DOKUMENTASI KEBIDANAN
PERDARAHAN POST PARTUM PRIMER
A. Definisi
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir. (Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba : 1996)
Menurut waktu terjadinya dibagi atas dua bagian :
- Perdarahan post partum primer ( early post partum hemorrhage) yang terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir. Penyebab utama post partum primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama. (Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba : 1996).
- Perdarahan post partum skunder (late post partum hemorrhage) yang terjadi setelah 24 jam, biasanya antara hari ke 5 sampai 15 post partum. Penyebab utama perdarahan post partum sekunder adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membran. (Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba : 1996).
B. Etiologi (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH : 1998)
- Atonia Uteri
Faktor penyebab terjadinya atonia uteri adalah
a. Umur : Umur yang terlalu muda atau tua
b. Paritas : Sering dijumpai para multipara dan grandemultipara
c. Partus lama dan partus terlantar
d. Obstein operatif dan narkosa
e. Uterus terlalu tegang dan besar, misalnya pada gemeli, hidramnion, atau janin besar
f. Kelainan pada uterus, seperti mioma uteri, uterus cauvelair pada solusio plasenta.
g. Faktor sosio ekonomi, yaitu mamumsi
- Sisa plasenta dan selaput ketuban
- Jalan lahir : robekan perineum, vagina serviks, famiks dan rahim.
- Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya a atau hipofibrinogenemia yang sering dijumpai pada :
- Perdarahan yang banyak
- Solusio plasenta
- Kematian janin yang lama dalam kandungan
- Pre-eklamsi dan eklamsi
- Infeksi, hepatitis dan septik syok
C. Diagnosis (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH : 1998)
Pada tiap-tiap perdarahan post partum harus dicari apa penyebabnya secara ringkas membuat diagnosis adalah seperti bagan dihalaman berikut.
Pada ibu yang bersalin penting sekali dilakukan pengukuran kadar darah secara rutin : serta pengawasan tekanan darah, nadi, pernafasan ibu dan periksa juga kontraksi uterus dan perdarahan selama 1 jam.
D. Gambaran Klinis (Human labor and birth : 1996)
Gambaran klinisnya berupa perdarahan terus-menerus dan keadaan pasien secara berangsur-angsur menjadi semakin jelek. Denyut nadi menjadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, pasien berubah pucar dan dingin, dan napasnya menjadi sesak, terengah-engah, berkeringat dan akhirnya coma serta meninggal dunia. Situasi yang berbahaya adalah kalau denyut nadi dan tekanan darah hanya memperlihatkan sedikit perubahan untuk beberapa saat karena adanya mekanisme kompensasi vaskuler. Kemudian fungsi kompensasi ini tidak bisa dipertahankan lagi, denyut nadi meningkat dengan cepat, tekanan darah tiba-tiba turun, dan pasien dalam keadaan shock. Uterus dapat terisi darah dalam jumlah yang cukup banyak sekalipun dari luar hanya terlihat sedikit. Bahaya perdarahan post partum ada dua, pertama : anemia yang berakibat perdarahan tersebut memperlemah keadaan pasien, menurunkan daya tahannya dan menjadi faktor predisposisi terjadinya infekol nifas. Kedua : Jika kehilangan darah ini tidak dihentikan, akibat akhir tentu saja kematian.
E. Penanganan (Sarwono Prawirohardjo : 2005)
Atonia Uteri
1. Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uteri
2. Sementara dilakukan pemasangan infus dan pemberian uterotonika, lakukan kompresi bimanual
3. Pastikan plasentaa lahir lengkap (bila ada indikasi sebagian plasenta masih tertinggal, lakukan evakuasi sisa plasenta) dan tak ada laserasi janin lahir
4. Berikan tranfusi darah bila sangat diperlukan
5. Lakukan uji beku darah (lihat solusio plasenta) untuk konfirmasi sistem pembekuan darah.
6. Bila semua tindakan diatas telah dilakukan tetetapi masih terjadi perdarahan lakukan tindakan spesifik (lihat bagian prosedur klinik) sbb :
1. Pada fasilitas pelayanan kesehatan dasar
a. Kompresi bimanual eksternal
Menekan uterus melalui dinding abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua belah telapak tangan yang melingkupi uterus. Pantau aliraan darah yang keluar, bila perdarahan berkurang, kompresi diteruskan, pertahankan hingga uterus dapat kembali berkontraksi atau dibawa ke fasilitas kesehatan rujukan. Bila belum berhasil, coba dengan kompresi bimanual internal.
