Minggu, 06 Februari 2011

DOKUMENTASI KEBIDANAN ASUHAN PERSALINAN DENGAN PARTUS PREMATUR


LANDASAN TEORI

PARTUS PREMATUR

A.    Definisi
Menurut Barbara R. Straight. Keperawatan Ibu - BBL.
Persalinan prematur adalah persalinan yang dimulai setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum kehamilan 37 minggu.

B.     Etiologi dan Faktor Risiko
Menurut Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. 2003.
Etiologi persalinan prematur sering kali tidak diketahui. Ada beberapa kondisi medik yang mendorong untuk dilakukannya tindakan sehingga terjadi persalinan prematur.

Kondisi yang menimbulkan partus prematur.
  1. Hipertensi
Tekanan darah tinggi menyebabkan penolong cenderung untuk mengakhiri kehamilan, hal ini menimbulkan prevatensi persalinan prematur meningkat.
  1. Perkembangan Janin Terhambat.
Merupakan kondisi dimana salah satu sebabnya ialah pemasokan oksigen dan makanan mungkin kurang adekuat dan hal ini mendorong untuk terminasi kehamilan lebih dini.
  1. Solusio Plasenta.
Terlepasnya plasenta akan merangsang untuk terjadi persalinan prematur. Meskipun sebagian besar terjadi pada matur. Pada pasien dengan riwayat solusio plasenta maka kemungkinan terulang menjadi lebih besar.



  1. Plasenta Previa.
Sering kali berhubungan dengan persalinan prematur akibat harus dilakukan tindakan pada perdarahan yang banyak. Bila terjadi perdarahan banyak maka kemungkinan kondisi janin kurang baik karena hipoksia.
  1. Kelainan Rhesus.
Sebelum ditemukan anti D imunoglabulin maka kejadian induksi menjadi berkurang, meskipun demikian hal ini masih sering terjadi.
  1. Diabetes.
Pada kehamilan dengan diabetes yang tidak terkendali maka dapat dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Tapi saat ini dengan pemberian insulin dan diet yang terprogram, umunya gula darah dapat dikendalikan.
           
      Kondisi yang menimbulkan kontraksi:
      Ada beberapa kondisi ibu yang merangsang terjadinya kontraksi spontan, kemungkinan telah terjadi produksi prostaglandin.
1.      Kelainan Bawaan Uterus
Meskipun jarang terjadi tetapi dapat dipertimbangkan hubungan kejadian partus preterm dengan kelainan  uterus yang ada.
2.      Ketuban Pecah Dini.
Mungkin mengawali terjadinya kontraksi atau sebaliknya. Ada beberapa kondisi yang mungkin menyertai seperti serviks inkompeten, hidramnion, kehamilan ganda, infeksi vagina dan serviks dan lain-lain. Infeksi asenden merupakan teori yang cukup kuat dalam mendukung terjadinya amnionitis dan kemungkinan ketuban pecah.
3.      Serviks Inkompeten.
Hal ini mungkin menjadi penyebab abortus selain partus preterm. Riwayat tindakan serviks dapat dihubungkan dengan terjadinya inkompeten. Chamberlain dan Gibbings menemukan 60% dari pasien serviks inkompeten pernah mengalami abortus spontan dan 49% mengalami pengakhiran kehamilan pervaginam.
4.      Kehamilan Ganda
Sebanyak 10% pasien dengan partus preterm ialah kehamilan ganda dan secara umum kehamilan ganda mempunyai masa gestasi yang lebih pendek.

C.    Menifestasi Klinis
Menurut FKUI. Kapita Selekta Kedokteran. 2001.
1.      Kontraksi uterus yang teratur sedikitnya 3 – 5 menit sekali selama 45 detik dalam waktu minimal 2 jam.
2.      Pada fase aktif, intensitas dan frekuensi kontraksi meningkat saat pasien melakukan aktivitas.
3.      Usia kehamilan antara 20 – 37 minggu.
4.      Taksiran berat janin sesuai usia kehamilan antara 20 – 37 minggu.
5.      Presentasi janin abnormal lebih sering ditemukan pad persalinan preterm.
Bila persalinan kemudian menjadi nyata, maka pengobatan dapat dimulai. Bila tidak fungsi uterus dievaluasi lebih lanjut dengan menggunakan topografi ekstenal untuk merekam dan lamanya kontraksi, pembukaan serviks yang progresif, merupakan tanda persalinan.

