.      Kematian janin intrauteri
5.      Menconium dalam cairan ketuban
6.      Kontraksi uterus yang kuat
7.      Insidensi yang tinggi kelahiran dengan operasi

III.        Gambaran klinis
Shock yang dalam yang terjadi tiba-tiba tanpa diduga pada wanita yang proses persalinannya sulit atau baru saja menyelesaikan yang sulit. Khususnya kalau wanita itu multipara berusia lanjut dengan janin yang amat besar, mungkin sudah meninggal dan dengan mekonium dalam cairan ketuban, harus menimbulkan kecurigaan kepada kemungkinan ini (emboli cairan ketuban). Jika shock juga didahului dengan gejala menggigil, yang diikuti oleh dypnea, cyanosis, vamitis, gelisah, dan lain-lain dan. Dan disertai penurunan tekanan darah yang cepat serta denyut nadi yang lemah dan cepat maka gambaran tersebut menjadi lebih lengkap lagi. Jika seorang dengan cepat timbul edema pulmoner padahal sebelumnya tidak terdapat penyakit jantung, diagnosis emboli cairan ketuban jelas sudah dapat dipastikan.

IV.        Diagnosis
Gambarannya mencakup gejala-gejala berikut :
1.      Gambaran respirasi
2.      Cyanosis
3.      Kolaps kardiovaskuler
4.      Kegagalan koagulasi dan perdarahan
5.      Koma
6.      Kematian
7.      Pada kasus yang tidak fatal, pemeriksaan scanning paru-paru menggunakan “macro aggregate I 131 albumin” dapat mengungkapkan adanya embolisasi dan menegakkan diagnosis

Diagnosis diferensial
1.      Emboli trombolitik pulmoner
2.      Emboli udara
3.      Emboli lemak
4.      Aspirasi muntah
5.      Eklampsia
6.      Reaksi obat anasthesi
7.      Cerebrovasculer accident
8.      Keagagalan jantung kongestif
9.      Shock hemorragik
10.  Ruptura uteri
11.  Inversio uteri

V.           Hasil-hasil pemeriksaan klinikopatologis
A.    Cara masuknya cairan ketuban
Dua tempat utama masuknya cairan ketuban dalam sirkulasi darah maternal adalah vena yang dapat robek sekalipun pada persalinan normal. Ruptura uteri meningkatkan kemampuan masuknya cairan ketuban. Abruptio placenta merupakan peristiwa yang sering dijumpai; keajaiban ini mendahului / bersamaan dengan epsidose emboli.

B.     Patogenesis
Mekanisme yang tepat tidak diketahui. Dikemukakan dua teori :
1.      Adanya blokade mekanis yang amat besar pada pembuluh-pembuluh darah pulmonalis oleh emboli partikel bahan dalam cairan ketuban, khususnya meconium.
2.      adanya reaksi analphilatik terhadap partikel bahan tesebut, tiga aspek utama pada sindrom ini:
a.       Penurunan mendadak jumlah darah yang kembali ke jantung kiri dan berkurangnya output ventrikal kiri yang menimbulkan kolaps pembuluh darah tepi.
b.      Hipertensi pulmoner yang kuat
c.       Aliran darah yang tidak teratur dengan kekacauan ratio vertilasi / perfusi membawa anokseima dan hipoksia jaringan. Hal ini menyebabkan cyanosis, kegelisahan dan koma


C.    Paru-paru
a.       Hasil pemeriksaan yang bernama adalah :
b.      Edema
c.       Perdarahan alveolar
d.      Emboli yang tersusun dari partikel bahan dalam cairan ketuban
e.       Pembuluh darah pulmonalis yang berdilatasi

D.    Jantung
Jantung sisi kanan acapkali berdilatasi. Daerah yang diaspirasi dari sisi kanan jantung memperlihatkan adanya elemen-elemen cairan ketuban

E.     Gangguan koagulasi
Perdarahan yang terjadi adalah akibat kegagalan koagulasi dan menurunnya tonus uterus. Faktor yang mungkin menyebabkan gagalnya proses koagulasi adalah pekepasan thromboplasltin kedalam sirkulasi darah yang menimbulkan “disseminated intravasculer coagulation” serta diikuti oleh hipofibrinogenemia dan menghasilkan produk degredasi fibrin. Umumnys dijumpai atonia uteri tetapi sebab yang tepat tidak diketahui.