b. Kompresi bimanual internal
Uterus ditekan di antara telapak tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan dalam vagina untuk menjepit pembuluh darah didalam miometrium (sebagai pengganti mekanisme kontraksi). Perhatikan perdarahan yang terjadi. Pertahankan kondisi ini bila perdarahan berkurang atau berhenti, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali. Apabila perdarahan tetap terjadi, cobakan kompresi aorta abdominalis.
c. Kompresi aortaa abdominalis
Raba arteri femoralis dengan ujung jari tangan kiri, pertahankan posisi tersebut, genggam tangan kanan kemudian tekankan pada daerah umbilikus, tegak lurus dengan sumbu badan, hingga mencapai kolumna vertebralis, penekanan yang tepat, akan menghentikan atau sangat mengurangi denyut arteri pemoralis. Lihat hasil kompresi dengan memperhatikan perdarahan yang terjadi.
2. Pada rumah sadar rujukan
a. Ligasi arteri uterna dan ovarika
b. Histereldomi
Retensio Plasenta ( sarwono prawirohardjo:2005 )
- Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan yang akan diambil
- Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan. Bila ekspulsi plasenta tidak terjadi, cobakan traksi terkontrol tali pusat.
- Pasang infus oksitosin 20 unit dalam 500 cc NS/RL dengan 40 tetesan per menit. Bila perlu kombinasikan dengan misoprostal 400 mg rektal (sebaiknya tidak menggunakan ergometrin karena kontraksi tonik yang timbul dapat menyebabkan plasenta terperangkap dalam kovum uteri).
- Bila traksi terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta, lakukan manual plasenta secara hati-hati dan halus (melepaskan plasenta yang melekat erat secara paksa, dapat menyebabkan perdarahan atau perfarasi).
- Restorasi cairan untuk mengatasi hipovolumina
- Lakukan tranfusi darah apabila diperlukan
- Beri antibiotika profilaksis (ampisilin 2 g IV/oral + metronidozol 1 g sapositona/oral)
- Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi, syok neurogenik.
Sisa Plasenta ( sarwono prawirohardjo: 2005 )
- Penemua secara dini, hanya dimungkinkan dengan melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus sisa plasenta dengan perdarahan pasca-persalinan lanjut, sebagian besar pasien-pasien akan kembali ketempat bersalin dengan keluhan perdarahan setelah 6-10 hari pulang kerumah dan sub involusi uterus.
- Berikan antibiotika karena perdarahan juga merupakan gejala matritis. Antibiotika yang dipilih adalah ampisilin dosis awal 1 g IV dilanjutkan dengan 3 x 500 mg oral.
- dengan dipayungi antibiotikaa tersebut, lakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan mengeluarkan bekuan darah atau jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrumen, lakukan evakuasi sisa plasenta denga AVM atau dilatasi dan kuretase.
- Bila kadar Hb < 8 gr% berikan tranfusi darah, bila kadar Hb ³ 8 gr%, berikan sulfas ferosus 600 mg/hari selama 10 hari.
Ruptura Perineum dan Robekan Dinding Vagina ( sarwono prawirohadjo;2005 )
- Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi laserasi dan sumber perdarahan
- Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan antiseptik
- Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan kemudian ikat dengan benang yang dapat diserap.
- Lakukan penjahitan luka mulai dari bagian yang paling distal terhadap operator.
- Khusus pada ruptura perineum komplit (hingga anus dan sebagian rektum) dilakukan penjahitan lapis dini dengan bantuan busi pada rektum, sbb :
- Setelah prosedur aseptik-antiseptik, pasang busi rektum hingga ujung robekan
- Mulai penjahitan dari ujung robekan dengan penjahitan dan simpul submukosa, menggunakan benang poliglikonik no. 2/0 (dexon/vicryl) hingga sfongter oni jepit kedua sfingter oni dengan klem dan jahit dengan benar no. 2/0
- Lanjutkan penjahitan kelapisan otot perineum dan submukosa dan subkutikuler
- Mukosa vagina dan kuul perineum dijahit secara submukosal dan subkutikuler.
- Berikan antibiotika profilaksis (ampisilin 2 g dan metronidozal 1 g per oral) terapi penuh antibiotika hanya diberikan apabila luka tampak kotor atau dibubuhi ramuan tradisional atau terdapat tanda-tanda infeksi yang jelas.
Robekan Serviks ( sarwono prawirohardjo:2005 )
- Robekan serviks sering terjadi pada sisi lateral karena serviks yang terjulur, akan mengalami robekan pada posisi spina isciadika tertekan oleh kepala bayi.
- Bila kontraksi uterus baik, plasenta lahir lengkap, tetapi terjadi perdarahan banyak maka segera lihat bagian lateral bawah kiri dan kanan dari persia.
