LANDASAN TEORI
Pendahuluan (Menurut buku Persalinan dengan bedah caesar)
Istilah sectio caesarea berasal dari bahasa latin “caedere” yang artinya memotong. Dewasa in seksio sesarea jauh lebih aman dari pada waktu dulu berkat kemajuan dalam antibiotika, transfusi darah, anestesi dan tekhnik operasi yang lebih sempurna. Karena saat ini ada kecenderungan untuk melakukan operasi ini tanpa dasar indikasi cukup kuat. Namun perlu diingat bahwa seorang wanita yang telah mengalami operasi pasti akan menimbulkan cacat dan parut pada rahim yang dapat membahayakan kehamilan dan persalinan berikutnya, walaupun bahaya tersebut relatif kecil.
Definisi (Menurut buku Sinopsis Obstetri)
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan mengiris / sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut.
1) Seksio sesarea primer (efektif) : dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara seksio sesarea, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa.
2) Seksio sesarea sekunder : bersikap mencoba dalam menunggu kelahiran biasa (partus percobaan), baru bila tidak ada kemajuan persalinan / partus percobaan gagal dilakukan seksio sesarea.
3) Seksio sesarea ulang : ibu pada kehamilan yang lalu mengalami seksio sesarea dan pada kehamilan selanjutnya dilakukan seksio sesarea ulang.
4) Seksio sesarea histerektomi : suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan seksio sesarea, dikerjakan langsung histerektomi oleh karena suatu indikasi.
5) Operasi parro : suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (tentunya janin sudah mati), maka langsung dilakukan histerektomi.
Indikasi (Menurut buku Sinopsis Obstetri)
a. Placenta previa sentralis dan lateralis (posterior)
b. Panggul sempit
c. Disproporsi sefalo pelvik
d. Ruptura uteri mengancam
e. Partus lama dan partus tak maju
f. Gawat janin
g. Distosia serviks
h. Pre eklamsi dan hipertensi
i. Malpresentasi janin
1. Letak lintang
2. Letak bokong
j. Distosia oleh karena tumor
Kontra indikasi
Infeksi dari isi rahim (tidak absolut)
Tipe operasi seksio sesarea (Menurut buku Sinopsis Obstetri)
Seksio sesarea dapat dilakukan melalui :
1. Abdomen (Seksio sesarea abdominalis)
a. Seksio sesarea transperitonealis
1) Seksio sesarea klasik/ korporal
Dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm. Keuntungannya : mengeluarkan janin lebih cepat, tidak dijumpai komplikasi kandung kemih tertarik, sayatan bisa diperpanjang proksimal / distal, sedangkan kerugiannya : infeksi mudah menyebar intra abdominal karena tidak ada reperitonealisasi yang baik, untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptur uteri spontan.
2) Seksio sesarea ismika / profunda
Dengan sayatan melintang-konkaf pada segmen bawah rahim (low cervical transversal) kira-kira 10 cm.
Keuntungan : menjahit luka lebih mudah, menutup luka dengan reperitonealisasi yang baik, overlapping dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran dan isi uterus ke rongga perioteneum, perdarahan berkurang, dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptura uteri spontan kurang / lebih kecil. Kerugiannya : luka bisa melebar kiri dan kanan dan ke bawah sehingga dapat menyebabkan perdarahan yang banyak karena uterina putus, keluhan pada kandung kemih post operatif tinggi.
b. Seksio sesarea ekstraperitonealis
Tanpa membuka peritonium parietalis dengan demikian tidak membuka kavum obdominal.
2. Vagina (seksio sesarea vaginalis)
3. Menurut jurusan sayatan pada rahim seksio sesarea dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Sayatan memanjang (longitudinal) menurut Kronig
b. Sayatan melintang (transversal) menurut Kerr
c. Sayatan huruf T ( T-incision)
Komplikasi seksio sesarea (Menurut buku Sinopsis Obstetri)
1. Infeksi puerperal (nifas)
a) Ringan dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
b) Sedang dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung
c) Berat dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita jumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
Penangannya adalah dengan pemberian cairan, elektrolit dan antibiotika yang adekuat dan tepat.