VI.        Penatalaksanaan
Sementara pada kasus-kasus  yang berat tidak ada sesuatu yang memperbaiki keadaan, tujuan yang dilakukan pada tindakan yang dilakukan mencakup pengurangan hipertensi pulmoler, peningkatan perfusijaringan, pengendalian perdarahan dan tindakan suportif umum:
Oksigen diberikan dengan tekanan untuk meningkatkan oksigenisasi
Antispasmodik dan vasodilator seperti papoverin, aminophylin dan trinitrogen dengan monolog. Isoproterenol meningkatkan ventilasi pulmoner dan mengurangi bronehospasme.
Defek koagulasi  harus dikoreksi dengan menggunakan heparin / fibrinogen
Darah segar diberikan untuk memerangi kekurangan darah; perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan pembebanan berlebihan dalam sirkulasi darah
Digitalis berhasiat kalau terdapat kegagalan jantung
Eksplorasi uterus secara manual dilakukan untuk menyingkirkan ruptura uteri / retentio placenta
Hidrokortion diberikan baik untuk membantu mengatasi keadaan yang amat gawat itu maupun khasiat inotropiknya.

VII.     Mortalitas
 Sekalipun nortalitas tinggi, emboli cairan tidak selalu membawa kematian pada tiap kasus. 75% wanita meninggal sebagai akibat langsung emboli. Sisanya meninggal akibat perdarahan yang tidak terkendali. Mortalitas feral tinggi dan 50% kematian terjadi inutera.

ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN DENGAN EMBOLI CAIRAN KETUBAN TERHADAP Ny. “S” DI RB HANDAYANI
KEC. LABUHAN MARINGGAI
LAMPUNG TIMUR
TAHUN 2007

I.           PENGUMPULAN DATA DASAR
A.    Anamnese Tanggal 12 Juni 2007, pukul 11.00 WIB
1.      Identitas
Nama Ibu      :  Ny. S
Nama Suami  :  Tn. Z
Umur             :  40 Tahun
Umur             :  45 Tahun
Suku              :  Jawa
Suku              :  Jawa
Agama           :  Islam
Agama           :  Islam
Pendidikan    :  SLTP
Pendidikan    :  SLTA
Pekerjaan       :  IRT
Pekerjaan       :  Wiraswasta
Alamat           :  Jl. Seminung No.4 Metro Pusat
Alamat           :  Jl. Seminung No.4  Metro Pusat


2.      Keluhan utama
Ibu hamil G4P3A0, 40 minggu, ibu mengeluh sakit pada daerah pinggang dan menjalar keperut bagian bawah. Mengeluarkan lendir bercampur darah dan sudah mengeluarkan air sejak pukul 09.00  WIB.

3.      Keluhan sejak kunjungan terakhir
Ibu mengatakan merasa cepat lelah dan cemas menghadapi persalinannya

4.      Tanda-tanda persalinan
a.       His                                        :  ada, lamanya 20 detik kuat
b.      Frekuensi                              :  2 x/10 menit
c.       Lamanya                               :  20 detik
d.      Lokasi, ketidaknyamanan     :  daerah abdomen

5.      Pengeluaran pervaginam
Lendir bercampur darah

6.      Masalah khusus
Ibu tidak merasakan kelainan pada kehamilannya, Keadaan umum ibu baik

7.      Riwayat imunisasi
Selama hamil ibu mendapatkan imunisasi 2 kali
a.       TT I pada kehamilan 20 minggu di RB Handayani
b.      TT II pada kehamilan 24 minggu di RB Handayani

8.      Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
9.      Pergerakan janin dalam rahim
Gerakan fetu sangat kuat, frekuensi > 10 x/menit

10.  Makan, munim terakhir
Ibu makan teratur tadi pagi, tapi hanya sedikit karena nafsu makan ibu berkurang sejak adanya his.