- Jepitkan klem ovum pada kedua sisi porsio yang robek sehingga perdarahan dapat segera dihentikan. Jika setelah eksplorasi lanjutan tidak dijumpai robekan lain, lakukan penjahitan. Jahitan dimulai dari ujung atas robekan kemudian kearah luar sehingga semua robekan dapat dijahit.
- Setelah tindakan, periksa tanda vital pasien, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri, dan perdarahan pascaa-tindakan.
- Beri antibiotika profilaksis, kecuali bila jelas ditemui tanda-tanda infeksi
- Bila terjadi defisit cairan, lakukan retorasi dan bila kadar Hb dibawah 8 gr%, berikan tranfusi darah.
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN DENGAN ATONIA UTERI
TERHADAP Ny. A DI RB KASIH BUNDA PUNGGUR
LAMPUNG TENGAH
TAHUN 2007
I. Pengumpulan Data Tanggal 27 Juli 2007 Pukul. 18.00 WIB.
A. Data Subyektif
a. Identitas
Nama Ibu : Ny. ARI Nama Suami : Tn. BENI
Umur : 33 tahun Umur : 35 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
|
|
|
|
|
b. Keluhan Utama
Ibu hamil anak keenam, usia kehamilan 9 bulan, mengeluh perutnya terasa mulas dan nyeri punggung menjalar ke perut bagian bawah sejak pukul 12.00 WIB, serta mengeluarkan lendir bercampur darah.
c. Keluhan sejak kunjungan terakhir
Ibu berkunjung 1 minggu yang lalu, ibu mengalami pegal-pegal dipinggang tetapi belum merasakan nyeri perut bagian bawah, selain ibu mengeluh sering kencing.
d. Tanda-tanda Persalinan
Ibu datang tanggal 27 Juli 2007 pukul 18.00 WIB. His ada 2 x/menit lamanya 20-40 detik. Ibu mengatakan nyeri punggung menjalar ke perut bagian bawah. Pengeluaran pervaginam berupa cairan lendir bercampur darah.
e. Masalah Khusus
Ibu tidak mempunyai masalah atau kelainan yang beresiko atau mempengaruhi terhadap persalinan.
f. Riwayat kehamilan Sekarang
a. Riwayat Haid
Menarche : 14 tahun
Lama haid : 6-7 hari dengan siklus teratur
Banyaknya darah : 3 x ganti softex
Sifat darah : encer, tidak menggumpal
Nyeri darah : tidak ada
HPHT : 17-20-2006
TP : 24-07-2007
G.P.A : G2P5A0
b. Riwayat Persalinan yang lalu
No | Umur | Jk | Persalinan | BB/TB | Penolong | Penyulit | Keadaan |
1. 2. 3. 4. 5. | 10 th 8 th 6 th 4 th 2 h | L P P L P | Normal Normal Normal Normal Normal | 2900/45 3000/45 3100/43 2800/43 3000/45 | Bidan Bidan Bidan Bidan Bidan | Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada | Baik Baik Baik Baik Baik |
c. Pemeriksaan Kehamilan
Trimester I : ANC sebanyak 1 x di RB, tidak ada keluhan
Trimester II : ANC sebanyak 3 x di RB, mendapat imunisasi
TT1 dan TT2 dengan keluhan kepala pusing.
Trimester III : ANC sebanyak 2 x di RB, keluhan sering BAK dan nyeri pinggang.
d. Riwayat Imunisasi
Ibu sudah mendapat imunisasi lengkap TT1 pada usia kehamilan 5 bulan dan usia kehamilan 6 bulan di bidan.
e. Pergerakan Janin dalam 24 jam
Ibu mengatakan sebelum mulas merasakan gerakan janin sering dan kuat. Pada saat his timbul gerakan janin sedikit berkurang.
f. Riwayat kesehatan ibu dan keluarga
1. Riwayat kesehatan ibu
a. Merokok : Tidak pernah
b. Alkohol : Tidak pernah
c. Konsumsi obat terlarang : Tidak pernah
d. Penyakit menular : Tidak ada
e. Penyakit Keturunan : Tidak ada
2. Riwayat kesehatan lainnya
Di dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular dan keturunan bila ada anggota keluarga yang sakit langsung berobat ke puskesmas.
g. Pola hidup sehari-hari
a. Nutrisi
Ibu makan 3 kali sehari dengan porsi 1 kali makan, I piring nasi, I mangkok sayur, 2 potong tempe/tahu, ikan, kadang-kadang buah sesuai musim, minum 7 – 8 gelas sehari.
b. Eliminasi
BAB : Ibu mengatakan BAB I x sehari
BAK : Ibu mengatakan BAK 6 – 7 x sehari
c. Istirahat dan Tidur
Ibu mengatakan bisa tidur 8 jam sehari dan istirahat siang 1 – 2 jam sehari.
d. Personal Hyigene
Ibu mandi 2 kali sehari, ganti pakaian 2 kali sehari.
e. Aktivitasnya
Ibu merasa lemah, sehingga untuk melakukan aktifitas sehari-hari masih perlu dibantu.
h. Riwayat Psikososial
Ibu mengharapkan anak yang dilahirkan dalam keadaan sehat. Ibu sedikit cemas.