2. Perdarahan, disebabkan
a) Banyak pembuluh darah terputus dan terbuka
b) Atonia uteri
c) Perdarahan pada placenta bed
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonialisasi terlalu tinggi
4. Kemungkinan ruptura uteri spontanea pada kehamilan mendatang
Bahaya seksio sesarea (Menurut buku Atlas teknik kebidanan)
1. Peritonitis
Apabila isi rahim sudah dihinggapi infeksi. Untuk menjauhkan infeksi rahim, maka penderita calon SC sedikit mungkin di toucher.
2. Ruptura uteri pada kehamilan yang berikut. Supaya luka dinding rahim ada kesempatan menjadi kuat kembali, dinasihatkan supaya penderita jangan hamil lagi selama 3 tahun.
Nasihat pada ibu post operatif (Menurut buku persalinan dengan bedah Caesar)
1) Dianjurkan jangan hamil selama lebih kurang 1 tahun dengan memakai kontrasepsi
2) Kehamilan berikutnya hendaknya dengan antenatal yang baik
3) Dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit yang besar
4) Apakah persalinan yang berikut harus dengan seksio sesarea bergantung dari indikasi seksio sesarea dan keadaan pada kehamilan berikutnya
5) Hampir di seluruh institut di Indonesia tidak dianut diktum “once a cesarean always a cesarean”
6) Yang dianut adalah “once a cesarean not always a cesarean” kecuali pada panggul sempit atau disproporsi sefalo pelvik
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN
DENGAN KASUS RIWAYAT SEKSIO SESAREA TERHADAP Ny. R
DI BPS SAYANG IBU DAN ANAK
I. Pengumpulan Data Dasar
Tanggal 31 Januari 2007 pukul 11.00 WIB
A. Identitas
Nama : Ny. Rani Nama suami : Tn. Suryono
Umur : 28 tahun Umur : 31 tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Petani
Alamat : Jln. Melati no. 25 21C Alamat : Jln. Melati no. 25 21C
Yosodadi Metro Timur Yosodadi Metro timur
B. Anamnesa
1. Keluhan Utama
Ibu mengatakan khawatir dan cemas menghadapi persalinan ini karena riwayat persalinan yang lalu ibu melalui seksio sesarea.
2. Riwayat Kehamilan
HPHT : 1 Mei 2006
TP : 8 Februari 2007
ANC : teratur
TM I : 1× di puskesmas
Keluhan : Mual dan muntah serta tidak nafsu makan
Anjuran : Anjurkan pada ibu untuk makan dengan porsi kecil namun sering
Terapi : Vitamin
TM II : 2× di BPS
Keluhan : Mual dan muntah sudah berkurang
Anjuran : Anjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan
Terapi : Tablet Fe dan vitamin C
TM III : 2× di BPS
Keluhan : Sakit pada pinggang dan sering BAK
Anjuran : Anjurkan pada ibu untuk senam hamil dan pada saat tidur, tinggikan ekstremitas bagian bawah (dapat menggunakan bantal) serta kurangi banyak minum pada malam hari
Terapi : Tablet Fe dan vitamin
3. Riwayat Persalinan
a. Riwayat persalinan yang lalu :
Hamil ke | Tahun Lahir | Jenis Persalinan | Komplikasi Persalinan | Penolong dan Tempat | Keadaan Bayi |
1 | 2003 | Seksio sesarea | Placenta Previa | Dokter; Rumah Sakit | Sehat |
b. Riwayat Persalinan Sekarang
Ibu G2P1A0 datang pukul 17.00 WIB dengan inpartu kala I fase laten, pembukaan serviks 3 cm, portio tebal kaku, presentasi kepala, penurunan H.2, kontraksi uterus baik, frekuensi 2× /10 menit lamanya 20 – 40 detik.
4. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan ibu
Ibu tidak pernah menderita penyakit menular dan penyakit menurun serta tidak pernah mengkonsumsi alkohol.
b. Kesehatan keluarga
Dalam keluarga tidak ada riwayat anak kembar, tidak ada yang menderita penyakit yang dapat mempengaruhi kehamilan.