D.    Pencegahan
Menurut Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. 2005.
Yang dimaksud disini dengan pencegahan ialah pencegahan kelahiran prematur bukan karena kondisi medik (perdarahan, hpertensi). Jadi bila ada pasien dengan indikasi (riwayat preterm) atau gemelli dapat dimasukkan ke dalam program ini.

Beberapa peneliti telah mencoba membuat program bagi pasien dengan indikasi partus preterm dan mencoba menghentikan proses dengan terapi tokolisis, hasilnya cukup menarik dengan menurunkan kejadian preterm sampai separuhnya.

Pasien diberitahu mengenai gejala kontraksi, baik secara palpasi maupun alat perekam selama 2 jam dalam sehari.

Dari penelitian yang dilakukan ternyata kontraksi menjadi lebih sering yaitu 2 x/10 menit dlam 48 jam menjelang partus. Pasien dpat diinstruksikan bahwa bila merasakan kontraksi 4 kali atau lebih per jam diminta untuk menghubungi klinik. Pasien dianjurkan untuk datang ke klinik dan dinilai keadaan serviks yang bila ternyata sudah matang maka dapat dilakukan pengobatan takolisis. Sebelum memberikan terapi takolisis, sebaiknya dilakukan pengawasan adanya his, dalam keadaan pasien berbaring miring dan memberikannya minum. Bila kontraksi hilang maka tak perlu melanjutkan terapi takolisis.

Perlu diperiksa adanya kontra indikasi pemberian obat. Obat beta mimetic jangan dberikan pada pasien dengan penyakit jantung, edema paru. Pengobatan takolisis dimulai dengan infus dan kemudian dapat dilanjutkan dengan obat oral secara berobat jalan bila ternyata partus dapat ditunda.

Obat anti prostaglandin (misalnya Indomethacin) harus dipakai dengan sangat selektif mengingat komplikasi yang ditimbulkan terhadap janin seperti sindrom gawat nafas dan kelainan ginjal.

Obat Beta Mimetik
Nama generik
Nama Dagang
Dosis
IV/menit
Oral mg/hari
Isoxuprine
Salbutamol
Terbutalin
Hexoprenaline
Duvadilan, Vasodilan
Vertolin
Bricasma
Ipradol
50 – 200 mg
20 – 50 mg
10 – 20 mg
0,075 -1,3 mg
4 – 8x 10 mg
2 – 4x 4 mg
3x 5 mg
8x 0,5 mg

Dikutip dari Weldinger (1984)

Kelahiran preterm merupakan masalah rsional yang multikompleks dan perlu pemecahan yang konseptual. Secara mikro ada program yang komprehensif di tiap klinik untuk mencegah kelahiran preterm. Ibu sebaiknya dirujuk kepada klinik yang mampu menangani resusitasi, stabilisasi, dan perawatan bayi preterm. Kebijakan penanganan sebaiknya disesuaikan dengan kondisi setempat yang memerlukan evaluasi teus-menerus guna mengurangi mortalitas dan morbiditas bayi preterm.

E.     Pemeriksaan Penunjang
Menurut FKUI. Kapita Selekta Kedokteran. 2001.
1.      Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis.
2.      Urinalisis.
3.      Ultrasonografi untuk melihat taksiran berat janin, posisi janin dan letak plasenta.
4.      Amniosentesis untuk melihat kematangan beberapa organ janin, seperti rasio lasitin, spingo myelin, surfaktan, dll.