B. Data Objektif
A. Pemeriksaan umum
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg
Pols : 83x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36°C
4. Tinggi badan : 162 cm
5. Berat badan : sebelum hamil : 45 kg
setelah hamil : 55 kg
6. Ukuran LILA : 21,5 cm
B. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
1. Rambut : Bersih, tidak ada ketombe dan tidak udah dicabut
2. Wajah : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada gangguan gravidasum
3. Mata : Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva merah muda, sclera tidak ikterik, fungsi penglihatan baik, reflek pupil baik.
4. Hidung : Bentuk simetris, keadaan bersih, tidak ada polip,fungsi penciuman baik.
5. Gigi dan mulut : Tidak ada kelainan pada mulut, tidak terdapat stomatitis pada rongga mulut, keadaan gigi bersih, tidak ada caries dan lubang pada gigi, lidah bersih dan jumlah gigi lengkap.
6. Telinga : Simetris kanan dan kiri, keadaan bersih, tidak ada serumen, fungsi pendengaran baik.
7. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limphe, kelenjar thyroid, dan vena jugularis.
8. Dada : Bentuk simetris, pergerakan nafas tidak teratur, tidak ada benjolan abnormal.
9. Payudara : Payudara simetris kanan dan kiri, putting susu menonjol, areola mamae hiperpigmentasi, kolostrum keluar hanya sedikit.
10. Abdomen : Tidak ada bekas operasi, tidak ada sine gravidarum, pembesaran sesuai usia kehamilan.
11. Ekstrimitas atas : Lengkap kiri dan kanan, fungsi pergerakan baik, tidak ada oedema, keadaan bersih.
12. Ekstrimitas bawah : Tungkai tidak ada oedema, fungsi pergerakan baik, tidak ada cacat, tidak ada varises, lengkap kanan kiri, reflek patera baik.
13. Genitalia : Tidak ada oedema dan varises pada vulva dan vagina, perineum elastis,tidak ada pengeluaran lendir saat kontraksi, ada bekas luka perenium dari persalinan yang lama.
14. Punggung : Tulang belakang sedikit lordosis.
15. Rcctum : Tidak ada hemoroid.
Palpasi
Mc. Donald : 30 cm
TBJ : (30 – 11 ) 155
: 18 x 155 = 2945 gr
Leapold I : TFU 3 jari bawah px, pada fundus teraba bagian bulat, lunak, tidak melenting yang berarti bokong.
Leapold II : Perut sebelah kanan ibu teraba paparan panjang dan luas yang berarti punggung. Pada perut sebelah kiri ibu teraba bagian kecil janin yang berarti ekstrimitas.
Leapold III : Bagian terendah janin teraba bagian bulat, keras yang berarti kepala.
Leapold IV : Bagian terendah janin sudah masuk PAP.
His : ada 2 x/menit lamanya 20 – 40 menit.
Auskultasi
Dada : Pada auskultasi paru-paru tidak terdengar ronchi dan wheezing.
DJJ : Terdengar teratur dan kuat dengan frekuensi 130 x/menit. Punctum maksimum dibawah pusat sebelah kanan 4°C.
Perkusi
Reflek patella positif (+), reflek babinski negative (-)
C. Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 8 gr %
Urine : Protein (-)
Reduksi (-)
D. Pemeriksaan Dalam
a. Vulva/vagina : Slym ada
b. Dinding vagina : Teraba rugae, tidak ada benjolan
c. Pramantasium : Tidak teraba
d. Partia : Tipis, pembukaan 3 cm
e. Katuban : (+)
f. Presentasi : Kepala
g. Penurunan : Hodge I, 4/5
h. His : ada
2x tiap 10 menit
i. Lama : 20 detik
Kekuatan < 20 – 40 detik
II. Analisa Data
1. Diagnosa
G3P5A0 hamil 30 minggu, janin tunggal, hidup, intrauterin, letak memanjang, posisi punggung kanan, presentasi kepala, inpartu kala I, fase laten
Dasar:
1. Ibu mengatakan hamil anak keenam, usia kehamilan 9 bulan.
2. HPHT : 17 – 10 – 2006
3. TP : 24 – 7 – 2007
4. Ibu mengatakan perutnya mulas, nyeri pada pinggang menjalar ke perut bagian bawah.
5. Leopold I : TFU 3 jari bawah px, pada fundus teraba bagian bulat, lunak, tidak melenting yang berarti bokong.
6. Leopold II : Perut sebelah kanan ibu teraba paparan panjang dan luas yang berarti punggung. Pada perut sebelah kiri ibu teraba bagian kecil janin yang berarti ekstrimitas.