5. Riwayat Perkawinan
Ibu menikah pada usia 23 tahun, perkawinan sudah berlangsung ±5 tahun.
6. Riwayat Imunisasi
Ibu mengatakan sudah mendapatkan imunisasi TT lengkap di BPS. TT1 usia kehamilan 24 minggu dan TT2 usia kehamilan 28 minggu.
7. Pola hidup sehari-hari
a. Nutrisi
Sebelum hamil : makan 3× sehari dengan porsi yang cukup dan minum 7-8 gelas/hari
Setelah hamil : makan 3× sehari dengan porsi sedikit dan minum 8-9 gelas/hari
b. Eliminasi
Sebelum hamil : BAB 1× sehari; BAK 4-5× sehari
Setelah hamil : BAB 1× sehari; BAK 7-8× sehari
c. Istirahat
Sebelum hamil : tidur siang 1-2 jam; tidur malam 6-7 jam
Setelah hamil : tidur siang 1 jam; tidur malam 7-8 jam
d. Aktivitas
Ibu hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga
e. Personal hygiene
Mandi 2× sehari dan ganti pakaian setiap habis mandi
8. Riwayat Psikologi
Ibu merasa senang menyambut kelahiran anak keduanya dan ibu merasa sedikit cemas menghadapi persalinan.
C. Pemeriksaan
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tanda vital : TD : 120/70 mmHg TB : 160 cm
Pols : 83× /menit BB sebelum hamil : 52 kg
RR : 24× /menit BB setelah hamil : 63 kg
Temp : 37,2ºC Ukuran LILA : 26 cm
a. Pemeriksaan fisik
Rambut : sedikit kotor, berketombe, tidak rontok
Muka : sedikit pucat, tidak oedema, terdapat hyperpigmentasi
Mata : simetris, fungsi penglihatan baik, konjungtiva sedikit pucat, sklera tidak ikterik
Hidung : tidak ada polip, fungsi penciuman baik, pengeluaran tidak ada
Mulut & gigi : bibir tampak kering dan pecah-pecah, tidak ada caries
Telinga : simetris, fungsi pendengaran baik, tidak ada pengeluaran
Leher : tidak ada pembesaran vena jugolaris dan kelenjar thyroid
Payudara : simetris, puting susu menonjol, terdapat hyperpigmentasi pada areola, colostrum sudah keluar lancar, tidak ada nyeri
Dada : tidak terdengar whezing dan ronchi pada paru-paru dan tidak terdengar mur-mur pada jantung
Abdomen : terdapat luka bekas operasi, kontraksi uterus baik, ada bekas strie, pembesaran sesuai usia kehamilan
Leopold I : TFU : 29 cm
TBJ (Tafsiran Berat Janin)
TBJ = 29 – 11 × 155 = 2790 gram
Leopold II : Sebelah kiri teraba keras seperti papan, panjang yang kemungkinan punggung dan sebelah kanan teraba bagian-bagian kecil yang kemungkinan ekstremitas
Leopold III : Bagian terendah teraba bulat keras melenting yang kemungkinan kepala
Leopold IV : Bagian terendah sudah masuk PAP
DJJ (+) frekuensi 148×/menit
His 2× /10 menit lamanya 20-40 detik
Ekstremitas atas : jari-jari lengkap, pergerakan baik, kuku jari agak kotor, tidak ada oedema
Ekstremitas bawah : ada oedema, jari-jari lengkap, nyeri pada betis, tidak ada varises, kuku jari agak kotor, reflek patela (+)
Genetalia : tidak oedema, tidak ada varises, tidak ada hemoroid dan tidak ada bekas luka heating
b. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium :
Golongan darah O,Hb : 11,3 gr %, protein urine (-), glukosa urine (-)
Pemeriksaan USG :
Keadaan janin normal dengan letak placenta tidak menutupi jalan lahir seperti persalinan sebelumnya dan dengan presentasi kepala sehingga dapat dilahirkan pervaginam.
