LANDASAN TEORI
INERSIA UTERI
A. Pengertian
Distosia kelainan tenaga/his adalah his tidak normal dalam kekuatan / sifatnya menyebabkan rintangan pada jalan lahir, dan tidak dapat diatasi sehingga menyebabkan persalinan macet (Prof. Dr. Sarwono Prawirohardjo, 1993).
Menurut Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba (1998) dalam persalinan diperlukan his normal yang mempunyai sifat :
1. Kontraksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim.
2. Fundal dominan, menjalar ke seluruh otot rahim
3. Kekuatannya seperti memeras isi rahim
4. Otot rahim yang telah berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehingga terjadi retraksi dan pembentukan segmen bawah rahim.
Jenis-jenis kelainan his menurut Prof. dr. Sarwono Prawirohardjo (1993) :
1. His Hipotonik
His hipotonik disebut juga inersia uteri yaitu his yang tidak normal, fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dulu daripada bagian lain. Kelainan terletak pada kontraksinya yang singkat dan jarang. Selama ketuban utuh umumnya tidak berbahaya bagi ibu dan janin. Hisnya bersifat lemah, pendek, dan jarang dari his normal.
Inersia uteri dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Inersia uteri primer
Bila sejak awal kekuatannya sudah lemah dan persalinan berlangsung lama dan terjadi pada kala I fase laten.
b. Inersia uteri sekunder
Timbul setelah berlangsung his kuat untuk waktu yang lama dan terjadi pada kala I fase aktif. His pernah cukup kuat tetapi kemudian melemah. Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan. Pada bagian terendah terdapat kaput, dan mungkin ketuban telah pecah. Dewasa ini persalinan tidak dibiarkan berlangsung sedemikian lama sehingga dapat menimbulkan kelelahan otot uterus, maka inersia uteri sekunder ini jarang ditemukan. Kecuali pada wanita yang tidak diberi pengawasan baik waktu persalinan.
2. His Hipertonik
His hipertonik disebut juga tetania uteri yaitu his yang terlalu kuat. Sifat hisnya normal, tonus otot diluar his yang biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his. His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan berlangsung cepat (<3 jam disebut partus presipitatus).
Partus presipitatus dapat mengakibatkan kemungkinan :
a. Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
b. Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam persalinan.
c. Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan dan inversio uteri.
Tetania uteri juga menyebabkan asfeksia intra uterine sampai kematian janin dalam rahim. Bahaya bagi ibu adalah terjadinya perlukan yang luas pada jalan lahir, khususnya serviks uteri, vagina dan perineum. Bahaya bagi bayi adalah terjadi perdarahan dalam tengkorak karena mengalami tekanan kuat dalam waktu singkat.
3. His Yang Tidak Terkordinasi
Adalah his yang berubah-ubah. His jenis ini disebut Ancoordinat Hypertonic Urine Contraction. Tonus otot meningkat diluar his dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi. Tidak adanya kordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
B. Etiologi
Menurut Prof. dr. Sarwono Prawirohardjo (1992) penyebab inersia uteri yaitu :
1. Kelainan his terutama ditemukan pada primigravida, khususnya primigravida tua.
2. Inersia uteri sering dijumpai pada multigravida.
3. Faktor herediter
4. Faktor emosi dan ketakutan
5. Salah pimpinan persalinan
6. Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah uterus, seperti pada kelainan letak janin atau pada disproporsi sefalopelvik
7. Kelainan uterus, seperti uterus bikornis unikolis
8. Salah pemberian obat-obatan, oksitosin dan obat penenang
9. Peregangan rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda atau hidramnion
10. Kehamilan postmatur
C. Diagnosa
Menurut Prof. dr. Sarwono Prawirohardjo (1992) diagnosis inersia uteri paling sulit dalam masa laten sehingga diperlukan pengalaman. Kontraksi uterus yang disertai rasa nyeri, tidak cukup untuk membuat diagnosis bawah persalinan sudah mulai. Untuk pada kesimpulan ini diperlukan kenyataan bahwa sebagai akibat kontraksi itu terjadi perubahan pada serviks, yaitu pendataran atau pembukaan. Kesalahan yang sering terjadi pada inersia uteri adalah mengobati pasien padahal persalinan belum dimulai (False Labour).