7. Leopold III : Bagian terendah janin teraba bagian bulat, keras yang berarti kepala.
8. Leopold IV : Bagian terendah janin sudah masuk PAP.
9. Terdapat 2 bagian besar dan beberapa bagian kecil, punctum maksimal ditemukan dibawah pusat sebelah kanan 45° . Djj positif (+), frekuensi 130x/menit, kuat dan teratur.
10. His ada 2x/10 menit lamanya 20 – 40 menit
11. Pengeluaran pervaginam lendir bercampur darah.
12. Pada pemeriksaan dalam didapatkan:
Parsia lunak dan tipis, pembukaan 3 cm, ketuban (+),penurunan kepala hadge I.
2. Masalah
1. Nyeri yang hilang timbul
Dasar:
DS : Ibu mengatakan perutnya mulas dan nyeri perut bagian bawah menjalar ke pinggang sejak pukul 12.00 WIB.
DO : Ibu inpartu kala I, kontraksi uterus 2x/ 10 menit, lamanya 20 – 40 menit
2. Cemas
Dasar:
DS : Ibu mengatakan takut dan cemas menghadapi persalinan.
DO : 1. Ibu tampak gelisah dan seperti ingin menangis bila nyeri timbul.
2. Ibu dalam inpartu kala I.
3. His kuat dan teratur
DS : His timbul 2x/10 menit
DO : Ibu mangatakan perutnya sakit.
3. Kebutuhan
a. Persiapan fisik dan mental mengalami proses persalinan.
b. Pengalihan rasa nyeri.
c. Informasi tentang kemajuan persalinan.
d. Nutrisi untuk proses persalinan.
e. Penyuluhan cara mengedan/meneran aktif.
IV. Perencanaan
a. Jelaskan pada ibu tentang kondisi saat ini.
Keadaan ibu baik, ibu tampak gelisah dan cemas menghadapi persalinan.
b. Observasi kala I dengan partograf
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm). Kala satu persalinan terdiri atas dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif. Fase laten berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm. Fase aktif dari pembukaan 4 cm hingga pembukaan lengkap atau 10 cm.
c. Anjurkan ibu untuk miring.
Anjurkan ibu untuk mencoba posisi yang nyaman selama persalinan dan melahirkan bayi serta anjurkan suami dan pendamping lainnya untuk membantu ibu berganti posisi. Ibu boleh berjalan, berdiri, duduk, jongkok, berbaring miring atau merangkak. Posisi tegak seperti berjalan, berdiri, atau jongkok dapat membantu turunnya kepala bayi dan sering kali memperpendek waktu persalinan, Bantu ibu untuk sering berganti posisi selama persalinan.
d. Siapkan ruang bersalin, alat, kebutuhan fisik, dan psikologis ibu serta persiapan bidan/penolong.
1. Pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan yang diperlukan serta dalam keadaan siap pakai pada setiap persalinan dan kelahiran bayi. Siapkan ruang bersalin yang hangat dan bersih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan terlindung dari tiupan angin.
2. Periksa semua peralatan sebelum dan setelah memberikan asuhan. Segera ganti peralatan yang hilang atau rusak.
3. Anjurkan ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan minum air) selama persalinan dan proses kelaihran bayi.
4. Riwayat psikologis : Ibu mengatakan saat ini bahagia dengan kelahiran bayinya, karena sudah lama menantikannya dan jenis kelamin bayi sesuai dengan keinginannya.
e. Anjurkan teknik relaksasi
Anjurkan ibu untuk duduk santai, menarik nafas, berendam, mendengarkan musik.
f. Ajarkan ibu cara mengedan yang efektif.
1. Anjurkan ibu untuk meneran mengikuti dorongan alamiahnya selama kontraksi.
2. Beritahukan untuk tidak menahan nafas saat meneran.
3. Minta untuk berhenti meneran dan beristirahat diantara kontraksi.
4. Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ia akan lebih mudah untuk meneran jika lutut ditarik kearah dada dan dagu ditempelkan ke dada.