Pemeriksaan dalam pada pukul 11.00 WIB :
Vulva : tidak ada oedema, tidak ada varises
Introitus vagina : teraba rugei, tidak terdapat benjolan
Portio : tebal kaku
Serviks : tebal, pembukaan 3 cm
Ketuban : utuh
Presentasi : kepala
Penurunan : H.2
Perineum : elastis / tidak kaku
His : ada
Frekuensi : 2× /10 menit, lamanya 20-40 detik
Pengawasan kala I
Tanggal | Waktu | Pemeriksaan Dalam | DJJ | Kondisi Ibu | |||||||
Pemb. Serviks | Penurunan Kepala | Ketuban Penyusupan | Kontraksi | TD | Pols | RR | Temp | Obat cairan yg diberikan | |||
31 Januari 07 | 11.00 | 3 cm | H.2 | Utuh/0 | 148× /menit | Frek.2×/10 menit, lamanya 20-40 detik | 120/70 mmHg | 83 | 24 | 37,2º | – |
| 11.30 | | | | 150× /menit | Frek. 2× /10 menit, lamanya 20-40 detik | | 79 | | | – |
| 12.00 | | | | 150× /menit | Frek. 2× /10 menit, lamanya 20-40 detik | | 80 | | | – |
| 12.30 | | | | 148× /menit | Frek. 3× /10 menit, lamanya 20-40 detik | | 79 | | | – |
| 13.00 | | | | 148× /menit | Frek. 3× /10 menit, lamanya 20-40 detik | | 79 | 24 | 37,3º | – |
| 13.30 | | | | 152× /menit | Frek. 3× /10 menit, lamanya 20-40 detik | | 80 | | | – |
| 14.00 | | | | 150× /menit | Frek. 3× /10 menit, lamanya >40 detik | | 80 | | | – |
| 14.30 | | | | 150× /menit | Frek. 3× /10 menit, lamanya >40 detik | | 82 | | | – |
| 15.00 | 7 cm | H.3 | Jernih / 0 | 148× /menit | Frek. 3× /10 menit, lamanya >40 detik | 120/80 mmHg | 80 | 22 | 37º | – |
II. Interpretasi Data Dasar
1. Diagnosa
G2P1A0 hamil aterm 36 minggu, janin tunggal, hidup, puki, memanjang, intra uterin presentasi kepala in partu kala I fase laten.
Dasar :Ibu mengatakan hamil anak yang kedua
Riwayat persalinan yang lalu melalui seksio sesarea
HPHT : 1 Mei 2006
TP : 8 Februari 2007
Pada pemeriksaan Leopold didapat hasil :
Leopold I : TFU : 29 cm, TBJ : 2700 gram
Leopold II : Sebelah kiri teraba keras dan panjang, kemungkinan punggung kiri dan sebelah kanan teraba bagian-bagian kecil kemungkinan ekstremitas
Leopold III : Bagian terendah kepala
Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP
DJJ 148× /menit, teratur
Hasil pemeriksaan dalam :
Perineum elastis, introitus vagina teraba rugei dan tidak terdapat benjolan, portio tebal, pembukaan 3 cm, ketuban (+), presentasi kepala, penurunan H.II, his 2x dalam 10 menit lamanya 20-40 detik.
2. Masalah
Cemas
DS : Ibu mengatakan cemas dalam menghadapi persalinannya
DO : Ibu terlihat gelisah dan menahan rasa sakit bila his timbul
3. Kebutuhan
1) Penyuluhan persiapan menghadapi kala II
DS : Ibu mengatakan takut dan cemas menghadapi persalinannya karena riwayat persalinan yang lalu melalui seksio sesarea
DO : Ibu tampak gelisah dan menahan rasa sakit bila his timbul
2) Penyuluhan posisi melahirkan yang efektif dan cara mengejan yang efektif
3) Pertolongan persalinan yang aman dan nyaman
4) Pemberian Fe dan vitamin
5) Pemeliharaan cairan dan nutrisi
III. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Karena pada persalinan yang lalu ibu melalui seksio sesarea maka dalam persalinan sekarang kemungkinan terjadi ruptur perineum.