D. Komplikasi Yang Mungkin Terjadi
Inersia uteri dapat menyebabkan persalinan akan berlangsung lama dengan akibat terhadap ibu dan janin yaitu infeksi, kehabisan tenaga dan dehidrasi. (Buku Obstetri Fisiologi, UNPAD, 1983).
E. Penanganan
Menurut Prf. Dr. Sarwono Prawirohardjo penanganan atau penatalaksanaan inersia uteri adalah :
1. Periksa keadaan serviks, presentasi dan posisi janin, turunnya bagian terbawah janin dan keadaan janin.
2. Bila kepala sudah masuk PAP, anjurkan pasien untuk jalan-jalan.
3. Buat rencana untuk menentukan sikap dan tindakan yang akan dikerjakan misalnya pada letak kepala :
a. Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc dextrose 5%, dimulai dengan 12 tetes permenit, dinaikkan 10-15 menit sampai 40-50 tetes permenit. Tujuan pemberian oksitosin adalah supaya serviks dapat membuka.
b. Pemberian okstisosin tidak usah terus menerus. Bila tidak memperkuat his setelah pemberian oksitosin beberapa lama hentikan dulu dan anjurkan ibu untuk istirahat. Pada malam hari berikan obat penenang misalnya valium 10 mg dan esoknya diulang lagi pemberian oksitosin drips.
c. Bila inersia uteri diserati disproporsi sefalopelvis maka sebaiknya dilakukan seksio sesaria.
d. Bila semula his kuat tetapi kemudian terjadi inersia uteri sekunder, ibu lemah, dan partus telah berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan 18 jam pada multi tidak ada gunanya memberikan oksitosin drips. Sebaiknya partus segera diselesaikan sesuai dengan hasil pemeriksaan dan indikasi obstetrik lainnya (Ekstrasi vakum, forcep dan seksio sesaria).
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN PATOLOGIS DENGAN INERSIA UTERI SEKUNDER TERHADAP Ny. S
DI POLINDES DESA PURWOKERTO
KOTA GAJAH
I. PENGUMPULAN DATA DASAR
Tanggal 25 November 2007 pukul 13.00 WIB
A. Identitas
Nama istri : Ny. Salsabila Nama suami : Tn. Yasin
Umur : 24 tahun Umur : 28 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : S I
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Guru
Alamat : Jln. Tawes No. 5 Alamat : Jln. Tawes No. 5
Kmp. Baru, Kota Gajah Kmp. Baru, Kota Gajah
B. Anamnesa
1. Keluhan utama waktu masuk
Ibu datang tanggal 23 November 2007 pukul 13.00 WIB dengan keluhan perut mules bagian bawah dan menjalar sampai kepinggang, disertai pengeluaran pervaginam lendir bercampur darah.
2. Tanda-tanda persalinan
His : ada sejak tanggal 23 November 2007 pukul 05.00 WIB. Frekuensi 3 x dalam 10 menit, lamanya lebih dari 40 detik, ibu merasa sakit perut bagian bawah dan menjalar sampai ke pinggang.
3. Pengeluaran pervaginam
Ibu mengatakan sudah mengeluarkan darah bercampur lendir berwarna coklat.
4. Masalah-masalah khusus
Ibu dengan riwayat anemia ringan.
5. Riwayat kehamilan sekarang
HPHT : 20 Februari 2007
Siklus : 28 hari Lamanya : 6-7 hari
TP : 27 November 2007
ANC : 1 x pada trimester I, di polindes
1 x pada trimester II, di Polindes
2 x pada trimester III, di Polindes
6. Riwayat imunisasi
Ibu mengatakan sudah mendapatkan imunisasi lengkap
TT I : 20 Maret 2007 di Bidan
TT II : 20 Juni 2007 di bidan
7. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas masa lalu
Hamil ke | Tahun lahir | Lama dan jenis persalinan | Penyulit/ komplikasi | Penolong dan tempat persalinan | Keadaan bayi |
1 | 2002 | Spontan | Perdarahan | Bidan | Sehat, BB : 3200 gr, PB : 50 cm Apgar Score 8/9 |
2 | Kehamilan saat ini | | | | |
8. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir
Ibu mengatakan merasakan gerakan janin 1 x dalam 1 jam
9. Makan dan minum terakhir
Ibu mengatakan makan satu piring nasi, sayur, tempe dan buah pada pukul 07.00 WIB dan minum 1 gelas air putih pada pukul 10.00 WIB.