5. Minta ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.
6. Tidak diperbolehkan untuk mendorong fundus untuk membantu kelahiran bayi.
g. Beri ibu dukungan psikologis
Bahwa ibu bisa melewati persalinan ini dengan lancar. Berikan support dan dampingi ibu dalam persalinan.
h. Siapkan oksigen
Persiapkan oksigen untuk mencegah terjadinya asfeksia pada bayi baru lahir.
i. Pemberian cairan infus RL dengan 20 tetes/menit.
Pasang infus menggunakan jarum diameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NC. Infus 1 L dalam 15 sampai 20 menit. Jika mungkin infuskan 2 L dalam waktu satu jam pertama, kemudian turunkan ke 125 cc/jam.
j. Pemberian obat ampicilin 1 mg atau menurut advis dokter
Berikan ampicilin 2 gr atau amoksilin 2 gr per oral.
Pengawasan Kala I
Tgl | Wkt | Pemb.. Serviks | Kondisi Ibu | Kondisi Janin | ||||||||
TD | Pols | RR | Temp | Obat/cr yg diberikan | Kontraksi uterus/His | Djj | Penurunan kepala | Ketuban/ penyusupan | ||||
27/7/07 | 18.00 | 3 cm | 110/70 | 83 | 20 | 36°C | - | His: 2 x setiap 10 menit. Lama : 20 detik | 134 x/mnit (+) | 4/5 | (+)/0 | |
| 18.30 | | 110/70 | 83 | 20 | 36°C | - | His: 2 x setiap 10 menit. Lama : 20 detik | 135 x/mnit (+) | - | - | |
| 19.00 | | 120/70 | 80 | 20 | 36°C | - | His: 3 x setiap 10 menit. Lama : 20 detik | 134 x/mnit (+) | - | - | |
| 19.30 | | 110/70 | 88 | 24 | 36°C | 150 cc | His: 3 x setiap 10 menit. Lama : 30 detik | 134 x/mnit (+) | - | - | |
| 20.00 | | 110/70 | 90 | 25 | 36,3°C | - | His: 3 x setiap 10 menit. Lama : 45 detik | 135 x/mnit (+) | - | - | |
| 20.30 | | 110/70 | 92 | 25 | 36,5°C | - | His: 3 x setiap 10 menit. Lama : 45 detik | 134 x/mnit (+) | - | - | |
| 21.00 | | 120/70 | 92 | 27 | 36,8°C | - | His: 3 x setiap 10 menit. Lama : 45 detik | 135 x/mnit (+) | - | - | |
| 21.30 | | 120/70 | 92 | 27 | 36,8°C | 80 cc | His: 4 x setiap 10 menit. Lama : 45 detik | 134 x/mnit (+) | - | - | |
| 22.00 | 6 cm | 110/70 | 90 | 25 | 36,8°C | - | His: 4 x setiap 10 menit. Lama : 40 detik | 134 x/mnit (+) | 4/5 | (+)/0 | |
Kala II tanggal 27 Juni 2007 pukul 02.00 WIB.
S : 1. Ibu mengatakan ingin mengedan dan merasa seperti BAB.
2. Ibu mengatakan rasa sakit semakin berkurang.
O : 1. Keadaan umum : baik
2. Tanda-tanda vital:
TD : 110/50 mmHg
RR : 22x /menit
Pols : 82x /menit
Temp : 36°C
3. His ada dengan frekuensi 4x/10 menit lamanya 40 detik
4. Djj :frekuensi 138x/menit kuat dan teratur.
5. Pada pemeriksaan dalam didapatkan
a. Vulva dan anus membuka dan perineum menonjol
b. Portio tidak teraba.
c. Pembukaan 10 cm
d. Ketuban (+)
e. Presentasi : kepala
f. Penurunan kepala di hodge IV
A. 1. Diagnosa
G6P5A0 hamil 30 minggu, janin tunggal, hidup, intrauterine, letak memanjang, posisi pinggang kanan, presentasi kepala, inpartu kala I, fase aktif.
Dasar:
1. Ibu mengatakan ingin mengedan dan merasa ingin BAB
2. His ada dengan frekuensi 3x /10 menit lamanya 40 detik
3. Pemeriksaan dalam didapatkan pembukaann 10 cm, ketuban sudah pecah, penurunan kepala di hodge IV.
2. Masalah
Ibu cemas menghadapi persalinan.
Dasar :
1. Ibu mengatakan cemas dan gelisah dalam menghadapi persalinan meskipun ini sudah merupakan persalinan keenam bagi ibu.
2. Ibu memasuki kala II persalinan dengan His yang sudah mulai dirasakan ibu.
3. Kebutuhan
1. Pemantauan kesejahteraan ibu dan janin
2. Pemenuhan nutrisi dan cairan tubuh.
3. Atur posisi yang nyaman, cara dan kapan ibu harus mengejan.
4. Berikan rangsangan taktil pada putting susu agar memperkuat kontraksi. Jika belum berhasil berilah injeksi okatosin 1M.