IV. Identifikasi Kebutuhan terhadap Tindakan dan Kolaborasi
Persiapan rujukan jika terjadi komplikasi pada persalinan.
V. Rencana Manajemen
a. Jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini
b. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan psikologis
c. Yakinkan pada ibu bahwa ia tidak sendiri
d. Beri support pada ibu
e. Observasi kala I menggunakan partograf dan kolaborasi bila ada komplikasi
f. Pemberian cairan dan nutrisi
g. Penyuluhan persiapan menghadapi kala II
h. Penyuluhan posisi melahirkan dan cara mengejan yang efektif
i. Anjurkan ibu untuk berkemih atau BAB
VI. Implementasi Langsung
1. Menjelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini bahwa ibu telah memasuki kala I persalinan
2. Melibatkan keluarga dalam memberikan dukungan psikologis
3. Melakukan observasi kala I menggunakan partograf, mengenai DJJ, penurunan kepala, pembukaan serviks, frekuensi his dan tanda-tanda vitall ibu
4. Memantau keadaan umum ibu seperti kesadaran
5. Memantau intake cairan seperti minum
6. Mempersiapkan untuk persalinan
a. Ruangan bersalin
b. Menyiapkan alat-alat persalinan : partus set, heating set, dll
c. Menyiapkan alat resusitasi
d. Menyiapkan pakaian bayi, memantau kemajuan persalinan, partograf, periksa dalam setiap 4 jam
e. Menyiapkan alat penanganan syok dan perdarahan
f. Memenuhi kebutuhan fisik ibu, makan dan minum, eliminasi
g. Memenuhi kebutuhan psikologis ibu : memberikan dukungan persalinan
h. Menyiapkan alat-alat untuk penolong / bidan : mitela, masker, skort, handscone
7. Menjelaskan dan memberikan keyakinan pada ibu bahwa persalinannya akan berjalan dengan lancar
8. Pastikan pada ibu untuk mengikuti petunjuk bidan agar persalinannya berjalan dengan baik
9. Anjurkan ibu untuk berkemih atau BAB
VII. Evaluasi
1. Ibu mengerti dengan kondisinya saat ini
2. Hasil pengawasan kala I dengan partograf
DJJ : 148× /menit
Penurunan kepala : H.2 (sejajar dengan H.1 melalui pinggir bawah simpisis)
Tanda-tanda vital : TD : 120/70 mmHg
Pols : 83× /menit
RR : 23× / menit
Temp : 37,2ºC
Frekuensi his 2× dalam 10 menit lamanya 20-40 detik, teratur pembukaan serviks 6 cm
3. Ibu ingin minum untuk mencegah kekurangan cairan saat persalinan
Kala II pukul : 18.30 WIB tanggal 31 Januari 2007
S : Ibu mengatakan perutnya mulas-mulas seperti ingin BAB dan keluar lendir dari kemaluannya yang bercampur darah
O : Dilakukan periksa dalam pada pukul 18.00 WIB
1. Pembukaan serviks 10 cm
2. Dinding vagina tidak terdapat kelainan (oedema, varises, luka)
3. Presentasi kepala
4. Selaput ketuban sudah pecah dengan berwarna jernih
5. Penurunan kepala 0/5
His dengan frekuensi 3× dalam 10 menit lamanya >40 detik
DJJ : 152× /menit
Bayi lahir pada pukul 18.30 WIB, spontan dengan jenis kelamin perempuan, BB : 2900 gram, PB : 45 cm, tidak ada cacat, apgar score menit pertama 8/9
A : 1. Diagnosa
G2P1A0 hamil 36 minggu, tunggal, hidup, letak memanjang, puki, intra uterin presentasi kepala, in partu kala II fase aktif
Dasar : Ibu mengatakan ingin mengejan dan merasa ingin BAB
His ada dengan frekuensi 3× dalam 10 menit lamanya >40 detik
Pemeriksaan dalam didapat pembukaan 10 cm, ketuban sudah pecah
Penurunan kepala 0/5
2. Masalah
Ibu cemas menghadapi persalinan dan kebutuhan cairan dan nutrisi
Dasar : Ibu memasuki kala II persalinan
3. Kebutuhan
1. Atur posisi yang nyaman
2. Beritahu ibu cara dan kapan ibu harus mengejan
3. Beri dukungan psikologis
4. Pemenuhan kebutuhan cairan
5. Pimpin ibu untuk mengejan
6. Pemantauan DJJ
7. Lakukan pertolongan persalinan
8. Keringkan bayi
9. Pemotongan tali pusat
P : 1. Jelaskan pada ibu bahwa ia memasuki proses persalinan kala II
2. Atur posisi ibu
3. Beri dukungan psikologis
4. Bimbing ibu untuk mengejan hanya saat ada his dan diselingi nafas panjang, mengejan seperti ingin BAB yang keras
5. Pastikan kandung kemih ibu tetap kosong
6. Anjurkan ibu untuk minum disaat tidak ada his
7. Pimpin ibu mengejan selama ada his
8. Observasi DJJ saat his berkurang
9. Meminta ibu bernafas selagi kontraksi ketika kepala akan lahir
10. Lahirkan bayi dengan menolong kelahiran kepala, bahu, badan.
Bayi lahir spontan pervaginam pada pukul 18.30 WIB dengan keadaan hidup, tunggal dan sehat, BB : 2700 gr, PB : 45 cm, jenis kelamin perempuan, apgar score menit pertama 8/9
11. Setelah bayi lahir keringkan bayi, potong dan ikat tali pusat
12. Periksa dan pastikan bahwa janin tunggal
13. Observasi perdarahan pervaginam
Kala III pukul : 18.35 WIB tanggal 31 Januari 2007
S : Ibu mengatakan merasa lega dan senang atas kelahiran bayinya
Ibu mengatakan masih merasa mulas pada perutnya
O : Placenta belum lahir
Terdapat tanda-tanda pelepasan placenta: bentuk uterus berubah menjadi bulat, uterus naik, tali pusat memanjang, semburan darah mendadak dan singkat.
Pada inspeksi tidak terdapat robekan jalan lahir
Keadaan kandung kemih kosong
A : 1. Diagnosa
P2A0 partus kala III
Dasar : Bayi lahir pukul 18.30 WIB
Placenta belum lahir
Pada palpasi : kontraksi uterus baik, TFU 2 jari diatas pusat
Terdapat tanda-tanda pelepasan placenta
Perdarahan 200 cc
2. Masalah
Pada bagian perutnya terasa mulas
3. Kebutuhan
1. Manajemen aktif kala III
2. Lahirkan placenta
3. Pemenuhan kebutuhan cairan
P : 1. Periksa abdomen ibu untuk memastikan tidak ada janin lagi
2. Lakukan manajemen aktif kala III
a. Berikan oksitosin 10 unit IM 1/3 bagian atas paha bagian luar
b. Lakukan peregangan tali pusat terkendali
Urut tali pusat dan pindahkan klem 5-10 cm di depan vulva. Tangan kiri diletakkan di atas simpisis ke arah dorso kranial dan lakukan peregangan tali pusat. Jika terdapat tanda-tanda pelepasan placenta maka lahirkan placenta dengan putaran secara sirkuler searah jarum jam.
Placenta lahir pukul 18.45 WIB. Setelah placenta lahir, periksa kelengkapan placenta.
Kotiledon dan selaput : utuh Berat placenta : 500 gr
Panjang tali pusat : 45 cm Tebal placenta : 3 cm
Diameter placenta : 10 cm Insersi : marginal
Lebar placenta : 14 cm
c. Lakukan massase fundus setelah placenta lahir untuk merangsang kontraksi selama 15 detik
3. Periksa apakah ada robekan perineum
4. Observasi kontraksi uterus dan perdarahan kala III
5. Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan keadaan umum ibu
6. Jaga personal hygiene, membersihkan ibu dan mengganti pakaian ibu
Kala IV pukul : 18.45 WIB tanggal 31 Januari 2007
S : Ibu mengatakan senang dan bahagia atas kelahiran anaknya
Ibu mengatakan perutnya tidak merasa mulas
O : Keadaan umum ibu : lemah
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital : TD : 110/70 mmHg
RR : 23× /menit
Pols : 80× /menit
Temp : 37,3ºC
Placenta lahir spontan dan lengkap pada pukul 18.45 WIB, kotiledon dan selaput utuh, panjang tali pusat 45 cm, diameter placenta 10 cm, lebar placenta 14 cm, berat placenta 500 gr, tebal placenta 3 cm, insersi marginal.
Uterus teraba keras, kontraksi uterus baik, TFU 2 jari di bawah pusat
Perdarahan 200 cc
Keadaan kandung kemih kosong
Tidak terdapat luka jalan lahir
A : 1. Diagnosa
P2A0 partus spontan pervaginam kala IV
Dasar : Bayi lahir spontan pervaginam pukul 18.30 WIB
Placenta lahir lengkap pukul 18.45
Uterus teraba keras, kontraksi uterus baik, TFU 2 jari di bawah pusat
Perdarahan 200 cc
2. Masalah
Keterbatasan aktivitas ibu
3. Kebutuhan
1. Pemenuhan cairan tubuh dan nutrisi
2. Pemantauan kala IV
3. Personal hygiene dan rasa nyaman
P : 1. Jelaskan tentang kondisi ibu saat ini
2. Lakukan pemeriksaan pada ibu setiap 15 menit pada 1 jam pertama post partum dan setiap 30 menit pada jam ke dua
a. Periksa tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg Pols : 80× /menit
RR : 23× /menit Temp : 37,3ºC
b. Periksa fundus : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik
c. Periksa perdarahan (jumlah darah yang keluar ± 200 cc)
d. Periksa kandung kemih, bila penuh rangsangan untuk berkemih
e. Periksa perubahan lochea selama masa nifas
(lochea rubra, lochea serosa, lochea alba)
f. Pantau eliminasi ibu
BAB : belum BAB setelah melahirkan
BAK : 1×, kandung kemih kosong
3. a. Ajarkan ibu dan keluarga tentang tanda-tanda bahaya post partum.
Pada ibu : fibris, perdarahan berlebihan, syok, tidak ada kontraksi
Pada bayi : tidak mau minum, tidak BAB, tidak BAK selama 24 jam
b. Beritahu keluarga untuk melapor kebidan jika ada tanda-tanda bahaya
4. Ajarkan ibu dan keluarga cara pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis
a. Anjurkan ibu untuk makan dan minum agar terpenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan mengganti energi yang telah dikeluarkan saat persalinan
b. Anjurkan ibu untuk istirahat dan merileksasikan pikiran
c. Anjurkan keluarga untuk selalu memberikan dukungan dan semangat pada ibu
5. Ajarkan ibu melakukan mobilisasi dini dengan berjalan-jalan setelah 6 jam post partum
6. Memberitahukan pada ibu untuk selalu membersihkan daerah kemaluannya setelah BAK dan BAB dengan arah dari depan ke belakang. Ibu harus mandi 2× sehari dan ganti pakaian bersih
7. Pemenuhan istirahat
Tidur siang : 1-2 jam
Tidur malam : 6-7 jam
8. Berikan konseling pada ibu cara perawatan BBL
a. Anjurkan ibu untuk segera menyusui bayinya dan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan
b. Beritahu ibu cara merawat tali pusat
c. Beritahu ibu untuk tetap menjaga kehangatan tubuh bayi
d. Beritahu tanda-tanda bahaya pada BBL
e. Beritahu ibu untuk mengimunisasi bayinya ke bidan
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar Rustam. Prof. Dr. 1989. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
Smith Trisha Duffett. 1985. Persalinan Dengan Bedah Caesar. Jakarta : Arcan
Al-Azzawi Farook. 1991. Atlas Teknik Kebidanan. Jakarta : EGC
0 komentar:
Posting Komentar