10. Pola eliminasi
Ibu mengatakan BAB terakhir tadi pagi pukul 04.50 WIB dan BAK terakhir pukul 12.00 WIB.
11. Pola istirahat
Ibu mengatakan biasa tidur malam 7-8 jam/hari dan 1 jam tidur siang.
12. Psikologis
Ibu mengatakan sedikit cemas menghadapi persalinan ini.
C. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
BB sebelum hamil : 42 kg
BB saat hamil : 47 kg
LILA : 24 cm
TB : 156 cm
b. Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Temp : 370C
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : Tidak ada benjolan dan lesi
b. Rambut : Bersih, berwarna hitam, lurus, tidak ada ketombe, tidak kusam dan tidak mudah di cabut.
c. Wajah : Tidak ada chloasma gravidarum, tidak ada oedema
d. Mata : Fungsi penglihatan baik, konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik, simetris kanan kiri
e. Hidung : Fungsi penciuman baik. Kebersihan baik, mukosa berwarna merah muda, tidak ada peradangan, polip tidak ada.
f. Telinga : Fungsi pendengaran baik, daun telinga ada, simetris kanan kiri, kebersihan baik, tidak ada pengeluaran serum.
g. Mulut dan gigi : Fungsi pengecapan baik, kebersihan cukup, gigi lengkap dan tidak ada caries, tidak ada stomatitis.
h. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan pembengkakan vena jugolaris.
i. Dada : Simetris kanan kiri, gerakan dada saat inspirasi dan ekspirasi seirama, tidak terdengar ronchi, tidak terdengar bunyi wheezing, suara napas baik. Jantung tidak ada mur-mur.
j. Payudara : Terlihat bersih, konsistensi lunak, simetris kanan kiri, puting susu menonjol, terdapat hiperpigmentasi pada areola mamae, tidak ada nyeri, abses dan pembengkakan, kolostrum belum keluar.
k. Pinggang dan : Posisi tulang belakang lordosis, tidak terdapat nyeri Panggul ketuk.
Pemeriksaan panggul luar :
Distansia cristarum : 24 cm
Distansia spinarum : 26 cm
Conjugata externa : 19 cm
Lingkar panggul : 85 cm
l. Abdomen
1) Inspeksi
Tidak ada luka bekas operasi, pembesaran perut sesuai usia kehamilan, tidak ada strie gravidarum.
2) Palpasi
Leopold I : TFU pertengahan antara pusat dan Px, pada fundus teraba bagian yang agak keras tapi tidak melenting berarti bokong.
Leopold II : Sebelah kanan teraba seperti paparan keras memanjang yang berarti punggung janin. Sedangkan bagian kiri teraba bagian-bagian kecil yang berarti ektremitas.
Leopold III : Bagian terendah teraba bulat, keras dan melenting berarti kepala-kepala sebagian sudah masuk PAP.
Leopold IV : Bagian terendah janin sudah masuk PAP, difergen.
Penurunan kepala : 4/5
Mc Donald : 32 cm
TBJ : 3255 gram
3) Auskultasi
DJJ : ada, frekuensi 130 x/menit
Terdapat satu punctum maximum : 3 jari di bawah pusat pada perut bagian kanan.
m. Genetalia :
1) Inspeksi
Vulva : tidak ada varises dan oedema
Pengeluaran pervaginam : berupa blood slym
Kelenjar bartholini : tidak ada pembengkakan
Perineum : tidak ada luka bekas operasi
Anus : tidak ada hemoroid
2) Pemeriksaan dalam
Pukul 13.00 WIB atas indikasi pemantauan persalinan.
Hasil : Dinding vagina : normal, tidak ada varises, tidak ada oedema, bisul, tumor, fistula dan kelainan-kelainan lain.
Porsio : konsistensinya lunak, tipis dan lembut
Introitus vagina : ketuban utuh, bagian terendah kepala.
Petunjuk : UUK, posisi UUK kanan depan, penurunan bagian terendah di hodge III
Pembukaan serviks : 3 cm
His dengan frekuensi 3 x dalam 10 menit dengan lama 20-40 detik, kekuatan : kelemahan his yang timbul setelah adanya his yang adekuat, teratur, dan dalam waktu yang lama.
n. Ekstremitas
Ekstremitas atas : normal kanan kiri, jari-jari tidak ada oedema, kuku dan telapak tangan tidak pucat.