F.     Penatalaksanaan.
Menurut FKUI. Kapita Selekta Kedokteran. 2001.
Setiap persalinan preterm harus dirujuk ke rumah sakit. Cari apakah faktor penyulit ada. Dinilai apakah termasuk risiko tinggi atau rendah.
1.      Sebelum dirujuk, berikan air minum 1.000 ml dalam waktu 30 menit dan nilai apakah kontraksi berhenti atau tidak.
2.      Bila kontraksi masih berlanjut, berikan obat takolitik seperti Fenoterol 5 mg peroral dosis tunggal sebagai pilihan pertama atau Ritodrin mg peroral dosis tinggi sebagai pilihan kedua, atau Ibuprofen 400 mg peroral dosis tungga sebagai pilihan ketiga.
3.      Bila pasien menolak dirujuk, pasien harus istirahat baring dan bayak minum, tidak diperbolehkan bersenggama. Pasien diberi takolitik seperti Fenoterol 5 mg peroral 6 jam atau Ritodrin 10 mg peroral tiap 4 jam atau Ibuprofen 400 mg peroral tiap 8 jam sampai 2 hari bebas kontraksi.
4.      Persalinan tidak boleh ditunda bila ada kontraindikasi mutlak (gawat janin, karioamnionitis, perdarahan antepartum yang banyak) dan kontraindikasi relative (gestosis, DM, pertumbuhan janin terhambat dan pembukaan serviks 4 cm).

Dirumah sakit dilakukan:
1.      Observasi pasien selama 30 – 60 menit. Penatalaksanaannya tegantung kontraksi uterus serta dilatasi dan pembukaan serviks.
a.       Hidrasi dan sedasi, yaitu hidrasi dengan NaCl 0,9%, dekstrosa 5% atau ringer laktat, dekstrosa 5% sebanyak 1:1 dan sedasi dengan morfin sulfat 6 – 12 mg Im selama 1 jam sambil mengobservasi ibu dan janin.
b.      Pasien kemudian dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu
- Kelompok I       : Pembukaan serviks terus berlangsung maka diberikan takolisis.
- Kelompok II      :    Tidak ada perubahan pembukaan dan kontraksi uterus masih terjadi maka diberikan takolisis.
- Kelompok III    :    Tidak ada perubahan pembukaan dan kontraksi uterus berkurang maka pasien hanya diobservasi.
2.      Berikan takolisis bila janin dalam keadaan baik. Kehamilan 20 – 37 minggu, pembukaan serviks kurang dari 4 cm dan selaput ketuban masih ada.
Jenis takolisis adalah Beta Mimetik Adrenergik, Magnesium Sulfat 4 g (200 ml MgSO4 10% dalam 800 ml Dekstrosa 5% dngan tetesan 100 ml/jam), Etil Alkohol, dan Glukokotikoid (contoh Deksametason 12 mg/hari selama 3 hari).
Lakukan persalinan pervaginam bila janin presentasi kepala atau lakukan episiotomi lebar dan ada perlindungan forseps terutama pada kehamilan 35 minggu. Lakukan persalinan dengan seksio sesarea bila janin letak sungsang, gawat janin dengan syarat partus pervaginam tidak terpenuhi, infeksi intrapartum dengan syarat partus pervaginam tidak terpenuhi, janin letak lintang, plasenta previa, dan taksiran berat janin 1.500 gram.
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN
DENGAN PARTUS PREMATUR TERHADAP NY. “Y”
DI RB SAYANG IBU KECAMATAN SUKAMAJU
LAMPUNG TIMUR
TAHUN 2007


I.          Pengumpulan Data Dasar.
Tanggal 25 Juli 2007, Pukul 05.00 WIB.
A.  1.    Identifikasi Klien
             Nama Klien         : Ny “Y”                      Nama Suami    : Tn. “X”
             Umur                   : 25 tahun                    Umur               : 27 tahun
             Kebangsaan         : Indonesia                  Kebangsaan     : Indonesia
             Agama                 : Islam                         Agama             : Islam            
             Pendidikan          : SD                             Pendidikan      : SD
             Pekerjaan             : Ibu Rumah Tangga   Pekerjaan         : Tani
             Alamat Rumah    : Jl. Soekarno               Alamat Rumah: Jl Soekarno
                                           No. 21 Tj. Raya                                   No. 21 Tj. Raya

2.    Keluhan Utama
Ibu hamil anak pertama, usia kehamilan 32 minggu, ibu mengatakan mulas dan nyeri perut bagian bawah dan mengeluarkan cairan pervaginam lendir bercampur darah.
            
3.        Tanda-Tanda Persalinan
Ibu datang pukul 05.00 WIB ada his, frekuensinya 2 – 3 kali dalam 10 menit lamanya 30 – 35 detik.

4.      Pengeluaran Pervaginam
Blood Slym
            
            
5.        Riwayat Kehamilan
Menarche                        : 16 September 2006
Lamanya             : 6 – 7 hari
Siklus                  : 28 hari
HPHT                  : 17 Oktober 2006
TP                        : 24 Juli 2007
ANC dilakukan secara teratur di tempat bidan.

6.      Riwayat Imunisasi
Selama hamil ibu imunisasi TT 2x.
TT1 pada usia kehamilan 5 bulan di bidan “N”
TT2 pada usia kehamilan 6 bulan di bidan “N”

7.      Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Ibu hamil anak pertama.

8.      Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir.
Gerakan janin sangat kuat, fekuensi > 10 kali/menit.

9.      Makan dan Minum Terakhir
Ibu makan terakhir tadi pagi, tetapi hanya sedikit karena nafsu makan ibu berkurang sejak adanya his.

10.  BAB dan BAK Terakhir
Ibu mengatakan sering BAK hari ini.
Ibu biasanya BAB 1x sehari yaitu pada pagi hari sebelum shalat shubuh.

11.  Tidur
Tidur 7 – 8 jam sehari.

12.  Psikologis
Ibu merasa gelisah dan takut dalam menghadapi persalinan karena kehamilannya yang kurang cukup bulan.

B.    Pemeriksaan
1.      Pemeriksaan Umum
Keadaan umum ibu          : Baik        Kesadaran             : Composmentis
Tanda vital:          TD       : 140/90 mmHg           RR       : 20x/menit
                             Pols     : 80x/menit                  Temp   : 36,5°C

2.      Pemeriksaan Kebidanan
a.       Inspeksi
Rambut        :  Bersih, tidak mudah rontok, warna hitam, dan tidak ada ketombe.
Mata             :  Kanan dan Kiri simetris, conjungtiva merah muda dan sklera tidak ikterik, fungsi penglihatan normal.
Muka            :  Bersih, tidak ada oedema dan tidak ada cloasma gravidarum
Hidung         :  Bersih, tidak ada secret, tak ada polip dan fungsi penciuman baik.
Mulut              :          Bersih, tidak ada caries, ada gigi yang berlubang dan tidak ada stomatitis.
Telinga         :  Bersih, tidak ada serumen dan fungsi pendengaran baik.
Leher            :  Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan vena jugularis.
Mamae         :  Simetris, tidak ada benjolan yang abnormal, putting susu menonjol, terdapat hyperpigmentasi pada areola dan kolostrum sudah keluar meskipun sedikit.
Dada            :  Simetris, pergerakan nafas teratur, tak terdengar bunyi wheezing dan ronchi.
Perut             :  Terdapat linea nigra dan strie gravidarum serta tidak ada luka bekas operasi
Genetalia     :  Pengeluaran blood slym, tidak ada oedema dan varices.
Ekstrimitas atas dan bawah.
Atas              :  Simetris, pergerakan baik, tidak ada cacat, jari tangan lengkap.
Bawah          :  Simetris, pergerakan baik, terdapat oedema, jari kaki lengkap.

b.      Palpasi
Leopold I     :  TFU 3 jari bawah Px
Leopold II   :  Puka
Leopold III  :  Presentasi kepala
Leopold IV  :  Bagian terendah sudah masuk PAP
Mc Donald  :  TFU : 32 minggu
TBJ              :  (TFU – 11) x 155
                     :  (32 – 11) x 55
                     :  3.255 gram

c.       Auskultasi
DJJ (+), frekuensi 134 x/menit

d.      Perkusi
Reflek Patela (+)




e.       Pemeriksaan Dalam
Pukul 05.00 WIB
Perineum                   :  Tidak kaku
Dinding Vagina        :  Cekung
Ujung sacrum            :  Masih teraba
Portio                        :  Masih tebal
Konsistensi               :  Lembut
Pembukaan               :  3 cm
Dilatasi serviks          :  30%
Ketuban                    :  Utuh
Penurunan kepala      :  Hodge III, 3/5

II.       Interpretasi Data Dasar, Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan Kala I
1.      Diagnosa
G1P0A0 hamil 32 minggu, inpartu kala I fase laten, Janin tunggal, hidup intrauterine memanjang, presentasi kepala dengan partus premature.
Dasar:
a.       Ibu mengatakan mulas dan nyeri perut bagian bawah serta mengeluarkan cairan pervaginam lendir bercampur darah.
b.       Ibu merasa gelisah dan takut menghadapi persalinan karena kehamilan yang kurang cukup bulan.
c.       Pada pemeriksaan dalam di dapat pemukaan 3 cm, konsistensi lembut, bagian terendah Hodge III, dilatasi serviks 30%.
d.      Tekanan darah 140/90 mmHg.
e.       Protein urine (-)

2.      Masalah
a.       Ada nyeri His
Dasar  :  Ibu merasa kesakitan di bagian perut.
              His timbul 2 – 3 kali dalam 10 menit lamanya 30 – 35 menit.

b.      Gangguan peningkatan tekanan darah.
Dasar  :  Hasil pemeriksaan TD 140/90mmHg,protein urine (-)
              Ibu merasa khawatir dalam menghadapi persalinan.

c.       Cemas
Dasar  :  Ibu merasa takut dan gelisah dalam menghadapi persalinan.
              Karena kehamilan yang kurang cukup bulan.

3.      Kebutuhan
a.       Pemberian nutrisi dan cairan.
b.      Penyuluhan menghadapi persalinan kala III
1.      Cara mengedan yang efektif.
2.      Persiapkan fisik dan mental ibu.
3.      Pengurangan rasa nyeri.
c.       Pertolongan persalinan yang aman dan nyaman.
d.      Dukungan psikologis

III.    Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial yang Berhubungan (Kala I)
Potensial terjadi penyulit dalam persalinan seperti pada ibu (perdarahan) dan pada bayi (BBLR).

IV.    Identifikasi Data yang Membutuhkan Tindakan Segera dan Kolaborasi.
a.       Kolaborasi dengan dokter ahli kebidanan.
b.       Segera merujuk.

V.       Rencana Management (Kala I)
1.      Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan.
a.       Jelaskan kondisi ibu saat ini.
b.       Jelaskan tentang kemajuan persalinan.
2.      Siapkan alat-alat
a.       Siapkan ruang untuk persalinan.
b.      Alat untuk persalinan.
c.       Perlengkapan untuk ibu dan bayi.
3.      Siapkan ibu
a.       Ganti pakaian ibu
b.      Tempatkan di ruang bersalin.
4.      Atur posisi ibu senyaman mungkin
a.       Anjurkan miring ke kiri.
b.      Ajarkan cara mengedan yang baik dan anjurkan untuk relaksasi
5.      Libatkan orang-orang untuk memberi dukungan psikologis.
Hadirkan pendamping yang dianggap penting bagi ibu.
6.      Beri nutrisi
Beri ibu kebutuhan nutrisi berupa makanan dan minuman.
7.      Pantau tanda-tanda vital
Ukur tanda-tanda vital.
8.      Pantau kemajuan persalinan.
Lakukan pengawasan kala I atau observasi dengan partograf

VI.    Implementasi
1.      Menjelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini bahwa ketuban belum pecah.
Ibu tidak boleh mengedan, agar menarik nafas panjang bila perutnya terasa sakit dan ibu boleh mencari posisi yang nyaman, ibu boleh minum dan BAK ke kamar kecil.
2.      Mempersiapkan alat untuk persalinan yaitu.
a.       Menyiapkan ruangan untuk bersalin yang bersih dan membuat lingkungan senyaman mungkin.
b.       Alat untuk persalinan yaitu partus set, heating set, obat-obatan dan alat resusitasi.
c.       Perlengkapan pakaian ibu dan bayi.
3.      Menyiapkan ibu.
Mengganti pakaian ibu dan menempatkan ibu di ruang bersalin.


4.      Mengatur posisi ibu senyaman mungkin.
a.       Menganjurkan ibu agar tidur dengan posisi miring ke kiri agar tidak menghambat aliran darah ke janin.
b.      Menganjurkan ibu untuk mengedan yang baik yaitu menarik nafas panjang. Kedua tangan merangkul paha, mata dibuka dan mulut ditutup. Kemungkinan mengedan sewaktu ada his dan teknik relaksasi yaitu ibu diminta menahan nafas panjang, tahan nafas sebentar kemudian lepaskan dengan meniup melalui mulut sewaktu his serta ibu istirahat di luar his.
5.      Melibatkan orang-orang untuk memberi dukungan psikologis yaitu
Menghadirkan suami dan keluarga yang dianggap penting bagi ibu.
6.      Memberi nutrisi
Memberi kebutuhan nutrisi pada ibu berupa makanan dan minuman.
7.      Memantau dan mengukur tanda-tanda vital.
TD      : 130/80 mmHg          RR       : 18 x/menit
Pols     : 78x/menit                 Temp   : 36,2°C
8.      Menggunakan partograf untuk memantau kemajuan persalinan
a.       Kontraksi uterus dalam 10 menit.
b.      Denyut jantung janin setiap 30 menit.

VII. Evaluasi
1.      Ibu mengerti tentang kondisinya saat ini bahwa ibu sedang menghadapi proses persalinan.
2.      Ibu sudah merasa tenang setelah mendapat penjelasan tentang kondisinya.
3.      Ruang dan alat pesalinan sudah siap.
4.      Ibu mangatakan tahu cara mengedan yang baik.
5.      Ibu mengatakan perutnya semakin mules dan terasa ingin BAB.
6.      Pemeriksaan Dalam pukul 10.30 WIB
      Pembukaan serviks 10 cm tidak teraba, ketuban pecah pukul 10.30 WIB secara spontan, vulva membuka, uuk kanan depan, turunnya kepala di Hodge IV.
7.      Pengawasan kala I.
             a. Fase Laten
Pukul
Pembukaan
Kontraksi
Lamanya
Nadi
DJJ
Penurunan
Ketuban
05.00
05.30
06.00
06.30
07.00
07.30
08.00
08.30
09.00
3 cm







7 cm
3x/10 menit
3x/10 menit
3x/10 menit
3x/10 menit
3x/10 menit
3x/10 menit
3x/10 menit
3x/10 menit
3x/10 menit
20 -40 detik
20 -40 detik
20 -40 detik
20 -40 detik
35 detik
35 detik
40 detik
40 detik
40 detik
80 x/menit
82 x/menit
80 x/menit
83 x/menit
78 x/menit
80 x/menit
82 x/menit
83 x/menit
80 x/menit
134 x/menit
130 x/menit
132 x/menit
130 x/menit
135 x/menit
132 x/menit
130 x/menit
132 x/menit
134 x/menit
3/5







2/5
(+)







(+)

b. Fase aktif
                  Partograf terlampir

CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal 25 Juli 2007. Pukul 10.30 WIB
Kala II
S     :     a. Ibu mengatakan rasa ingin BAB dan ingin mengedan.
             b. Ibu mengatakan rasa sakit bertambah sering dan lama menjalar dari punggung ke perut bagian bawah.

O     :     a. His 3 – 4 x/10 menit, teratur lamanya 40-45 detik
             b.  DJJ 135 x/ment, teratur.
             c.  Keadaan kandung kemih kosong.
             d.  Pengeluaran dari vagina blood slym yang semakin banyak.
             e.  Inspeksi vulva membuka, anus mengembang, perineum menonjol
             f.  PD pukul 10. 30 WIB dengan hasil
           Dinding vagina tidak ada kelainan.
           Portio tidak teraba, effacement 100%.
           Pembukaan serviks 10 cm (lengkap)
           Ketuban pecah.
           Presentasi kepala, penurunan bagian terendah di Hodge IV.
             g.  Tanda-tanda vital.
TD       : 120/70 mmHg     RR       : 22 x/menit
Pols      : 78 x/menit           Temp   : 37,3°C.

A     :     Diagnosa
G1P0A0 hamil 32 minggu inpartu kala II, jainin tunggal, hidup memanjang, intrauterin, dan presentasi kepala.
             Dasar:
a.    Ibu mengatakan hamil anak ke-1
b.    HPHT : 17 – 10 – 2006                 TP        : 24 – 07 – 2007
c.    Umur kehamilan 32 minggu.
d.   Pada inspeksi tampak : vulva membuka, anus mengembang, perineum menonjol.
e.    Pada pemeriksaan dalam : portio tidak teraba, perbukaan serviks 10 cm, ketuban (-), presentasi kepala,uuk kanan depan, penurunan bagian terendah di Hodge IV.
f.     Pada pemeriksaan Leopold : Puka, kepala sudah masuk PAP.
g.    DJJ : 134x/menit, teratur terdapat I punctum maximum.
h.    Pada Leopold teraba I bagian lunak dan keras yang berarti terdapat satu bokong dan satu kepala.

Masalah:
Nyeri his.
Dasar:
a.    Ibu mengatakan nyeri semakin kuat dan bertambah kuat.
b.    Memberikan dukungan terus-menerus pada ibu.
c.    Menjaga kandung kemih tetap kosong.
d.   Penatalaksanaan nyeri his.
e.    Memimpin meneran dan bernafas baik selama persalinan.
f.     Melahirkan bayi.

P     :     a.  Jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini bahwa pembukaan serviks sudah 10 cm (lengkap) dan ibu memasuki proses persalinan untuk melahirkan bayinya.
             b.  Berikan dukungan / support terus-menerus : ibu harus semangat dalam menjalani proses persalinan.
             c.  Pimpin ibu untuk meneran : ibu boleh mengedan pada waktu timbul his, seperti orang BAB keras meneran di bawah, kepala melihat ke fundus tangan merangkul ke-2 pahanya, jangan bersuara saat meneran sampai his hilang.
             d.  Anjurkan ibu untuk bernafas yang baik selama persalinan.
                  Saat his hilang dianjurkan ibu untuk menarik nafas dalam dari hidung dan keluarkan lewat mulut, beri minum diantara his.
e.    Menolong melahirkan bayi.
1.      Ketika kepala krowing, letakkan tangan kiri pada kepala bayi agar tidak terjadi defleksi maksimal yang terlalu cepat, sementara tangan kanan mensupport perineum.
2.      Ketika kepala bayi telah lahir seluruhnya, lap wajah bayi dan mulut dengan kassa steril.
3.      Periksa apakah ada lilitan tali pusat.
4.      Menunggu sambil membantu putaran paksi luar sesuai letak punggung.
5.      Letakkan tangan secara biparietal, kemudian tarikan lembut ke bawah untuk melahirkan bahu depan kemudian lembut ke atas menyesuaikan sumbu jalan lahir untuk melahirkan bahu belakang.
6.      Lahirkan bayi seluruhnya pukul 11.00 WIB.
7.      Keringkan bayi,klem tali pusat dan potong tali kemudian ikat taIi pusat.
8.      Zlym Zhuinger rangsangan untuk bernafas.
9.      Antropometri.
Bayi lahir pukul 11.00 WIB
BB                 : 2.300 gram
PB                  : 47 cm
Jenis kelamin : laki-laki, anus (+), cacat (-)
Keadaan bayi :
Bayi belum bisa beradaptasi di luar uterus secara sempurna, sehingga perlu dilakukan perawatan pada bayi:
a.       Memberikan lingkungan yang baik agar bayi tetap hangat (suhu bayi harus 36°C – 37°C) dengan memasukkan bayi kedalam inkubator.
b.      Menjaga agar saluran nafas bagian atas tetap bebas dengan memperhatikan posisi bayi dan pengisapan lendir jalan nafas secara berkala.

Kala III.
Tanggal 25 – 0 7 – 2007 Pukul 11.15 WIB.

S     :     a. Ibu mengatakan bahwa ia merasa lega dan senang atas kelahiran meskipun bayinya masih dalam perawatan.
             b. Ibu mengatakan masih merasa mulas pada perutnya.

O     :     a. Bayi lahir spontan pervaginam, letak belakang kepala, jenis kelamin laki-laki.
             b. Ibu tampak senang dan bahagia.
                  TD     : 120/70 mmHg       Temp   : 37,2° C
                  RR     : 22 x/menit             Pols     : 76 x/menit
c.    Janin tunggal.
d.   Plasenta belum lahir
e.    Pada palpasi didapat, uterus terasa bulat dan keras TFU : sepusat
f.     Pada inspeksi tidak terdapat robekan jalan lahir.



A     :     Diagnosa
             P1A0 partus spontan pervaginam, partu Kala III
             Dasar:
a.    Bayi lahir pukul 11.00 WIB
b.    Plasenta belum lahir.
Kebutuhan.
Melakukan manajemen aktif kala III.

P     :     a. Lakukan pengawasan Kala III
             b.  Periksa fundus untuk memastikan janin tunggal, kandung kemih kosong dan adanya kontraksi.
             c.  Melakukan manajemen aktif kala III.
                  1. Berikan oksitosin 10 U IM di 1/3 paha bagian luar.
                  2. Lakukan peregangan tali pusat terkendali.
                  3. Lakukan masase fundus untuk membantu kontraksi.
             d. Melakukan pengeluaran plasenta dengan teknik memutar searah jarum jam. Setelah plasenta lepas, periksa plasenta dan selaput ketuban.
             e. Masase fundus uteri selama 15 detik.
             f.  Observasi kontraksi uterus, perdarahan dan tanda-tanda vital.
             g.  Bersihkan bekuan darah dari vagina.
             h.  Pastikan kandung kemih kosong.
             i.   Plasenta lahir lengkap dan spontan pukul 11.25 WIB.
                  Kotiledon dan selaput       : Utuh
                  Panjang tali pusat                          : 45 cm
                  Tebal plasenta                   : 2 cm
                  Lebar plasenta                   : 15 cm
                  Berat plasenta                   : 400 gram
                  Insersi                                : Marginal
                  Tidak terdapat robekan jalan lahir.
                  Pengeluaran pervaginam darah ± 100cc
i.      Jaga Personal Hygiene.
                  Membersihkan ibu dan mengganti pakaian ibu.

Kala IV.

S     :     a. Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayi laki-lakinya.
             b. Ibu mengatakan perutnya msih terasa mulas-mulas.
             c.  Ibu merasa lega karena plasenta sudah lahir.

O     :     a. Keadaan umum   : Baik
             b. Kesadaran            : composmentis
             c.  Tanda-tanda vital.
                  TD     : 120/70 mmHg       Temp   : 37,2° C
                  RR     : 20 x/menit             Pols     : 76 x/menit
d. TFU 2 jari dibawah pusat.
e.  15 detik pertama kontraksi uterus baik.
f. Pengeluaran urine sebanyak ± 150 cc tiap BAK.
g.  Colostrum sudah mulai keluar tetapi hanya sedikit.
h.  Lochea berawarna merah, berbau normal amis.
i.   Ibu belum BAB selama post partum.

A     :     Diagnosa
             P1A0 partus spontan, partu Kala IV.
             Dasar:
a.    Ibu melahirkan anak ke-1
b.    Ibu partus spontan pervaginam pukul 11.00 WIB.
c.    Plasenta lahir lengkap.

Kebutuhan
Observasi keadaan ibu ; keadaan umum, perdarahan yang keluar involusi uterus dan TTV.



P     :     a. Periksa fundus
                  TFU   : 2 jari bawah pusat.
                  Kontraksi uterus  : baik
                  Perdarahan normal.
             b.  Periksa kandung kemih     : Tekan blasnya, apabila terasa penuh, rangsang untuk berkemih.
             c.  ganti pakaian ibu.
             d.  Membereskan alat-alat.
             e.  Mengukur tanda-tanda vital
                  TD     : 110/70 mmHg       RR       : 22 x/menit
                  Pols    : 78 x/menit             Temp   : 36,5°C
f.     Ajarkan dan anjurkan ibu untuk bergerak sedikit, miring ke kiri dan kanan, duduk dan berjalan (mobilisasi dini).
g.    Anjurkan ibu untuk makan dan minum.
h.    Libatkan suami dan keluarga dalam perawatan ibu.

DAFTAR PUSTAKA


Markum AH, Asril Aminullah, dkk. 1981. Kegawatan Pada Anak. FKUI: Jakarta.

R. Stright, Barbara. Keperawatan Ibu.-BBL. EGC: Jakarta.

Mansjoer, Arif, Kuspuji Triyanti, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius: Jakarta.

Prawirohardjo, Sarwono, 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pusatka: Jakarta


      












0 komentar:

Posting Komentar

Template by:
Free Blog Templates