5. Menolong persalinan dan pemberian asuhan.
P : 1. Pantau keadaan umum dan tanda-tanda vital ibu.
2. Observasi Djj.
3. Atur posisi ibu.
4. Berikan rangsangan taktil pada payudara dan injeksi eksitosin bila kontraksi belum membaik.
5 Bimbingan ibu untuk meneran saat ada his dan diselingi nafas panjang, meneran seperti ingin BAB.
6. Pastikan kandung kemih ibu tetap kosong.
7. Anjurkan ibu untuk makan dan minum disaat tidak ada his.
8. Lahirkan bayi dengan menolong kelahiran kepala, memeriksa lilitan tali pusat pada leher bayi, melahirkan bahu dan anggota badan seluruhnya.
9. Bayi lahir spontan pervaginam pukul 02.50 dengan jenis kelamin laki-laki, BB: 3200gr, PB: 44 cm, anus ada, tidak ada cacat/kelainan, apgar: 7/10.
10. Setelah bayi lahir segera keringkan bayi, potong dan ikat tali pusat, bungkus bayi dengan kain kering dan bersih.
11. Periksa abdomen ibu untuk memastikan tidak ada janin berikutnya.
Kala III Tanggal 27 Juli 2007 Pukul 02.50 WIB
S : 1. Ibu mengatakan merasa lega dan senang atas kelahiran bayinya.
2. Ibu mengatakan masih merasa mulas pada perutnya.
3. Ibu mengeluh badan terasa lemas.
O : 1. Bayi lahir spontan pervaginam pukul 02.50, jenis kelamin laki-laki, BB=3200 gr, PB= 49 cm, anus ada, tidak ada cacat/kelainan, apgar : 7/10
2. Tanda-tanda vital:
TD : 110/70 mmHg
RR : 20x /menit
Pols : 90x /menit
Temp : 36,5°C
3. Plasenta belum lahir.
4. Terdapat tanda-tanda plasenta.
a. Bentuk uterus berubah jadi bulat/globuler
b. Uterus naik
c. Tali pusat memanjang
d. Ada pengeluaran darah, baik semburan/mengalir
e. Perdarahan 150 cc.
f. Pada inspeksi tidak terdapat robekan jalan lahir.
g. Keadaan kandung kemih kosong.
A : 1. Diagnosa
P5A0 partus spontan pervaginam kala III
Dasar:
a. Bayi lahir pukul 22.00 WIB
b. Plasenta belum lahir.
c. Pada palpasi : kontraksi uterus baik, TFU I jari diatas pusat.
d. Terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta.
2. Masalah
Mules pada perut bagian bawah.
Dasar: Mules pada perut bagian bawah karena plasenta belum lahir.
3. Kebutuhan
a. Management aktif kala III
b. Lahirkan plasenta
c. Pemenuhan kebutuhan cairan.
P : 1. Periksa abdomen ibu untuk memastikan tidak ada janin berikutnya.
2. Lakukan management aktif Kala III
a. Berikan oksitosan 10 Iu secara IM
b. Lakukan peregangan tali pusat terkendali
c. Letakkan tangan diatas simfisis, dan lakukan peregangan tali pusat saat ada his dan posisi tangan dorso kranial
3. Lakukan pengeluaran plasenta, periksa plasenta, koteledon dan selaput ketuban.
1. Koteledon dan selaput utuh.
2. Panjang tali pusat : 45 cm
3. Lebar Plasenta : 14 cm
4. Berat plasenta : 1500 gr
4. Observasi kontraksi uteras dan perdarahan kala III.
5. Lakukan masase fundus setelah plasenta lahir selama 15 detik.
6. Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan keadaan umum ibu.
7. Periksa apakah ada robekan jalan lahir dan perdarahan atau tidak.
Setelah dilakukan pemeriksaan tidak terdapat robekan jalan lahir dan ternyata ada perdarahan.
Kala IV Tanggal 22 Juli 2007 Pukul 03.00 WIB
S : 1. Ibu mengatakan senang dan bahagia atas kelahiran anaknya
2. Ibu mengatakan darah banyak keluar atas kelahiran anaknya.
3. Ibu mengeluh badan terasa lemas.
O : 1. Keadaan umum ibu : Lemah
2. Kesadaran : composmentis
3. Tanda-tanda vital:
TD : 110/70 mmHg
RR : 24x /menit
Pols : 90x /menit
Temp : 37,2°C
4. Plasenta lahir spontan dan lengkap pukul 03.00 WIB.
5. Melakukan pemeriksaan jalan lahir, tidak terdapat robekan tetapi adanya perdarahan, uterus teraba lembek, setelah 15 detik plasenta lahir tidak berkontraksi.