Ekstremitas bawah : normal kana-kiri, jari dan tibia kaki tidak ada odema, tidak terdapat varises, refleks patella (+) kanan kiri.
o. Pemantauan kala I
Tanggal | Wak tu | Pembukaan | DJJ | Kontraksi uterus | TD | Pols | Temp | RR | Penurunan kepala |
23-11-2007 | 13.00 13.30 14.00 14.30 15.00 15.30 16.00 16.30 17.00 | 3 cm 7 cm | 130 x/mnt 130 x/mnt 135 x/mnt 140 x/mnt 140 x/mnt 135 x/mnt 144 x/mnt 140 x/mnt 130 x/mnt | 3 x dlm 10 mnt, lama 20-40 dtk 3 x dlm 10 mnt, lama 20-40 dtk 3 x dlm 10 mnt, lama 20-40 dtk 3 x dlm 10 mnt, lama 20-40 dtk 4 x dlm 10 mnt, lama > 40 dtk 4 x dlm 10 mnt, lama > 40 dtk 4 x dlm 10 mnt, lama > 40 dtk 3 x dlm 10 mnt, lama 20-40 dtk 3 x dlm 10 mnt, lama 20-40 dtk | 110/70 120/80 | 80 80 78 80 85 85 80 80 88 | 370C 36,50C | 20 x/mnt 20 x/mnt 20 x/mnt 19 x/mnt 20 x/mnt 18 x/mnt 18 x/mnt 19 x/mnt 18 x/mnt | 4/5 3/5 |
II. INTERPRETASI DATA DASAR
- Diagnosa
Ibu G2P1A0 hamil 39 minggu, janin tunggal, hidup, intra uterine, presentasi kepala, ibu inpartu kala I fase laten.
Ds : Ibu mengeluh mulas pada perut bagian bawah menjalar ke pinggang sejak pukul 05.00 WIB disertai pengeluaran pervaginam lendir bercampur darah.
Do : a. Leopold I : TFU pertengahan pusat-Px, pada fundus teraba bagian agak keras tapi tidak melenting berarti bokong
Leopold II : Punggung kanan
Leopold III : Bagian terendah teraba bulat, keras dan melenting berarti kepala.
Leopold IV : Bagian terendah janin sudah masuk PAP.
b. DJJ (+) frekuensi 130 x/menit, teratur
c. His ada 3 x dalam 10 menit lamanya 20-40 detik
d. Pada pemeriksaan dalam pembukaan serviks 3 cm, ketuban utuh.
- Masalah
a. Nyeri adanya his
Ds : Ibu mengatakan nyeri pada saat his datang menjalar dari perut bagian bawah ke pinggang.
Do : Pada awal persalinan his adekuat dan teratur dalam waktu yang lama lalu mulai melemah.
b. Gangguan rasa nyaman
Ds : Ibu mengatakan kandung kemihnya penuh sehingga ada keinginan untuk berkemih
Do : Teraba blas ibu penuh saat diraba.
- Kebutuhan
a. Persiapan fisik seperti nutrisi, posisi dan hidrasi
b. Dukungan psikologis dari orang terdekat
c. Informasi tentang kondisi ibu saat ini dan proses persalinan yang akan berlangsung.
d. Persiapan tempat, peralatan, obat-obatan dan penolong persalinan
Ds : Ibu mengatakan cemas dalam menghadapi persalinan
Do : Ibu tampak lemah.
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Potensial terjadi pemanjangan kala II
IV. IDENTIFIKASI MASALAH YANG MEMBUTUHKAN TINDAKAN SEGERA DAN KOLABORASI
Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan cairan, obat-obatan dan tindakan yang akan dilakukan.
V. PERENCANAAN
- a. Jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini
b. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan psikologis pada saat proses persalinan
c. Observasi kala I menggunakan partograf dan kolaborasi bila ada komplikasi.
d. Siapkan ruangan bersalin, alat, kebutuhan fisik dan psikologis ibu, serta persiapkan bidan dengan memperhatikan teknik aseptic dan antiseptic.
- Penyuluhan cara mengejan yang efektif
a. Jelaskan manfaat mengejan yang efektif
b. Ajarkan ibu cara mengejan yang efektif
c. Observasi cara mengejan ibu.
- Penyuluhan mengatasi rasa nyeri
a. Jelaskan pada ibu penyebab rasa nyeri
b. Ajarkan ibu cara mengatasi nyeri
c. Observasi keadaan ibu
- Pemenuhan nutrisi ibu
a. Berikan makanan jika ibu lapar
b. Berikan minum jika ibu haus
c. Berikan minuman manis sebagai penambah tenaga kepada ibu
d. Anjurkan ibu istirahat jika lelah
VI. IMPLEMENTASI
1. a. Menjelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini memasuki kala I persalinan dengan his yang melemah
b. Melibatkan keluarga dalam memberikan dukungan psikologis saat proses persalinan
c. Melakukan observasi kala I dengan partograf, meliputi DJJ, penurunan kepala, pembukaan serviks, frekuensi his dan tanda-tanda vital.
d. Persiapan persalinan :
1) Menyiapkan ruangan persalinan
2) Menyiapkan alat-alat persalinan :
partus set, heating set, air DTT dan clorin, pakaian bayi, handuk, handuk, tempat sampah kering dan basah.
3) Menyiapkan alat resusitasi
4) Menyiapkan pakaian bayi
5) Memantau kemajuan persalinan dengan partograf
6) Melakukan PD setiap 4 jam 1 x atau indikasi inpartu
7) Menyiapkan alat penanganan syok dan perdarahan
8) Memenuhi kebutuhan fisik ibu : makan, minum, BAK dan BAB
9) Memenuhi kebutuhan psikologis ibu dengan memberikan dukungan persalinan
10) Meyiapkan alat (pelindung diri) untuk bidan : mitela, masker, barascort, kacamata, handscoen, sepatu booth
11) Melakukan penyuluhan mengenai cara mengejan yang efektif dan menjelaskan manfaat mengejan yang efektif pada ibu. apabila ibu mengejan dengan baik akan membantu mempercepat penurunan kepala dan pengeluaran bayi. Mengajarkan cara mengejan yang efektif, mengejan dilakukan pada saat datang his dan telah memasuki kala II persalinan. Sehingga diafragma berfungsi dengan baik. Posisi mengejan : badan ibu dilengkungkan dengan dagu menempel di dada dan mata melihat ke arah perut, ibu tidak mengeluarkan suara, kaki ditarik ke arah badan atau perut dengan kedua tangan menarik pangkal paha dan bokong tidak diangkat, sehingga posisi lithotomi dapat mempercepat penurunan kepala.
12) Mengobservasi cara mengejan ibu.
2. Melakukan penyuluhan cara mengatasi rasa nyeri yang disebabkan oleh his yang melemah
a. Menjelaskan pada ibu penyebab nyeri, nyeri disebabkan karena adanya kontraksi uterus yang akan membantu mendorong janin untuk keluar.
b. Mengajarkan cara mengatasi rasa nyeri, anjurkan ibu untuk jalan-jalan dengan bantuan keluarga atau anjurkan ibu untuk tidur dengan posisi miring ke kiri agar pembukaan serviks lebih cepat.
VII. EVALUASI
1. Ibu mengerti dengan kondisinya saat ini
2. Ruangan dan peralatan persalinan sudah dipersiapkan
3. Ibu bersedia untuk miring ke kiri
4. Kemajuan persalinan baik
5. Hasil pengawasan kala I dengan partograf
DJJ : 140 x/menit
TTV : TD : 110/70 mmHg Nadi : 88 x/menit
RR : 20 x/menit Temp : 370C
6. Kandung kemih kosong
7. Frekuensi his : 3 x dalam 10 menit lamanya 20-40 detik
KALA II
Pukul 21.00 WIB
S : 1. Ibu mengatakan sakit perut yang berarti, mulai dari perut bagian bawah dan menjalar ke pinggang.
2. Ibu mengatakan sudah mengeluarkan air ketuban
3. Ibu mengatakan ingin meneran.
O : 1. Ibu dengan inersia uteri setelah diberikan oksitasin drips tampak ada perbaikan his. His 5 kali dalam 10 menit lamanya > 40 detik
2. Pemeriksaan dalam
a. Vulva : tidak ada oedema dan varises, bisul, tumor, dan fistula
b. Introitus vagina : rugea masih teraba
c. Porsio : lunak, tipis dan lembut
d. Serviks : pembukaan 10 cm
c. Ketuban : sudah pecah (-) pada pukul 20.45 WIB secara spontan
d. Presentasi : UUK puka
e. Penurunan : Hoodge IV
3. Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis
TTV : TD : 120/80 mmHg RR : 18 x/menit
Pols : 88 x/menit Temp : 36,50C
4. DJJ : Teratur
A : 1. Diagnosa
Ibu G2P1A0, hamil 39 minggu, janin tunggal, intra uterine, presentasi kepala, inpartu kala II dengan inersia uteri.
Dasar : Ibu mengatakan hamil anak ke-2, HPHT : 20-02-2007
Ibu mengatakan sudah ingin meneran, kontraksi uterus 5 x dalam 10 menit lamanya > 40 detik.
Pembukaan serviks lengkap 10 cm, selabut ketuban sudah pecah, perineum menonjol, vulva membuka
2. Masalah
Nyeri adanya his
Dasar : Ibu mengatakan nyeri yang semakin kuat
3. Kebutuhan
a. Dukungan keluarga dalam proses persalinan
b. Penatalaksanaan nyeri his
c. Pertolongan persalinan yang bersih, aman dan nyaman
P : 1. Jelaskan kondisi ibu saat ini sudah masuk masa persalinan
2. Lakukan pengawasan kala II menggunakan partograf, pantau tenaga ibu, pantau kontraksi setiap 30 menit, pantau penurunan, presentasi kepala dan DJJ.
3. Anjurkan dan ajarkan pada ibu cara mengejan yang efektif saat his ada dan relaksasi pada saat his menghilang.
4. Observasi cara mengedan ibu
5. Libatkan keluarga dalam proses persalinan dengan memberikan dukungan pada saat ibu mengejan.
6. Lakukan pertolongan persalinan, tolong kepala, bahu dan badan kemudian bersihkan jalan nafas.
7. Periksa janin tunggal atau kembar.
8. Observasi perdarahan pervaginam dan adanya laserasi.
9. Bayi lahir spontan pervaginam pukul 21.00 WIB
BB : 3500 gram Jenis kelamin : Laki-laki
PB : 50 cm Anus : (+)
Apgar score : 8/9 Caput : tidak ada
KALA III
Pukul 21.30 WIB
S : 1. Ibu mengatakan perutnya mulas.
2. Ibu mengatakan merasa lega dan senang atas kelahiran bayinya.
O : 1. Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis
TTV : TD : 110/70 mmHg RR : 18 x/menit
Pols : 90 x/menit Temp : 370C
2. Massase uterus untuk memastikan adanya bayi kedua, TFU 2 jari dibawah pusat
3. Kotraksi uterus baik : uterus teraba bulat dan keras seperti batu.
4. Plasenta belum lahir, tampak tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu uterus bundar dan keras. Adanya perdarahan yang tiba-tiba dan agak banyak, dan memanjangnya bagian tali pusat yang telah lahir.
A : 1. Diagnosa
Ibu partus spontan pervaginam, in partu kala III.
Dasar : Bayi lahir pukul 21.00 WIB, uterus teraba bulat dan keras, TFU 2 jari dibawah pusat dan plasenta belum lahir
2. Masalah
Nyeri perut bagian bawah
Dasar : Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah, plasenta belum lahir, kontraksi uterus baik dan TFU 2 jari dibawah pusat.
3. Kebutuhan
a. Manajemen aktif akal III
b. Pemenuhan nutrisi dan cairan
P : 1. Jelaskan kondisi ibu saat ini bahwa ibu sedang berada pada kala III persalinan.
2. Memantau tanda-tanda vital.
TD : 110/70 mmHg RR : 18 x/menit
Pols : 90 x/menit Temp : 370C
3. Melakukan manajemen aktif kala III
a. Memberikan suntikan oksitosin 10 U IM
1) Setelah bayi lahir, bungkus kain dan susukan pada ibunya
2) Periksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi yang lain
3) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik
4) Suntikan oksitosin 10 U IM pada 1/3 bawah paha kanan bagian luar selambat-lambatnya 2 menit setelah bayi lahir
b. Melakukan penegangan tali pusat terkendali
1) Pindahkan klem kedua yang menjepit tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.
2) Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu di atas tulang pubis dengan posisi dorso cranial untuk meraba kontraksi uterus, setelah ada kontraksi yang kuat lakukan penegangan tali pusat secara hati- hati.
3) Setelah plasenta lahir, anjurkan ibu untuk meneran sehingga plasenta terdorong ke introitus vagina, tetapi tegangkan tali pusat ke arah bawah mengikuti arah jalan lahir.
4) Saat plasenta terlihat pada introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan.
5) Lakukan penarikan secara lembut dan berlahan-lahan.
4. Lahirkan plasenta dengan hati-hati.
Plasenta lahir lengkap pukul 21.15 WIB
a. Kotiledon dan selabut plasenta utuh/lengkap
b. Panjang tali pusat : 20 cm
c. Lebar plasenta : 13 cm
d. Berat plasenta : 500 gram
c. Tebal plasenta : 2 cm
5. Melakukan heating jika terdapat robekan jalan lahir
6. Melakukan massase fundus
a. Setelah 15 detik lakukan massase fundus secara sirkuler
b. Letakkan telapak tangan pada fundus uteri
c. Jelaskan tindakan ini pada ibu, mungkin ibu akan merasa kurang nyaman
d. Ajarkan ibu untuk melakukannya sendiri, dengan lembut dan mantap gerakkan tangan secara memutar (sirkuler) pada fundus uteri sehingga uteri berkontraksi dengan baik.
7. Melakukan vulva higine pada ibu
8. Observasi perdarahan dan robekan jalan lahir.
KALA IV
Pukul 22.00 WIB
S : 1. Ibu mengatakan badannya lemah dan letih.
2. Ibu mengatakan perutnya masih mules saat menyusui.
O : 1. Keadaan umum
Keadaan umum : baik kesadaran : composmentis
2. Pemeriksaan TTV
TD : 120/80 mmHg RR : 19 x/menit
Pols : 88 x/menit Temp : 370C
3. Pola eliminasi ibu
BAB : Belum BAB setelah PP
BAK : 1 x, kandung kemih kosong
4. Kotraksi uterus baik
5. Perdarahan pervaginam + 150 cc
6. Pengeluaran lochea rubra
7. Pengeluaran ASI lancar
8. TFU 3 jari dibawah pusat
9. Tidak ada laserasi jalan lahir
A : 1. Diagnosa
Ibu P1A0 partus spontan pervaginam kala IV
Dasar : a. Ibu partus spontan pervaginam pukul 21.00 WIB
b. Plasenta lahir lengkap pukul 21.15 WIB
c. TFU 3 jari dibawah pusat
2. Masalah
Gangguan rasa nyaman
Dasar : Ibu mengatakan badannya lemah, pegal-pegal dan nyeri punggung
3. Kebutuhan
a. Personal hygiene
b. Memberikan rasa nyaman
c. Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan
P : 1. Menjelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini.
2. Memantau TTV
TD : 120/80 mmHg RR : 19 x/menit
Pols : 88 x/menit Temp : 370C
3. Memantau kontraksi uterus
4. Pemeriksaan kandung kemih
5. Memantau adanya perdarahan setiap 15 menit dalam 1 jam pertama dan 30 menit dalam 1 jam kedua dan lochea
6. Penyuluhan personal hygiene
Beritahu ibu untuk selalu membersihkan daerah kemaluannya setelah BAK dan BAB dengan arah dari depan ke belakang. Ibu harus mandi 2 x / hari dan ganti pakaian bersih.
7. Pemenuhan nutrisi dan cairan
8. Pemenuhan istirahat atau tidur
Tidur siang : 1-2 jam
Tidur malam : 6-7 jam
9. Penyuluhan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan
10. Pemenuhan rasa nyaman (mobilisasi dini), dengan menganjurkan ibu untuk miring ke kanan/ke kiri dan berjalan-jalan setelah 6 jam PP.
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono Prawirohardjo, Prof.Dr.dr, 1992, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta
Bagus, Ida Gde Manuaba, 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, Jakarta ; EGC
Sastrowinoto, Sulaiman, 1993, Obstetri Fisiologi, Fakultas Kedokteran UNPAD, Bandung
0 komentar:
Posting Komentar