11.  Eliminasi terakhir
BAB        : 1 x/hari
BAK       : 6-7 x/hari




12.  Istirahat dan tidur
Setiap hari ibu tidur + 8 jam, tetapi semenjak timbul his ibu tidurnya berkurang

13.  Psychologis
Ibu hanya mengalami kegelisahan dan ketakutan dalam menghadapi persalinan

B.     Pemeriksaan
1.      Pemeriksaan umum
a.       Keadaan umum ibu     :  baik
b.      Kesadaran                   : komposmentis
c.       Tanda-tanda vital        :
1)      TD                           :  120/80 mmHg
2)      RR                           :  20 x/menit
3)      Nadi                        :  84 x/menit
4)      Temp                       :  38oC
5)      BB                           :  61 kg
6)      TB                           :  159 cm

2.      Pemeriksaan fisik
a.       Inpeksi
1)      Rambut                  :  Bersih, berwarna hitam, keadaan bersih, tidak mudah dicabut
2)      Muka                     :  Terdapat cloasma gravidarum
3)      Mata                      :  Simetris kanan kiri, sklera tidak ikterik, conjungtiva tidak pucat
4)      Hidung                  :  Bersih, berfungsi dengan baik, tidak ada pembesaran polip
5)      Mulut                     :  Bersih, gigi terdapat caries pada gerahan bawah tidak ada stomatitis
6)      Telinga                   :  Normal, fungsi pendengaran baik, sekret tidak ada
7)      Leher                     :  Tidak ada pembesaran tyroid dan vena jugularis
8)      Dada                      :  Simetris, pergerakan nafas teratur, tidak ada whezzing, tidak terdengar bunyi ronchi
9)      Mamae                   :  Simetris kanan/kiri, tidak ada benjolan yang abnormal, puting susu menonjol, hyperpigmentasi pada aerola mamae, kolostrum keluar
10)  Perut                      :  Tidak ada bekas operasi
11)  Genetalia               :  Pengeluaran blood slym, tidak ada oedema dan varices
12)  Punggung              :  Lordosis
13)  Ekstremitas
a)      Atas                 :  Pergerakan baik, simetris kanan dan kiri, tidak ada oedema, jari lengkap
b)      Bawah             :  Pergerakan baik, simetris kanan dan kiri, tidak ada oedema, jari lengkap
b.      Palpasi
1)      Pemeriksaan abdomen
Leopold I              :  TFU ½ jari bawah Px
Leopold II             :  Puki
Leopold III           :  Presentasi kepala
Leopold IV           :  Bagian terbawah janin sudah masuk PAP
Mc. Donald           :  35 cm
T BJ                       :  (35 – 12) x 155 = 3565 gram
2)      Auskultasi             :  DJJ (+), frekwensi 130 x/menit
3)      PD : Pukul 11.00 WIB
a)      Perdataran          :  30%
b)      Arah serviks        :  kedepan
c)      Pembukaan         :  3 cm
d)     Konsistensi         : lunak
e)      Bagian terendah    :   Hodge III
f)       Turunnya kepala    :   2/5
Pengawasan Kala I           
Tanggal
Waktu
Keadaan ibu
Kontraksi uterus/ 10 menit/ lamanya
Keadaan janin
Ketuban
Pembukaan serviks
TD
N
R
S
DJJ
Penurunan kepala
12-06-07
11.00
3 cm
160/70
84
24
37
2 x/10 mnt lamanya 20-40 detik
130 x/m
3/5
(+)

11.30

160/70
84
24

3 x/10 mnt lamanya 20-40 detik
130 x/m



12.00

110/70
85
23

3 x/10 mnt lamanya 20-40 detik
130 x/m



12.30

110/70
86
24

3 x/10 mnt lamanya 20-40 detik
130 x/m



13.00

110/70
83
21

3 x/10 mnt lamanya 20-40 detik
130 x/m



13.30

110/70
84
24

3 x/10 mnt lamanya 20-40 detik 
130 x/m



14.00

160/70
84
20

3 x/10 mnt lamanya 20-40 detik
130 x/m



14.30

110/70
82
20

3 x/10 mnt lamanya 20-40 detik 
130 x/m



15.00

110/70
82
20

4 x/10 mnt lamanya 20-40 detik
130 x/m



15.30
7 cm
110/70
84
20

4 x/10 mnt lamanya 20-40 detik
130 x/m
1/5
(-)

II.        INTERPRESTASI DATA DASAR, DIAGNOS, MASALAH DAN KEBUTUHAN
1.      Diagnosa
G4P3A0 hamil 40 minggu, inpartu kala I fase laten dengan janin tunggal hidup intrauterine
Dasar :
DS      :  a.    Ibu mengatakan ini kehamilannya yang ke-4
b.      Ibu mengatakan mulas pada perut bagian bawah menjalar ke pinggang
c.       Ibu mengatakan sudah mengeluarkan lendir bercampur darah
DO     :  a.    His kuat dan tidak teratur 2x/10 menit
b.      Pada pemeriksaan dalam pukul 11.00 WIB, vagina teraba lunak dan bagian terendah H III, efacement 90-100%, pembukaan 3 cm
2.      Masalah
a.       Nyeri sehubungan dengan his yang kuat
Dasar :            
DS   :  Ibu mengeluah mulas pada bagian terbawah menyebar kepinggang sejak pukul 09.00 WIB
DO  :  1) Ibu inpartu kala I, kontraksi uterus 2 x/10 menit, lamanya 20 dt
2)    Ibu tampak menahan sakit dan gelisah pada saat his yang kuat
b.      Ibu takut menghadapi persalinan
Dasar :            
DS   :  Ibu mengatakan takut menghadapi persalinannya karena ini persalian yang ke-4
DO  :  Ibu tampak sangat gelisah
c.       His sangat terasa kuat
Dasar :            
DS   :  His timbul 2 x/10 menit dan kuat
DO  :  Ibu mengatakan perutnya terasa sakit
d.      Penyuluhan menghadapi persalinan kala II (kebutuhan/persiapan)
Dasar :            
DS   :  Ibu mengatakan takut dalam menghadapi persalinan
DO  :  1)  Ibu G4P3A0 hamil 40 minggu, inpartu kala I
2)  Ibu tampak cemas
3)  Gerakan janin kuat

III.     IDENTITAS DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Potensial terjadi
a.       Perdarahan berat pada ibu
b.      Kematian pada ibu
c.       Koma pada ibu
d.      Kolaps kardiovaskuler pada ibu
e.       Cyanosis

IV.     KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA DAN KOLABORASI
Kolaborasi dengan dokter, segera lakukan rujukan

V.        RENCANA MANAJEMEN
1.      Beritahu pada ibu hasil pemeriksaan
a.       Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan saat ini
b.      Jelaskan tentang kemajuan persalinan
2.      Siapkan ibu dan alat-alat untuk persalinan yang bersih dan steril
a.       Tempatkan ibu diruang yang nyaman
b.      Pasang infus dan oksitosin untuk melakukan aksilerasi
c.       Atur posisi ibu senyaman mungkin
d.      Penuhi kebutuhan nutrisi ibu
e.       Lakukan vulva vagina
f.       Lakukan pengawasan kala I dan berikan antibiotika
3.      Tenangkan ibu
a.       Ajarkan teknik relaksasi
b.      Ajarkan untuk tidak mengedan sebelum waktunya
c.       Jelaskan tahap-tahap yang akan dilalui selama proses persalinan
d.      Libatkan peran suami/keluarga untuk mendampingi ibu
e.       Dampingi ibu untuk berikan dukungan psikolgis
f.       Anjurkan ibu istirahat saat his timbul
g.      Anjurkan ibu tidur miring kiri
4.      Observasi kemajuan persalinan

VI.     IMPLEMENTASI
1.      Jelaskan kepada ibu tentang keadaannya saat ini
Ibu memasuki inpartu dengan adanya tanda persalinan, perut mulas pada bagian bawah, keluarnya lendir bercampur darah dari vagina dan pembukaan 3 cm
2.      Ibu berada ditempat yang nyaman
3.      Menyiapkan ibu dan alat-alat
a.       Menempatkan ibu diruang yang nyaman, yang bersih.
b.      Pasang infus glukosa 500 cc dan oksitosin 2,5 U mulai dengan 10 tetes/menit sampai kontraksi adekuat, lebih 3 x/10 menit dengan lama 40 detik mempertahankan sampai terjadi kelahiran
c.       Mengatur posisi ibu senyaman mungkin
Menganjurkan ibu agar tidur dengan posisi miring kiri agar tidak menghambat aliran darah ke janin.
d.      Memenuhi nutrisi ibu dengan memberi makanan dan minum
e.       Melakukan pengawasan kala I, dengan memantau TTV dan kontraksi uterus serta DJJ/30 menit
f.       Memberi aktibiotik Amoxilin 100 gr setiap 4 jam.
4.      Menenangkan ibu untuk mengurangi rasa nyeri dan lemas dengan cara
a.       Yaitu ibu diminta menahan nafas panjang, tahan nafas sebentar kemudian lepaskan dengan meniup melalui mulut sewaktu his serta ibu istirahat di luar his.
b.      Mengajarkan pada ibu mengejan yang baik dan tidak mengejan sebelumnya
c.       Menjelaskan tahap-tahap yang akan dijalani ibu dalam proses persalinan
d.      Melibatkan suami untuk mendampingi ibu dalam proses persalinan
e.       Menganjurkan pada ibu agar istirahat setelah adanya his
5.      Mengobservasi kemajuan persalinan, keadaan umum ibu dan janin yaitu menahan menarik nafas panjang, kedua tangan merangkul paha, mata dibuka dan mulut ditutup. Kemudian mengedan seperti BAB keras dan jangan mengedan di leher.

VII.  EVALUASI
12 Juni 2007, pukul
1.      Ibu mengetahui  tentang keadaannya
2.      Ibu berada ditempat yang nyaman
3.      Infus terpasang glukosa 500 cc, oksitosin 2,5 U 40 tetes/menit
4.      Ibu sudah makan dan minum
5.      Ibu tidur miring kiri
6.      Alat persalinan tetap siap
7.      Ibu sudah minum amoxylin 100 mg
8.      Melakukan pengawasan kala I : kontrol his, DJJ, TTV
9.      Ibu mengerti teknik relaksasi
10.  Ibu mengerti mengejan yang baik
11.  Ibu mengerti tahap persalinan
12.  Ada keluarga dan suami yang mendampingi ibu

CATATAN PERKEMBANGAN
Kala II tanggal 12 Juni 2007 pukul 15.30 WIB
S       :  Ibu mengatakan perutnya sangat terasa mulas-mulas yang sangat kuat (his yang sangat kuat, disertai keluar air dari kemaluannya. His yang muncul dirasakan ibu terus-menerus. Ibu juga mengatakan mual muntah dan sangat gelisah.
O      :  1.                            Dilakukan pemeriksaan/pengukuran tanda vital
a.       Tekanan darah           :  110/70 mmHg
b.      Nadi                           :  90 x/menit (nadi cepat dan lemah) terjadi takikardia
c.       Respirasi                    :  28 x/menit (pernafasan cepat/takipnea)
d.      Keadaan umum         :  lemah
e.       Kesadaran                  :  komposmentis
2.   Pembukaan seviks 10 cm
3.   Air ketuban masuk melalui sinus nistagmus
4.   DJJ                   : 134 x/menit
5.   Presentasi         : kepala, penurunan bagian terendah di hodge IV, kanan depan
6.   Konsistensi porsio lunak, tipis, effisement 90%
A      :  1.                            Diagnosa
G4P3A0 inpartu kala II dengan emboli air ketuban
Dasar :
a.       Kontraksi uterus 5-7 x dalam 10 menit yang sangat kuat dan terus-menerus
b.      Pembukaan lengkap
c.       Portio tidak teraba, ketuban (-) namun sebagian masuk kesinus vena, perineum menonjol, vulva membuka
d.      DJJ      : 134 x/menit
e.               TD menurun, nadi cepat dan lemah, takipnea (pernafasan yang cepat), takikardi (denyut jantung yang cepat), kebiruan kulit pada ibu (sianosis)
2.                Masalah
Ibu cemas, takut, gelisah menghadapi persalinan ibu menjadi lemah
Dasar   :  Ibu memasuki kala II persalinan dengan tanda-tanda emboli air ketuban
3.                Kebutuhan
a.       Dukungan psikologi dari suami/keluarga
b.      Penyuluhan cara relaksasi
c.       Pertolongan persalinan yang cepat dan tepat
d.      Pemenuhan cairan dan nutrisi
e.       Penatalaksanaan/perawatan pertama terhadap potensial terjadinya emboli air ketuban.
Dasar    : 1)   TD menurun
2)Nade cepat dan lemah
3)Takipnea
4)Takikardia
5)Sianosis
6)Kesadaran umum disertai nistagmus
7)his yang kuat dan terus menerus
8)Air ketuban masuk kesinus vena

P       :  1.          Jelaskan kepada ibu kondisi ibu saat ini bahwa ibu dalam proses persalinan
2.   Bahwa pembukaan serviks sudah 10 cm (lengkap) dan ibu memasuki proses persalinan untuk melahirkan bayinya.
3.   Libatkan orang terdekat yaitu suami dalam memberikan dukungan
4.   Lakukan pengawasan kala II menggunakan partograf, pantau tenaga ibu, kontraksi uterus dan vital sign
5.   Pimpin persalinan dengan membimbing ibu mengedan saat ada his
6.   lakukan pertolongan persalinan, lahirkan kepala, bahu dan tubuh bayi.
7.   Bayi lahir pukul 15.30 WIB
      BB : 3500 gram, PB : 48 cm, Apgar : 7/8, Anus : (+), Jenis kelamin : perempuan 
8.   Observasi perdarahan pervaginam
9.   Penatalaksanaan terhadap potensial terjadinya emboli air ketuban

Kala III, tanggal 13 Juni 2007 pukul 16.30 WIB
S       :  1.                            Ibu mengatakan perutnya terasa sangat mulas
2.          Ibu mengatakan terasa mual dan mau muntah
3.          Ibu mengatakan sesak dalam bernafas
4.          Ibu mengatakan badan terasa lemah
O      :  1.                               Keadaan umum                        :           lemah
2.                Kesadaran              :         komposmentis
3.   Tanda-tanda vital :
a.    TD                             :  90/70 mmHg
b.   Nadi                          :  91 x/menit
c.    Respirasi                    :  28 x/menit
4.   TFU sepusat
5.   Kontraksi uterus (his) kuat dan terus-menerus
A      :  1.                            Diagnosa
G4P3A0 inpartu kala III
2.                Masalah
Potensial terjadi emboli air ketuban
3.                Kebutuhan
a.    Terjadinya perdarahan pervaginam yang sukar dan lambat membeku
b.   Kontraksi kuat dan terus-menerus
P       :  1.          Jelaskan kepada ibu kondisi ibu saat ini bahwa proses persalinan saat ini harus di rujuk
2.      Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
3.      Lakukan management aktif kala III
a.       Menyuntikan oksitosin
1)      Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal
2)      Memberitahu ibu akan disuntik
3)      Menyuntikan oksitosin 10 unit secara intera muskuler pada bagian luar paha kanan 1/3 atas setelah melakukan aspirasi terlebih dahulu untuk memastikan bahwa ujung jarum tidak mengenai pembuluh darah
b.      Peregangan tali pusat terkendali
1)      Memindahkan klem pada tali pusat sehingga berjarak 5-10 cm dari vulva
2)      Meletakkan tangan kiri diatas simpisis menahan bagian bawah uterus, sementara tangan kanan memegang tali pusat menggunakan klem atau kain kasa dengan jarak antara 5-10 cm dari vulva
3)      Saat kontraksi menegangkan tali pusat dengan tangan kanan sementara tangan kiri memegang uterus dengan hati-hati ke arah dorso-kranial
c.       Mengeluarkan plasenta
4.      Plasenta lahir lengkap dan spontan pukul 16.30 WIB
a.    Panjang tali pusat      :  50 cm
b.   Tebal plasenta            :  4 cm
c.    Lebar plasenta           :  21 cm
d.   Berat plasenta            :  500 gr
e.    Insersi                        :  Setralis
f.    Tidak ada kelainan pada plasenta
5.      Perdarahan       :  + 300 – 500 cc
Darah lambat dan sukar membeku
a.       Pemberian hidrocortion untuk membantu mengatasi keadaan yang amat gawat
6.      Penatalaksanaan perdarahan pervaginam yang lambat membeku akibat emboli
a.       Pemenuhan cairan infuse
b.      Pemberian Haparin 200 unit IV dan traysilat 300000 dalam 20 menit
c.       Pemberian fibrinogen manusia 3-5-10 gr
d.      Pemberian darah segar untuk mengurangi kekurangan darah
e.       Melakukan digitallis,berkhasiat kalau terdapat kegagalan jantung
f.       Explorasi uterus secara manual dilakukan untuk menyingkirkan rupture uteri
g.      Pemberian hidrocortion untuk membantu mengatasi keadaan yang akan gawat.
7.      Pantau kontraksi uterus
8.       Ajarkan ibu untuk massase fundus uteri selama 15 detik
9.   Persiapan rujukan bila ibu mengalami perdarahan hebat meliputi bidan, alat, kendaraan, surat, obat-obatan, keluarga dan uang (Baksoku)
10. Merujuk pasien sakit yang memiliki fasilitas pelayanan penanganan-penanganan kegawat daruratan

Kala IV, tanggal 13 Juni 2007 pukul 17.30 WIB
S       :  1.   Ibu mengatakan perut masih terasa mulas
2.   Ibu mengatakan nafas terasa sesak
3.   Ibu mengatakan badan terasa lemah
O      :  1.   Tanda-tanda vital :
a.    TD                             :  90/70 mmHg
b.   RR                             :  28 x/menit
c.    Pols                            :  90 x/menit
2.   TFU 2 jari dibawah pusat
3.   Kontraksi uterus kuat
4.   Keadaan umum ibu lemas
5.   Perdarahan 400-500 cc mengalir
6.   Ibu tampak pucat, sianosis, lemah
A      :  1.                            Diagnosa
G4P3A0 kala IV postpartum 30 menit
Dasar ;
a.    Ibu melahirkan pukul 15.30 (spontan pervaginam)
b.    Kala IV belum selesai
2.                Masalah
Terjadinya perdarahan yang hebat akibat darah sukar membeku karena terjadinya emboli air ketuban
3.                Kebutuhan
a.    Pasang cairan
b.   Pemantauan TTV
c.    Pemantauan kontraksi uterus
d.   Pemantauan perdarahan pervagina
e.    Persiapan rujukan
P       :  1.          Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi dan proses persalinan saat ini harus dirujuk
2.   Pemenuhan cairan infus
3.   Berikan suport pada ibu dengan melibatkan keluarga dan orang terdekat




DAFTAR PUSATAKA

Mansjoer, Arief dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta : Media Ascula Plus

Prof. Dr.dr.Gulardi, Hanifa.Winkjosastro, SPOG.2002. Buku Panduan Paktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

OXORN HARRY 1996, Ilmu Kebidanan Patologis Dan Fisiologis Persalinan Human Labor And Birth , yayasan ESSENSIA MEDIK

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:
Free Blog Templates