6. Perdarahan 400 cc
7. Keadaan kandung kemih kosong
8. Tidak terdapat luka jalan lahir.
A : 1. Diagnosa
P5A0 partus spontan pervaginam kala IV dengan atonia uteri.
Dasar:
a. Bayi lahir spontan pervaginam pukul 02.50 WIB.
b. Plasenta lahir lengkap pukul 03.00 WIB.
c. Uterus terasa lembek, kontraksi uterus tidak baik.
d. Perdarahan 400 cc.
2. Masalah
1. Gangguan rasa nyaman
Dasar: 1. Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan nyeri pada perut bagian bawah.
2. Banyaknya darah yang keluar dari kemaluan ibu.
2. Keterbatasan aktivitas
Dasar: DS : Badannya terasa lemas
DO : Ibu tampak lemah
3. Perdarahan kala empat
Dasar: 1. Ibu mengeluh badannya terasa lemah.
2. Ibu mengatakan darah banyak keluar dari kemaluannya.
3. Ada pengeluaran darah yang terus mengalir dari uterus.
4. Uterus teraba lembek, kontraksi uterus tidak baik.
5. Perdarahan 400 cc
3. Kebutuhan
a. Penghentian perdarahan dengan kompresi bimanual internal (KBI), kalau tidak timbul kontraksi, lakukan kompresi bimanual eksternal (KBE).
b. Penggantian cairan tubuh yang hilang.
c. Pemenuhan nutrisi dan cairan tubuh.
d. Pemantauan kala IV.
P : 1. Lakukan masase fundus setelah plasenta lahir (maksimal 15 detik)
2. Hentikan perdarahan dengan kompresi bimanual internl (KBI) selama 3 menit.
a. Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan lembut masukkan tangan (dengan cara menyatukan kelima ujung jari) ke introitus dan ke dalam vagina ibu.
b. Periksa vagina dan serviks, jika ada selaput atau bekuan darah pada kavum uteri mungkin uterus tidak dapat berkontraksi secara penuh.
c. Letakkan kepalan tangan pada forniks anterior, tekan dinding anterior uterus, sementara telapak tangan lain pada abdomen, menekan dengan kuat dinding belakang uterus kearah kepalan tangan dalam.
d. Tekan uterus dengan kedua tangan secara kuat. Kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah di dalam dinding uterus dan juga merangsang miometrium untuk berkontraksi.
e. Evaluasi keberhasilan.
1. Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakukan KBI selama dua menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dari dalam vagina, pantau kondisi ibu secara merekat selama kala empat.
2. Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan terus berlangsung. Periksa perineum, vagina dan serviks apakah terjadi laserasi di bagian tersebut. Segera lakukan penjahitan jika ditemukan laserasi.
3. Jika kontraksi uterus tidak terjadi dalm waktu 5 menit, ajarkan keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksternal kemudian teruskan dengan langkah-langkah penatalaksanaan atomia uteri selanjutnya.
Minta tolong keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan.
Alasan: atoma uteri seringkali bisa diatasi dengan KBI. Jika KBI tidak berhasil dalam waktu 5 menit diperlukan tindakan-tindakan ini.
3. Apabila uterus berkontraksi teruskan KBI selama 3 menit. Dan bila uterus tidak berkontraksi anjurkan keluarga untuk mulai melakukan Kompresi Bimanual Eksternal (KBE).
a. Letakkan satu tangan pada abdomen di depan uterus, tepat diatas simfisis pubis.
b. Letakkan tangan yang lain pada dinding abdomen (dibelakang korpus arteri).
c. Letakkan gerakan saling merapatkan kedua tangan untuk melakukan kompresi pembuluh darah di dinding uterus dengan cara menekan uterus diantara kedua tangan tersebut, ini akan membantu uterus berkontraksi dan menekan pembuluh darah uterus.
4. Berikan injeksi metal ergometrin 0,2 mg secara IM
5. Pasang infus RL 500 + 20 unit oksitosin secepat mungkin dan guyur.
6. Berikan ibu makan dan minum untuk mengganti energi yang telah dikeluarkan saat persalinan.
7. Awasi jumlah perdarahan kala IV.
8. Awasi keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital ibu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Human Labor and Birth. 1996. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan. Jakarta. Yayasan Essentia Medica.
2. Ida Bagus Gde Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan. Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta. EGC
3. Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta. EGC
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1999. Modul 5. Pencegahan dan Penanganan Post Partum. Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar